Setelah menyesap sebotol air mineral dari Hyeon, pemuda berambut hitam itu langsung merespons sambil menghapus sisa air di bibirnya yang basah.
"Nicolo, namaku Nicolo," jawabnya dengan tersenyum lebar. "ngomong-ngomong makasih airnya."
Senyum Hyeon kian merekah. "Salam kenal, Nicolo."
Nicolo mengangguk pelan sebelum memberi balasan, "Salam kenal juga, Hyeon."
Setelah saling mengetahui nama, Nicolo dan Hyeon bertukar pandang, masing-masing tersenyum tipis. Hingga akhirnya, pemuda berambut putih dan berkulit pucat itu perlahan memalingkan wajahnya, mengalihkan pandangan ke depan.
"Kamu pendatang dari mana?" Hyeon kembali berbicara, namun kali ini tanpa menoleh ke arah Nicolo di sampingnya.
Nicolo meletakkan botol air mineral di samping pahanya, lalu menjawab dengan nada tenang. "Utara, dari daerah pedesaan yang dijuluki 'Ladang Sapi'."
Hyeon melirik sekilas ke samping, tampak sedikit terkejut. Mungkin dia tak menyangka bahwa orang di sebelahnya berasal dari tempat yang begitu jauh. Namun, pemuda berkulit pucat dengan rambut putih itu berusaha menahan diri, tetap menatap lurus ke depan tanpa sekalipun menoleh ke arah Nicolo.
"Jauh juga ya," ujar Hyeon dengan nada yang terkesan datar. "kamu lagi nikmatin liburan musim panas di sini?"
Nicolo menggelengkan kepala sambil tertawa kecil. "Engga, aku sudah menetap di sini."
Kali ini, Hyeon tak mampu menahan diri lagi. Ia segera menoleh dan memandang wajah Nicolo yang sedang menyunggingkan senyum tipis. "Jadi, kamu pindah rumah?"
Nicolo mengangguk, mengiyakan perkataan Hyeon. "Ya, aku pindah, soalnya rumahku yang di pedesaan...," Entah mengapa, Nicolo tak mampu melanjutkan ucapannya, sehingga ia segera mengalihkan pembicaraan ke topik lain. "... kamu orang asli sini?"
"Yap, bisa dibilang, aku ini pribumi," kata Hyeon sambil tertawa riang, menertawakan diri sendiri dengan ucapannya. "aku lahir dan dibesarkan di tanah ini, jadi aku tahu persis segala hal di kota ini, kalau kamu mau, aku bisa temani kamu keliling kota."
Nicolo menyeringai kecil. "Ide bagus tuh," kata Nicolo, terlihat gembira menerima tawaran dari Hyeon. "kebetulan aku juga pengen jalan-jalan."
Akhirnya, Nicolo dan Hyeon sepakat untuk menjelajahi kota tempat mereka tinggal. Pemuda berkulit pucat dengan rambut putih itu tampak bersemangat untuk menunjukkan berbagai tempat yang dianggapnya unik dan menarik kepada orang baru yang kini telah menetap di kotanya.
Lokasi pertama yang ditunjukkan Hyeon adalah sebuah kedai es krim yang telah terbengkalai.
Hyeon dan Nicolo duduk berhadapan di kursi reyot, yang sudah lama tidak terurus. Meja di antara mereka tampak kusam, dipenuhi debu dan lumut.
"Ini dulunya tempat nongkrongku bersama kawan-kawanku," ujar Hyeon, menjelaskan tentang tempat yang kini mereka kunjungi. "tapi seperti yang kamu lihat, kedai es krimnya sudah tutup."
KAMU SEDANG MEMBACA
999 (BxB)
RomancePagar pembatas antara murid unggulan, murid buangan, dan murid bermasalah semakin merenggang. Nicolo dan Hyeon, dua murid lelaki yang dimabuk cinta, ingin hubungan mereka bukan sebatas ekspresi kasih sayang semata, tapi juga sebagai aksi kerja sama...