🔥1🧊

236 10 0
                                    

Derikan suara api yang melalap kayu terdengar begitu nyaring di telinga Nicolo, pemuda berambut hitam pendek yang seharusnya sedang bersenang-senang di liburan musim panas ini, harus menyaksikan sebuah tragedi yang sangat menyakitkan di depan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derikan suara api yang melalap kayu terdengar begitu nyaring di telinga Nicolo, pemuda berambut hitam pendek yang seharusnya sedang bersenang-senang di liburan musim panas ini, harus menyaksikan sebuah tragedi yang sangat menyakitkan di depan matanya.

Rumah keluarganya, yang telah menjadi tempat tinggalnya sejak ia lahir, kini dilalap oleh kobaran api yang dahsyat dan menggemuruh. Dering suara serangga malam yang riuh seolah berbaur dengan gemuruh api besar yang berkobar di hadapannya.

Tas besar berisi belanjaan yang dipegang Nicolo di tangan kanannya terlepas, jatuh tergeletak di tanah berumput. Tak ada seorang pun di sekelilingnya-rumah keluarganya memang terpencil, berdiri di tengah padang rumput hijau, jauh dari pemukiman.

Nicolo hanya bisa berdiri sendiri, menyaksikan kediamannya dilahap oleh amukan api.

Berbeda dengan kebanyakan orang yang akan langsung berlari ke dalam rumah saat tahu keluarganya masih terperangkap di dalam kebakaran, Nicolo justru tidak bergerak.

Pemuda itu membeku di tempat, tubuhnya seolah terkunci, bahkan menggerakkan satu jarinya pun ia tak sanggup.

Nicolo sepenuhnya sadar bahwa ayah dan ibunya masih berada di dalam rumah-setidaknya itulah yang ia ingat saat meninggalkan rumah tadi untuk berjalan kaki ke minimarket membeli beberapa barang.

Keterkejutan yang bercampur dengan kecemasan luar biasa membuat tubuh Nicolo mematung sepenuhnya.

"Nicolo," Samar-samar, terdengar suara seseorang memanggil namanya. "Nicolo!"

Nicolo mengerjapkan matanya, segera menarik dirinya kembali dari bayangan beberapa minggu lalu ketika ia menyaksikan rumahnya terbakar.

Kini, pemuda itu berada di dalam ruangan yang aman dan sejuk, duduk di atas sofa empuk, dengan layar televisi menyala di depannya. Di sampingnya, seorang pria kurus berambut pirang keriting duduk menemani.

"Kamu ngelamun lagi," Pria berambut pirang keriting itu berkata, sambil mengunyah keripik kentang dari toples yang diletakkan di atas kedua pahanya. Pandangan mereka terpaku pada layar televisi, menayangkan adegan film pembunuhan yang dipenuhi jeritan. "lagi mikirin apa?"

Menghembuskan napasnya, Nicolo menenangkan diri, berusaha kembali ke realitas saat ini. "Enggak, heran aja, masa adegan filmnya dari awal sampai mau ending cuman kejar-kejaran doang, filmnya ga seru."

Dengan tawa kecil, pria itu melemparkan beberapa keripik dari toples ke wajah Nicolo di sampingnya. "Jangan banyak protes, tonton aja dulu sampe akhir, nanti juga kamu bakal kaget."

Dengan menguap lebar, Nicolo menggelengkan kepala sebelum beranjak dari sofa dan berkata, "Udahan ah, nonton film jelek bikin aku ngantuk."

Pria berambut pirang keriting tersentak mendengar komentar Nicolo yang terkesan meremehkan film yang direkomendasikannya.

999 (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang