07 || istri gus azhar

186 114 26
                                    

Marhaban.....

............

"Janganlah takut atas penilaian orang lain terhadapmu karena kehidupanmu adalah milikmu. Tetapi takutlah atas penilaian Allah terhadapmu karena kehidupanmu adalah milik Nya."

-Al Habib Umar bin Hafidz-

..........

Part sebelumnya....

"Saya bukan seorang pria yang tergila-gila dengan wanita. Satu istri saja sudah membuat saya bersyukur. Saya tau dalam islam, laki-laki bisa mempunyai dua atau tiga istri tapi itu tidak berlaku untuk saya. "

"Jika sudah tidak ada keperluan saya pamit, assalamu'alaikum. "

Tanpa menunggu jawaban pemuda itu pergi meninggalkan mereka.

Beberapa menit abi yusuf juga bangkit dari duduknya.

"Saya juga pamit, jika ada yang antum butuhkan silakan katakan saja kepada istri saya. Maaf saya tidak bisa menemani kalian. " tutur abi yusuf lalu berjalan keluar.

...........

"Ada baiknya jika kamu mengikhlaskan azhar bersama wanita pilihannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada baiknya jika kamu mengikhlaskan azhar bersama wanita pilihannya. " ujar abinya.

Saat ini keduanya sedang berjalan keluar untuk kembali pulang kerumah.

"Gabisa abi, dira gabisa mengikhlaskannya begitu saja. "

"Tapi dia sudah menikah sayang, ikhlasin yaa nanti abi akan cariin yang lain untukmu. " tuturnya dengan lembut.

Pria paruh baya tersebut mengelus kepala anak gadis satu-satunya peninggalan istrinya dengan sayang.

"Dira usahain. " ucapnya.

Dengan segera gadis itu pergi meninggalkan abinya lalu pergi entah kemana.

Pria paruh baya itu menghela nafas berat saat melihat tingkah putrinya.

Di samping itu ada seorang gadis yang sedang menguping pembicaraan keduanya tadi.

"Jadi gus azhar sudah menikah. " monolog gadis itu.

"Tapi dengan siapa dan kapan. " lanjutnya.


Setelahnya gadis itu pergi meninggalkan tempat tersebut lalu kembali mengerjakan pekerjaannya.

🌷🌷🌷🌷


"Cape juga yaa jadi babu. " celetuk Nasya yang duduk di lantai masjid sambil mengipasi wajahnya dengan tangannya.

Saat ini keempat gadis itu telah menyelesaikan pekerjaan mereka lalu mereka duduk beristrahat sebentar untuk menghilangkan rasa lelah di teras masjid dengan Nasya yang masih memegang sapu.

"Lebay lo. " ucap Risa.

Nasya menatap gadis itu dengan tatapan sinis. "Dasar Rinso, sabun cuci baju. "

"Heh nama gue Risa, Clarisa bukan rinso. Mak gue ngasih nama bagus-bagus malah lo ubah-ubah, dasar sinting. " protes gadis itu tidak Terima namanya diubah menjadi merk sabun cuci baju.

"Itu nama kesayangan gue untuk lo. "

Gadis menatap sinis temannya itu, "ngotak dikit lah, masa ngasih nama kesayangan malah nyasar ke nama sabun, jauh woy. "

Winda dan juga kila yang melihat pertengkaran itu menatap malas keduanya.

"Mulai deh mulaiiii. " ucap winda sambil memutar bola mata jengah dengan dua temannya.

"Udah, ayoo kita siap-siap buat shalat dhuha. " ucap kila.

"Ehh kalian duluan aja soalnya gue mau nganterin ini dulu. " tutur Nasya sambil memperlihatkan sapu d tangannya.

"Oh yaudah. "

Setelah teman-temannya pergi, gadis itu berdiri ingin secepatnya mengembalikan benda yang ada ditangannya.

Saat ditengah jalan tiba-tiba dirinya bertabrakan dengan seseorang.

"Mata kamu dimana sampai gak bisa lihat jalan. " kesal gadis tersebut.

Nasya melihat gadis didepannya. Rupanya orang yang bertabrakan dengannya adalah gadis yang dilihatnya tadi bersama temannya.

Yap.. Gadis yang bertabrakan dengan Nasya adalah Nadira.

"Jelas-jelas lo yang gak lihat jalan ngapa malah nyalahin gue. " tutur gadis itu tidak Terima.

"Kamu santri tapi gak punya adab dan sopan santun, apa orang tuamu tidak pernah mengajarkan adab padamu!? "

Mendengar nama orang tuanya disebut-sebut membuat Nasya menatap perempuan itu dengan tajam.

"Tau apa anda tentang orang tua saya.  "

Dengan segera gadis itu pergi meninggalkan Nadira disana sendirian.

🌷🌷🌷🌷


Disisi lain Nasya saat ini sedang berada di bawah pohon mangga menghilangkan kekesalannya, gadis itu tidak ikut shalat dhuha karena saat ini moodnya sedang buruk akibat perempuan tadi.

"Dasar perempuan gila, bisa-bisanya gus azhar punya istri kek gitu. " kesalnya sambil menendang kerikil didepannya.

"Kamu lagi, Mengapa kamu tidak ikut shalat dhuha berjemaah di masjid!! "

Apa kalian ingat ustazah yang pernah menghukum Nasya saat tidur di masjid? Namanya ustazah Halimah, wanita itu memiliki sifat tegas kepada para santri di pondok pesantren Nurul Huda.

"Saya lagi males ustazah. " ucapnya dengan santai tanpa takut.

" na’użu billāh. Silakan kamu berdiri di depan masjid lalu hafalkan surah Al-ahzab dari satu sampai akhir, saya tunggu setorannya setelah shalat dzuhur. "

Gadis itu menatap ustazah Halimah dengan tatapan tidak Terima, baru saja dia terbebas dari hafalan dan sekarang dirinya malah disuruh menghafal lagi.

"Saya tidak menerima tawaran. ini adalah hukuman yang sudah terbilang ringan, sekarang pergilah!! "

Dengan kesal gadis itu pergi menjalankan hukumannya lagii. Rasanya dirinya ingin kabur dari penjara suci ini.

Disinilah Nasya berada, berdiri didepan masjid sambil memegang mushaf kecil ditangannya, sesekali gadis itu mengerutu tak jelas.

"Huhh lagi-lagi dapet hukuman, mana hukumannya hafal surah Al-ahzab.Untung gue udah hafal sampai ayat ke dua puluh, kalau gak mati dah gue. Mana waktunya habis shalat dzuhur lagi. "

🌷🌷🌷🌷

Bersambung.....

Tandai jika ada typo.
Mkasih

Nasyazhar || My husband in this world and the hereafter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang