Berjumpa dengan sosok yang paling ingin ia hindari, Nicolo terpaksa merelakan waktu berharganya demi berbincang dengan Julian, yang justru berakhir dengan rasa jengkel.
Tanpa ragu, Julian melabeli Nicolo sebagai seorang penyendiri anti-sosial yang sama sekali tak memiliki teman. Sambil mengepalkan tangan, Nicolo berjuang meredam amarahnya, menahan hasrat untuk menghajar dan membungkam mulut Julian yang kelewat blak-blakan.
"Maaf, apa aku terlalu berlebihan?" Julian tampaknya menyadari bahwa ucapannya barusan mungkin telah menyinggung perasaan Nicolo. "aku enggak berniat ngejek kamu atau apa, malah, aku pengen temenan sama kamu."
Menggertakkan rahang, Nicolo mendecih. "Temenan?"
Julian mengangguk dengan antusias, menunjukkan keseriusannya untuk berteman dengan Nicolo, tak peduli bahwa ekspresi wajah lawan bicaranya dengan gamblang memperlihatkan keengganannya menjalin hubungan pertemanan.
"Nicolo!"
Ketika Julian hendak membuka mulutnya lagi, suara seseorang dari kejauhan memanggil nama Nicolo, mengalihkan perhatian mereka berdua.
Keduanya serempak menoleh ke arah suara itu dan melihat Hyeon, dengan rambut putih lembutnya, duduk di salah satu meja kantin. Hyeon mengacungkan tangan, melambai-lambaikannya dengan penuh semangat, seolah memanggil Nicolo untuk segera menghampirinya.
Nicolo langsung menyeringai, merasa lega karena Hyeon, secara tak langsung, telah menyelamatkannya dari cengkeraman terong ungu menyebalkan seperti Julian.
"Udah dulu ya," kata Nicolo, terkekeh kepada Julian, sembari mengedikkan kepalanya ke arah Hyeon. "temenku manggil." Setelah mengatakan itu, Nicolo tersenyum puas lalu melangkah pergi, meninggalkan Julian-si pemuda berambut ungu-yang kini terpaku sendirian di posisinya.
Melihat Nicolo duduk di meja yang sama dengan sosok Hyeon yang belum dikenalnya, Julian tertegun, tak percaya bahwa dugaannya selama ini keliru. Ternyata, Nicolo bukanlah seorang penyendiri anti-sosial tanpa teman, setidaknya dari yang Julian lihat, orang itu punya satu teman.
"Kayaknya, aku harus minta maaf."
Begitu duduk berhadapan dengan Hyeon, Nicolo langsung menggenggam erat kedua tangan pemuda berambut putih itu sambil berkata, "Makasih. Kamu tadi nyelamatin aku, kalau gak ada kamu, aku bakal terus-terusan terjebak dengan Si Terong Ungu."
"Terong ungu?" Hyeon sedikit tersentak. "maksud kamu, orang yang tadi ngobrol bareng kamu ya?"
Mengangguk, Nicolo membenarkan. "Iya, itu, Si Terong Ungu," tegas Nicolo, kemudian pegangan erat di dua tangan Hyeon mulai dilonggarkan sembari berkata, "dan juga, dia itu Julian yang kemarin ngirim mawar sama surat."
"Oh, jadi dia yang namanya Julian," Semuanya jadi terasa masuk akal di kepala Hyeon. "dari penampilannya, kayaknya dia orang kaya, ya."
Nicolo mengedikkan bahu, tampak tak terlalu peduli soal status Julian-baginya, itu sama sekali tidak penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
999 (BxB)
RomancePagar pembatas antara murid unggulan, murid buangan, dan murid bermasalah semakin merenggang. Nicolo dan Hyeon, dua murid lelaki yang dimabuk cinta, ingin hubungan mereka bukan sebatas ekspresi kasih sayang semata, tapi juga sebagai aksi kerja sama...