𝘾𝙝𝙖𝙥 2 :: Berbaring Tersentak Tertawa

103 14 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Baru kali ini Ice merasakan penderitaan selama 3 hari berturut - turut di zona nyamannya sendiri. Bagamana tidak? pada jam 6 pagi, Blaze sudah ribut karena kekesalannya dalam game. Sampai - sampai penjaga asrama harus menyita hp nya selama seminggu. Dan dalam seminggu itu, Ice harus mendengar rengekan Blaze. Ice yang notabene nya hobi tidur jadi merasa terganggu.

Tak lupa saat sarapan datang ke kamar mereka pada pukul setengah 7 pagi, Blaze selalu mengajak Ice sarapan bersama. Ice tak pernah menolak ajakan itu. Tetapi yang membuat Ice gondok, Blaze selalu bercerita heboh padahal ceritanya biasa.

Lo asik Blaze, asik sendiri.

Hingga hari Senin tiba, Blaze dan Ice harus mengikuti Pra Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah di SMA barunya. Tentu saja mereka memakai seragam dari sekolah asal. Ice memakai seragam SMP berwarna biru tua dengan dasi berbentuk pita. Itu membuat Blaze keheranan. Karena Blaze sendiri sekolah di SMP Negri.

"Kok dasinya gitu? bukannya kayak gini?" Blaze menunjukan dasi sendiri yang sudah rapi berbentuk persegi panjang dengan segi tiga di ujung dasi.

Ice segera menggeleng, "Aku swasta."

"WAHH? KAMU KAYA, ICE?!" Nah, baru pagi sudah heboh saja. Ice memakai headset, untuk sedikit meredam suara Blaze bak toa masjid.

"Gak juga, aku masih pake hp andro."

"Berapa harganya?"

"5 Juta."

". . . ITU MAHAL ICE." Padahal 5 juta itu adalah uang jajannya selama 2 minggu Ice semenjak di asrama, menurutnya tak terlalu banyak dan tak terlalu sedikit. Blaze sendiri, uang 5 juta bisa untuk biaya hidupnya selama 10 bulan. Bukan pelit atau bagaimana, Blaze memang hidup secukupnya.

Mata Blaze berbinar, seolah baru saja melihat artefak dunia. Bukan, dia bukan memikirkan tentang memorot uang Ice, dia hanya kagum saja. Selama hidup, ia tak pernah melihat orang - orang kaya modelan Ice yang terbilang penampilan sederhana. Yaiyalah sederhana, dia saja jarang keluar kamar.

Ice memutar bola matanya malas, "Udah, mending bawa dulu sarapan di depan pintu."

Blaza mengangguk, ia segera menuju pintu dan mengambil sarapan mereka. Mereka setiap pagi dan malam diberi nasi box, isinya bukan main - main. Memang sederhana, tetapi rasanya bintang lima.

Seperti biasa, setiap makan bersama, detik itu juga Blaze bercerita tiada jeda. Jedanya hanya sepersekian detik di saat ia menyuap makanan. Ice juga sudah jemu dengan obrolan Blaze, tak ada yang masuk sama sekali.

Beranjak DewasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang