Suara desisan singkat terdengar ketika pintu kaca di depan mereka terbuka, sesaat setelah Yuniar, Ketua OSIS, menginjak sebuah panel khusus di lantai. Panel itu tampaknya dirancang untuk para murid Bawang Putih agar dapat teridentifikasi oleh kamera kecil yang terpasang di sisi kiri pintu. Sistem pengenalan ini sepertinya menjadi prosedur wajib bagi murid-murid Bawang Putih saat keluar-masuk wilayah mereka-mungkin demi keamanan atau pengawasan.
Sangat canggih dan futuristik, setidaknya begitulah kesan Nicolo saat menyaksikan hal tersebut.
Yuniar akhirnya melanjutkan langkahnya, mengisyaratkan Nicolo dan Hyeon untuk mengikutinya. Berdasarkan penjelasannya sebelumnya, Sang Ketua OSIS akan membawa mereka menuju ruang khusus penyambutan murid baru. Namun, Nicolo dan Hyeon tidak memiliki gambaran seberapa jauh jaraknya, karena perhatian mereka teralihkan oleh kekaguman yang mendalam terhadap pemandangan menakjubkan dari area Bawang Putih yang sebenarnya.
Di sekitar mereka, para murid sibuk berlalu-lalang, bukan hanya dengan berjalan atau berlari, tetapi juga ada yang terbang meliuk-liuk menggunakan perangkat yang menyelimuti tubuh mereka, memungkinkan mereka melayang dan melesat di udara bak burung. Namun, yang paling memukau bagi Nicolo dan Hyeon bukanlah para murid, melainkan dekorasi dan interior tempat itu. Segala sesuatu tampak serba putih dan begitu mengkilap-lantai, dinding, langit-langit, dan kaca-semuanya bersih sempurna tanpa sedikit pun noda atau kotoran terlihat.
Sayangnya, Nicolo mulai merasa bosan dengan dominasi warna putih di sekelilingnya. Seolah-olah, warna lain dilarang untuk hadir di tempat ini. Harus berurusan dengan putih setiap hari terasa seperti sebuah siksaan tersendiri baginya.
"Ini dia, ruangannya, masuklah," Langkah Yuniar tiba-tiba terhenti ketika gadis berambut hitam berkacamata itu sampai di depan sebuah pintu besi berwarna perak, yang di bagian tengahnya terdapat monitor kecil dengan tulisan 'RUANG PENYIRAMAN BENIH BAWANG PUTIH BARU'. Nicolo dan Hyeon saling bertukar pandang setelah membaca nama ruangan yang terdengar cukup aneh bagi mereka. "cari meja yang kosong, nanti aku juga akan tampil untuk berpidato singkat di depan angkatan kalian, jadi cepat masuklah."
Nicolo dan Hyeon akhirnya melangkah masuk ke dalam ruangan, disambut oleh aroma segar yang menyerupai wangi jeruk, menyebar halus menyentuh indra penciuman mereka. Di dalam, sudah banyak murid baru dari area Bawang Putih yang duduk di meja bundar masing-masing. Setiap meja diisi oleh empat hingga enam orang. Di depan mereka, tampak sebuah panggung mini, mungkin dipersiapkan untuk para senior, guru, atau anggota OSIS dalam menyambut kedatangan murid-murid baru Bawang Putih.
Terdapat dua kursi kosong di meja bundar yang terletak di pojok kiri belakang ruangan. Nicolo dan Hyeon segera mendekati meja itu, meskipun sudah ada tiga orang yang duduk di sana. Hyeon mengisi salah satu kursi kosong dengan senyuman ramah kepada tiga sosok asing yang menghuni meja tersebut, sementara Nicolo hanya menampilkan ekspresi datar tanpa banyak kata.
Senyuman Hyeon dibalas dengan sebuah seringaian oleh salah satu dari ketiga sosok tersebut, seorang pemuda berambut pendek berwarna merah muda. Bibirnya dihiasi lipstik merah, dan ia mengenakan baju crop-top putih yang menonjolkan area pusarnya serta rok mini yang memperlihatkan bentuk tubuhnya. Dengan sengaja, ia duduk sambil menyilangkan kakinya, sehingga paha-paha mulusnya terpampang jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
999 (BxB)
RomancePagar pembatas antara murid unggulan, murid buangan, dan murid bermasalah semakin merenggang. Nicolo dan Hyeon, dua murid lelaki yang dimabuk cinta, ingin hubungan mereka bukan sebatas ekspresi kasih sayang semata, tapi juga sebagai aksi kerja sama...