🔥8🧊

33 6 0
                                    

SMA Cemara, meskipun dikenal sebagai sekolah kontroversial karena menerapkan sistem segregasi yang membedakan siswa berdasarkan kecerdasan dan perilaku, tetap menjadi yang paling diminati di antara sekolah-sekolah lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SMA Cemara, meskipun dikenal sebagai sekolah kontroversial karena menerapkan sistem segregasi yang membedakan siswa berdasarkan kecerdasan dan perilaku, tetap menjadi yang paling diminati di antara sekolah-sekolah lain.

Banyak orang tua yang memilih menyekolahkan anak-anaknya di sana, mungkin karena sistem tersebut memberi mereka gambaran yang lebih jelas tentang kemampuan anak mereka yang sebenarnya.

Namun, Nicolo tidak menyukai hal itu, karena menurutnya, SMA Cemara sangat buruk dengan sistem segregasinya. Baginya, kebijakan itu hanya akan memicu diskriminasi, persekusi, dan perundungan di antara para siswa.

Pagi ini, Nicolo tampak sudah berpakaian rapi dengan kaos oblong putih dan celana pendek serasi, duduk di kursi belakang mobil. Di depan, seorang pria berambut pirang keriting sudah siap di bangku sopir, menunggu untuk mulai mengemudi. Namun, mereka masih menanti dua orang lagi yang belum masuk ke dalam kendaraan.

"Jangan manja! Ayo cepetan masuk ke mobil!"

Terdengar suara teriakan bernada membentak dari seorang perempuan. Ketika Nicolo melirik melalui kaca mobil, ia melihat Cindy tengah menarik lengan Candy untuk keluar dari rumah. Candy tampak sangat enggan berangkat ke sekolah, mungkin karena fakta dirinya ditempatkan di area Bawang Hitam.

"Hahh... dasar." Pamannya Nicolo, yang duduk di kursi depan, tampak menggeleng-gelengkan kepala, mungkin lelah melihat salah satu anak kembarnya merajuk dan menolak untuk pergi ke sekolah.

Akhirnya, upaya keras Cindy dalam memaksa Candy pun membuahkan hasil, dan kedua gadis kembar itu sudah duduk di dalam mobil di tempat masing-masing. Seperti hari sebelumnya, Candy duduk di kursi depan bersama ayahnya, sementara Cindy duduk di kursi belakang bersama Nicolo.

Mengabaikan isakan tangis Candy, mobil akhirnya dinyalakan, mengeluarkan dengungan halus khas mesin saat roda-rodanya mulai bergerak maju, meninggalkan pekarangan rumah dan meluncur menuju jalan raya.

"Kamu beda banget sekarang." Nicolo berbisik pelan kepada Cindy, yang duduk di sampingnya, sambil melirik ke arah gadis berambut pirang keriting itu. Kini, Cindy mengenakan busana serba merah, simbol bahwa dirinya berada di area Bawang Merah.

"Beda apanya?" Cindy menoleh dengan terkejut dan heran ketika mendengar perkataan Nicolo. Ekspresinya sejenak membeku, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Nicolo menghembuskan napas, tersenyum miring. "Aku lihat, sekarang kamu lebih tegas pada Candy, enggak kayak dulu yang cuma diem dan senyum tiap Candy bikin ulah."

Setelah mendengar perkataan itu, tatapan Cindy terlihat merenung sejenak, memandang ke depan dengan ekspresi kosong. Ia kemudian kembali menatap Nicolo dan menyunggingkan senyuman tipis.

"Soalnya aku ngerasa, perkataan dan sikap Candy makin ke sini makin keterlaluan, khususnya ke kamu," Cindy menjawab dengan nada pelan. "maaf kalau dulu, aku diem aja pas kamu diperlakukan kasar sama kembaranku, tapi mulai sekarang, aku gak akan diem aja, aku bakal jewer kupingnya Candy kalau dia ngusik kamu," Cindy tertawa kecil sebelum melanjutkan omongannya dengan wajah serius. "aku pengen kamu ngerasa nyaman di rumah."

999 (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang