Bab 3 Jejak Kegelapan

60 40 122
                                    

Beberapa tahun telah berlalu sejak Ji Yoon, Do Hyun, dan Min Jae pertama kali memasuki mansion yang megah ini. Kini mereka telah tumbuh menjadi wanita dan pria dewasa, masing-masing dengan karakter dan keterampilan yang sangat terasah. Mereka telah menjadi bagian dari organisasi mafia yang dikelola oleh Appanya. Walaupun mereka masih tinggal di mansion, mereka diperbolehkan untuk keluar menjalankan misi yang kompleks dan berbahaya.

Mansion yang dulunya tampak besar dan menakutkan kini terasa seperti rumah bagi mereka, dengan lorong-lorong yang dikenal baik dan ruangan-ruangan yang penuh dengan kenangan. Mereka masing-masing memiliki kamar pribadi yang diisi dengan barang-barang yang menunjukkan kepribadian mereka.

Ji Yoon, dengan ketidakmampuannya merasakan empati dan keahlian manipulasi yang tinggi, sering kali menghabiskan waktu di ruangannya yang gelap dan minimalis. Do Hyun, yang kini menjadi seorang pria tangguh dan berkemampuan tempur tinggi, lebih suka berada di ruang latihan atau area gym. Min Jae, yang telah tumbuh menjadi pria sensitif tetapi kuat, seringkali terlihat di taman atau ruang kerja.

Suatu pagi, mereka berkumpul di ruang makan untuk sarapan, suasana terasa tegang dan penuh ketegangan yang tidak terucapkan. Appa belum muncul, tetapi mereka tahu bahwa hari ini mungkin akan penuh dengan kegiatan penting.

Ji Yoon duduk di meja dengan sikap tenang, mata tajamnya melirik ke arah Do Hyun dan Min Jae yang sedang duduk di seberang meja. “Kalian sudah siap untuk hari ini?” tanyanya dengan nada datar.

Do Hyun, yang sedang menyiapkan sarapan, menjawab sambil memperhatikan piringnya. “Kita selalu siap. Tergantung misi apa yang akan kita hadapi.”

Min Jae, yang sedang menuangkan teh ke cangkirnya, mengangguk setuju. “Appa tidak pernah memberi tahu kita secara detail sebelumnya. Tapi aku yakin kita akan mendapat tugas besar hari ini.”

“Ya,” kata Ji Yoon, “Aku mendengar beberapa rumor bahwa ada operasi besar yang direncanakan. Mungkin itu alasan mengapa kita harus lebih siap dari biasanya.”

Do Hyun menatap Ji Yoon dengan sinis. “Sepertinya kau tahu lebih banyak daripada yang kita duga.”

Ji Yoon hanya tersenyum tipis, tidak menjelaskan lebih lanjut. “Aku hanya mendengarkan beberapa hal. Kita harus selalu siap menghadapi apa pun.”

Ketika mereka selesai sarapan, seorang pengawas muncul untuk memberi tahu mereka tentang jadwal hari itu. “Tuan ingin kalian semua siap untuk briefing di ruang rapat,” katanya. “Dia akan memberikan detail tentang misi kalian.”

Di ruang rapat, Appa duduk di meja besar, dikelilingi oleh berbagai dokumen dan peta. Ketiga anak masuk, masing-masing dengan ekspresi berbeda—Ji Yoon dengan sikap tenang, Do Hyun dengan ketegasan, dan Min Jae dengan rasa ingin tahu.

“Selamat pagi, anak-anakku,” kata Appa dengan suara tenang. “Hari ini kita memiliki misi penting. Kalian akan terlibat dalam operasi untuk mengendalikan sebuah jaringan yang berusaha menyaingi kita.”

Do Hyun mengangkat alisnya. “Apa yang harus kami lakukan?”

Appa memandang mereka dengan mata yang penuh makna. “Kalian akan menyusup ke dalam organisasi mereka, mengumpulkan informasi, dan menghancurkan operasi mereka dari dalam. Ini adalah tugas yang sangat krusial dan berbahaya.”

Min Jae, yang terlihat sedikit cemas, bertanya, “Apa rencana kami untuk menghadapi kemungkinan risiko?”

“Rencananya adalah memanfaatkan keahlian masing-masing,” jawab Appa.

“Ji Yoon akan bertanggung jawab untuk manipulasi dan infiltrasi. Do Hyun akan mengambil peran sebagai pengaman dan pelindung. Min Jae, akan menjadi penengah dan penyusup. Kalian semua harus bekerja sama.”

Setelah briefing selesai, mereka kembali ke kamar mereka masing-masing untuk mempersiapkan diri. Ji Yoon duduk di ruangannya, memikirkan bagaimana ia akan memanipulasi situasi di lapangan. Ia menyusun rencana dengan cermat, memikirkan langkah-langkah yang akan diambil dan bagaimana ia akan menggunakan kecerdasannya untuk mengendalikan situasi.

Sementara itu, Do Hyun berlatih teknik bertarung dan memeriksa persenjataannya. Ia merasa nyaman dengan perannya sebagai pelindung, tetapi tahu bahwa ia harus tetap waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan.

Di kamar sebelah, Min Jae duduk di meja, memeriksa peralatan dan catatan yang akan membantunya dalam misi. Ia merasa tertekan oleh tanggung jawabnya, tetapi berusaha tetap positif dan fokus pada tugasnya.

Malam hari, setelah persiapan selesai, mereka berkumpul lagi di ruang makan. Ji Yoon tampak lebih percaya diri dari sebelumnya, sementara Do Hyun dan Min Jae terlihat siap meskipun sedikit tegang.

“Bagaimana perasaan kalian tentang misi ini?” tanya Ji Yoon.

Do Hyun menjawab dengan tegas, “Kita telah menghadapi banyak hal sebelumnya. Ini tidak akan menjadi berbeda.”

Min Jae, dengan nada yang lebih lembut, menambahkan, “Aku hanya berharap kita bisa menyelesaikan misi ini tanpa masalah.”

Ji Yoon tersenyum. “Kita akan melakukannya. Kita sudah melalui banyak hal bersama, dan kita tahu bagaimana cara bekerja sama.”

Do Hyun mengangguk setuju. “Betul. Selama kita tetap fokus dan bekerja sama, kita bisa mengatasi apa pun.”

Setelah makan malam, mereka berangkat menuju lokasi misi dengan perasaan campur aduk. Ji Yoon memimpin dengan percaya diri, sementara Do Hyun dan Min Jae mengikuti di belakang. Mereka tiba di tempat yang dituju—sebuah gudang besar yang tampaknya digunakan untuk operasi ilegal.

Ji Yoon memimpin tim dengan keahlian manipulatifnya, menyusup ke dalam gudang dan mulai mengumpulkan informasi dengan cerdik. Do Hyun tetap berada di luar, mengawasi dan siap menghadapi segala ancaman. Min Jae, dengan kemampuannya sebagai penyusup, memindai area dan mencari cara untuk memasuki area yang lebih sensitif.

Selama misi, Ji Yoon menghadapi beberapa individu yang mencurigakan dengan keterampilan berbahasa dan manipulasi emosionalnya. Ia berhasil mendapatkan informasi penting dan merencanakan langkah selanjutnya dengan hati-hati. Do Hyun, yang selalu waspada, menghadapi beberapa konflik dan ancaman dengan keberanian dan keterampilan tempurnya. Min Jae, meskipun merasa tertekan, berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, mengikuti instruksi Ji Yoon dan memastikan tidak ada kesalahan.

Setelah misi selesai, mereka kembali ke mansion dengan perasaan puas, tetapi juga kelelahan. Di ruang makan, mereka duduk bersama untuk merayakan keberhasilan mereka.

“Bagaimana menurut kalian?” tanya Ji Yoon dengan senyum puas.

Do Hyun mengangguk. “Kita melakukannya dengan baik. Semua berjalan sesuai rencana.”

Min Jae, meskipun lelah, tersenyum. “Ya, aku merasa senang bisa menyelesaikan misi ini bersama kalian.”

Ji Yoon memandang kedua pria itu dengan rasa bangga. “Kita adalah tim yang kuat. Kita telah melewati banyak hal bersama, dan kita akan terus melakukannya.”

Sementara mereka berbicara, Appa masuk ke ruang makan dengan ekspresi yang penuh kepuasan. “Bagus sekali, anak-anak. Aku sangat bangga dengan hasil kerja kalian. Teruslah seperti ini, dan kalian akan semakin sukses.”

Dengan kata-kata tersebut, mereka semua merasa lebih terhubung satu sama lain, meskipun ikatan mereka penuh dengan campuran perasaan—cinta, kebencian, dan ketergantungan yang rumit. Mereka tidak tahu bahwa mereka masih berada dalam bayang-bayang eksperimen yang lebih besar, tetapi mereka menyadari bahwa mereka telah menjadi keluarga yang kuat dan saling bergantung.

Saat malam berlanjut, Ji Yoon kembali ke kamarnya dengan perasaan campur aduk. Ia merasa puas dengan pencapaiannya, tetapi juga tahu bahwa dia harus terus memainkan perannya. Do Hyun dan Min Jae, meskipun merasa bangga, juga tahu bahwa mereka harus tetap waspada dan siap menghadapi tantangan berikutnya.

Ketiga anak itu, yang kini telah menjadi dewasa dan tangguh, terus menjalani kehidupan mereka di mansion. Mereka tetap terikat dalam ikatan yang rumit, tidak hanya sebagai anggota keluarga yang dibentuk oleh kekerasan dan manipulasi, tetapi juga sebagai individu yang telah membentuk hubungan yang dalam dan kompleks satu sama lain.

Echoes of ManipulationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang