Support me yah!
Semoga suka ya! kritik, saran dan kesan kalian sangat berharga buat aku.
Happy Readiing and be comfort gais
Di sisi lain...
Raka's Side
Dengan langkah santai, Raka memasuki gerbang sekolah meskipun tahu dirinya sudah terlambat. Di tengah lapangan, para siswa baru sudah berbaris rapi, menunggu pengumuman pembagian kelas.
"Raka, kamu terlambat lagi. Kamu ini anggota OSIS, loh. Nggak baik dicontoh adik-adiknya," tegur seorang guru dengan nada lembut, tapi tegas.
"Hehe, iya, Bu. Maaf ya," jawab Raka sambil tersenyum manis, mencoba menutupi keterlambatannya. Dia lalu meraih tangan ibu guru itu dan menyalaminya dengan penuh hormat.
"Dasar kamu ini... sudah, sana!" Ibu guru tersenyum sambil menggelengkan kepala, seolah sudah terbiasa dengan tingkah Raka.
"Siap, Bu!" jawab Raka. Ia kemudian menaruh tasnya di salah satu bangku panjang di depan ruang guru dan segera bergabung dengan teman-teman OSIS yang lain, yang sudah memulai pembagian kelas.
Karena tempat sudah penuh dengan guru dan anggota OSIS, Raka memilih duduk di salah satu anak tangga, tepat di depan barisan siswa baru. Dari tempat duduknya, tatapan Raka mengamati barisan, lalu berhenti pada sosok yang kemarin sempat membuatnya kesal.
Dengan senyum miring, Raka bergumam dalam hati, Ch, anak kemarin... ceria banget tuh muka. Emang beneran kesel dia sama gue kemaren.
Tapi bayangan lain muncul di benaknya. Raka langsung mengeluhkan ingatan itu dengan suara kecil.. Tapi masa kalung gue dikatain kayak kalung anjing? Awas lu! Kalau aja kemarin si Tio nggak ngide nantangin gue buat basa-basi sama tu bocah...!!
Keluhannya itu menarik perhatian Tio, sahabatnya yang duduk di sampingnya. "Kenapa lu? Diliatin mulu anak orang. Naksir ciee"
"Nggak lah, bego! Kesel aja gue, dia ngatain kalung gue kayak kalung anjing."
Tio tertawa terbahak-bahak. "Bhahahah! Ya lu juga, masa iya basa-basinya minta uang! Hahahaha! Eh, tapi ya, Rak, emang bener sih... kalung lu itu emang mirip kalung anjing, pfftt..."
Komentar itu langsung disambut jitakan kecil di kepala Tio. "Diam lu!" bentak Raka sambil dengan wajah kesalnya.
Tio masih tertawa sambil mengusap kepalanya yang baru saja kena jitak. "Tapi ya, Rak, kalau peratiin, tu anak imut juga. Nggak salah pilih gue kayaknya."
"Imut mata lu peang! Macet kali otak lu," balas Raka sambil mencibir.
"Hina aja terus... ntar naksir gue juga yang susah."
"Ya emang lu orang susah! Jangan nyalahin gue!"
"bukan gitu maksud gue anjir."
"diem, bacot!"
"iye iye." Tio akhirnya diam sejenak, tapi masih memperhatikan gerak-gerik bcah yang mereka bicarakan tadi.
"Owalah, Rak! Namanya Lana, tuh!" seru Tio tiba-tiba, mencoba menghidupkan kembali percakapan.
Raka hanya merespon dengan mengangkat bahunya, seperti tak peduli dengan hal itu.
"Yaelah, nggak asik lu!"
"Diem!"
"Yaudah, berarti fiks buat gue, ya?" Tio tersenyum jahil, tapi Raka hanya menanggapinya dengan diam. Ia tak ingin memperpanjang percakapan yang menurutnya tak penting.
Namun, tiba-tiba Tio menjadi serius. Wajahnya mendadak berubah, seolah ada sesuatu yang ingin diberitahukan pada raka....
"Rak..." panggil Tio dengan nada rendah, mencoba menarik perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Butterfly
Non-FictionCinta pertama? entahlah... cinta mungkin terlalu berat untuk rasa yang begitu sederhana seperti kupu-kupu yang terbang dengan indah meskipun ia tidak tau akan kemana. Aku jatuh padamu dengan sederhana tanpa aku tau semua akan jadi serumit ini. meski...