1: Pertemuan yang aneh

76 18 12
                                    

Pagi yang hangat menyambut Lana. Dengan perasaan yang berdebar lembut, dia membuka matanya dan tersenyum, memikirkan hari ini ia akan memasuki dunia baru yang didambakan setiap anak seusianya. Hari pertama di sekolah menengah, SMP Negeri 4. Tak disangka, tempat ini akan menjadi latar dari momen terindah dalam hidupnya.

"Hmhh..." Lana mendesah pelan saat mulai bangun dari tidurnya. Tanpa menunggu lama, dia segera bersiap-siap untuk menyambut hari pertamanya. Sambil bersenandung riang dan mendengarkan musik dari playlist andalannya, Lana menyiapkan semua keperluannya dengan antusias.

"Lana, sarapan dulu," seru Ibu dari dapur.

"Iya, tunggu sebentar, Bu!" jawab Lana yang tak sabar ingin segera mengisi energinya dengan masakan kesayangan buatan ibunya, berharap itu akan menambah semangatnya menjalani hari pertamanya di sekolah menengah.

Selesai sarapan, Lana berpamitan lalu berjalan kaki menyusuri jalan dengan hangatnya sinar mentari yang menyertai. Senyum selalu tersungging di bibirnya, ransel di punggung, dan sapu lidi serta peralatan MOS lainnya digenggam erat. Langkahnya menunjukkan betapa antusiasnya dia hari itu. Entah sudah berapa lagu yang dia nyanyikan lana, terus berganti seiring langkah yang semakin dekat dengan sekolah barunya.

"Wuahh, akhirnya sampai..." Lana menarik napas panjang, senyum lebarnya semakin terlihat.

"Lana!!" teriak seseorang dari kejauhan. Ternyata itu Shaka, yang sudah lebih dulu datang bersama Naura.

Lana melambaikan tangan, lalu berjalan menghampiri kedua temannya yang tengah duduk dan berbincang dengan beberapa siswa lain. Dia pun ikut bergabung dalam percakapan mereka.

Hari-hari MOS terasa begitu menyenangkan bagi Lana. Bertemu orang baru dan memiliki teman-teman baru sesuai dengan keinginannya. Meskipun begitu, Shaka dan Naura tetap tak tergantikan, mereka berdua selalu menjadi yang terdekat di hatinya.

Pada hari terakhir MOS, Lana telah memiliki banyak teman baru, terutama dari kelompok Gugus 1, tempat dia dikelompokkan. Ketika istirahat, rasa haus membuat Lana bergegas ingin ke kantin untuk membeli minuman. Dia juga berniat mengajak Shaka dan Naura yang tempat gugusnya berada agak jauh—Shaka di Gugus 6 dan Naura di Gugus 7.

"Teman-teman, aku ke kantin dulu, ya," Lana berpamitan kepada teman-teman satu gugusnya sebelum beranjak keluar kelas.

Baru saja Lana melangkah keluar dari pintu kelas, dia mendapati dua orang laki-laki berseragam OSIS sedang berdiri di depan pintu. Dengan sopan, Lana tersenyum dan hendak melewati mereka, tetapi tiba-tiba salah satu dari mereka menghadang langkahnya.

Lana mendongak, menatap lelaki yang lebih tinggi darinya itu, lalu bertanya, "Kenapa ya, Kak?"

"Dek, boleh pinjem uang nggak?" tanya pemuda itu dengan nada main-main.

"Hah? Apaan sih nggak jelas..." jawab Lana, merasa bingung dan sedikit kesal.

"Idih, galak banget, Dek! Becanda kali, jangan marah-marah. Nanti cepet tua. Namanya siapa sih?" balas laki-laki itu sambil tersenyum nakal.

"Galak? Galak!? Kamu tuh yang pakai kalung nggak jelas, kayak kalung anjing aja. Minggir sana!" bentak Lana dengan marah tanpa menjawab pertanyaan lelaki itu. Dia merasa tidak suka dengan perlakuan lelaki itu, yang menurutnya kurang ajar. Tanpa berpikir panjang, Lana mendorong pemuda itu dan segera pergi menjauh.

Setelah beberapa langkah, Lana menoleh ke belakang dan melihat kedua lelaki tadi saling mengejek satu sama lain, entah apa yang mereka perbincangkan.

"Ihh, apaan sih itu orang? Nyebelin banget, nggak jelas!" keluh Lana sambil melangkah menuju kantin.

"Dahlah, aku mau ketemu besti-ku aja..." Lana menghela napas, mengabaikan kejadian tadi, lalu pergi menemui Shaka dan Naura. Sesampainya di kantin, Lana menceritakan kejadian menyebalkan yang baru saja dia alami kepada kedua sahabatnya.

Hari itu berlalu, dan untung saja Lana tidak bertemu lagi dengan orang yang menurutnya menyebalkan itu...

My First ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang