Jaemin selalu tertarik pada hal-hal yang tidak biasa. Koleksi barang-barang antiknya memenuhi ruang kecil apartemennya, mulai dari buku-buku kuno hingga benda-benda yang pernah dianggap kutukan. Namun, di antara semua itu, satu benda yang paling menarik perhatiannya—sebuah cermin kuno dengan bingkai berukir rumit yang ia temukan di pasar malam.Cermin itu tidak seperti cermin biasa. Setiap kali Jaemin menatapnya, dia merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar pantulan dirinya. Ada perasaan aneh yang menggelayuti hatinya, seolah-olah cermin itu menyimpan rahasia yang menunggu untuk diungkap.
Suatu malam, ketika bulan purnama menerangi langit, Jaemin kembali menatap cermin tersebut. Namun kali ini, yang dia lihat bukanlah dirinya sendiri. Di dalam cermin, dia melihat seorang pemuda dengan senyuman lembut dan mata yang penuh dengan ketenangan. Pemuda itu, meskipun asing, terasa sangat akrab, seolah-olah Jaemin telah mengenalnya sepanjang hidupnya.
"Siapa kamu?" bisik Jaemin tanpa sadar, tangannya menyentuh permukaan cermin yang dingin.
Namun, pemuda di dalam cermin tidak menjawab. Dia hanya tersenyum, seolah-olah tahu apa yang dipikirkan Jaemin. Dan saat itu juga, cermin tersebut mulai bersinar lembut, menarik Jaemin ke dalam dunia yang berbeda.
Ketika Jaemin membuka matanya, dia berada di sebuah tempat yang asing. Langitnya berwarna ungu tua, dan pepohonan di sekitarnya tampak seperti terbuat dari kristal. Dia menyadari bahwa dia telah menyeberang ke dunia lain—dunia di mana pemuda dalam cermin itu tinggal.
Di tengah kebingungannya, Jaemin melihat pemuda itu berjalan mendekatinya. "Kamu benar-benar datang," kata pemuda itu dengan suara yang lembut namun penuh keyakinan. "Namaku Jeno."
Jaemin merasa hatinya berdetak lebih cepat. Ada sesuatu tentang Jeno yang membuatnya merasa nyaman dan tenang, meskipun mereka baru saja bertemu. "Bagaimana aku bisa berada di sini? Apa yang terjadi?"
Jeno mengangguk pelan. "Ini adalah dunia yang paralel dengan dunia tempatmu berasal. Cermin itu adalah jembatan di antara kita. Aku telah menunggu seseorang yang bisa melewatinya."
Selama beberapa hari berikutnya, Jeno membawa Jaemin menjelajahi dunia yang penuh dengan keindahan dan keajaiban. Mereka bertemu dengan makhluk-makhluk yang hanya bisa ditemukan dalam cerita dongeng, dan Jaemin merasakan kebebasan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Namun, di balik semua itu, Jaemin tahu ada sesuatu yang belum diungkapkan oleh Jeno—sesuatu yang gelap dan berbahaya.
Pada suatu malam, ketika mereka duduk di tepi danau yang memantulkan cahaya bintang, Jaemin akhirnya bertanya, "Kenapa cermin itu memilihku? Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"
Jeno menatap Jaemin dengan mata yang penuh dengan kesedihan. "Ada kekuatan gelap di dunia ini yang mencoba untuk memisahkan kita. Mereka tidak ingin kita bertemu karena kekuatan cinta kita bisa menghancurkan mereka. Itulah sebabnya aku selalu melihatmu melalui cermin itu, tapi tidak pernah bisa menghubungimu sampai sekarang."
Jaemin merasa hatinya mencelus. "Lalu apa yang harus kita lakukan? Bagaimana kita bisa melawan mereka?"
Jeno tersenyum tipis, tapi ada keputusasaan di balik senyuman itu. "Kita harus menemukan sumber kekuatan mereka dan menghancurkannya. Tapi itu akan sulit, karena setiap kali kita mencoba, mereka akan menyerang dengan lebih keras."
Ketika Jaemin dan Jeno mulai merencanakan langkah mereka berikutnya, mereka dihadapkan pada ujian yang paling berat. Kekuatan gelap yang mengintai mereka mulai menunjukkan dirinya—makhluk-makhluk bayangan dengan mata merah menyala muncul dari balik pepohonan kristal, mencoba untuk memisahkan mereka.
Dengan keberanian yang tidak pernah ia sadari ada dalam dirinya, Jaemin berdiri di samping Jeno, melawan makhluk-makhluk tersebut dengan kekuatan yang dipicu oleh cinta mereka. Namun, semakin keras mereka berjuang, semakin kuat pula makhluk-makhluk itu, hingga akhirnya, mereka hanya punya satu pilihan tersisa.
"Kita harus menggabungkan kekuatan kita," bisik Jeno, menggenggam tangan Jaemin erat-erat. "Jika kita benar-benar ingin bersama, kita harus siap mengorbankan segalanya."
Jaemin menatap Jeno dalam-dalam, merasakan keyakinan yang kuat tumbuh di dalam hatinya. Tanpa ragu, dia mengangguk. Mereka saling menatap, lalu dengan serentak mereka mengarahkan tangan mereka ke arah makhluk-makhluk bayangan yang mengancam mereka.
Sebuah ledakan cahaya yang menyilaukan memenuhi udara, dan untuk sesaat, waktu seolah berhenti. Ketika cahaya itu memudar, makhluk-makhluk bayangan itu menghilang, dan dunia di sekitar mereka berubah. Langit yang sebelumnya gelap menjadi cerah, dan pepohonan kristal mulai bersinar lebih terang dari sebelumnya.
Jaemin merasakan Jeno menggenggam tangannya lebih erat, dan ketika dia menoleh, dia melihat senyum penuh kemenangan di wajah Jeno. "Kita berhasil," kata Jeno dengan napas terengah-engah. "Kita bisa bersama sekarang, tanpa ada yang memisahkan kita."
Namun, saat Jaemin hendak menjawab, dia merasakan tubuhnya mulai menghilang. Dia menatap Jeno dengan terkejut, mencoba mempertahankan cengkeramannya, tapi sia-sia. Dunia di sekelilingnya mulai memudar, dan Jaemin tersadar bahwa dia sedang kembali ke dunianya sendiri.
"Tidak! Jeno!" teriak Jaemin, mencoba bertahan, tapi cermin itu menariknya kembali dengan kekuatan yang tak terelakkan.
Saat Jaemin terbangun di apartemennya, dia merasa kosong. Cermin itu kembali seperti semula, menunjukkan pantulan dirinya tanpa ada tanda-tanda Jeno. Namun, di dalam hatinya, Jaemin tahu bahwa mereka masih terhubung. Meskipun terpisah oleh dimensi, cinta mereka tetap ada, menunggu hari ketika mereka bisa bersatu kembali. Dan sampai saat itu tiba, Jaemin bertekad untuk menemukan cara untuk kembali ke dunia di mana Jeno berada, karena dia tahu cinta mereka lebih kuat daripada kekuatan apa pun yang mencoba memisahkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
one-twoshoot
Historia Cortaini tempat buat kumpulin semua oneshoot yang saya buat (bxb) (gxb)