Bab 7 Keberhasilan Misi

18 13 19
                                    

Pagi itu, cahaya matahari perlahan menembus celah-celah bangunan tua tempat Ji Yoon dan Do Hyun bersembunyi. Ji Yoon tetap duduk di tepi tempat tidur darurat yang mereka buat dari kain usang, matanya memperhatikan setiap detail dari wajah Do Hyun yang masih tertidur. Ada keheningan aneh di antara mereka, seolah-olah momen malam sebelumnya merupakan satu gelembung yang terpisah dari kenyataan.

Namun, di balik ekspresi tenang Ji Yoon, pikirannya terus berpacu. Misi mereka belum selesai, dan mereka harus kembali melaporkan hasilnya pada Appa. Tetapi di dalam hati, Ji Yoon tahu bahwa momen ini merupakan titik balik yang penting. Kini, Do Hyun—yang sebelumnya selalu menjaga jarak darinya—sudah terikat, terjerat dalam perangkap yang dia buat dengan sangat hati-hati.

Ji Yoon membangunkan Do Hyun dengan sentuhan lembut di bahunya. "Kita harus pergi," ucapnya singkat, meskipun ada sedikit kelembutan dalam suaranya.

Do Hyun membuka mata perlahan, mengerang saat merasakan rasa sakit di bahunya. Dia menatap Ji Yoon, perasaan bingung dan campuran emosi berputar di dalam dirinya. Malam sebelumnya masih begitu jelas di ingatannya, tetapi dia tidak tahu bagaimana harus menyikapi itu semua. Ketertarikannya pada Ji Yoon begitu kuat, namun di sisi lain, dia tahu betapa berbahayanya wanita ini.

“Apa yang terjadi semalam…,” Do Hyun mulai berbicara, tetapi Ji Yoon memotongnya dengan cepat.

“Tidak ada yang perlu dibicarakan,” jawab Ji Yoon, nada suaranya dingin kembali, seolah-olah momen intim itu tak lebih dari sekadar bagian lain dari permainan yang dia kuasai. “Fokus saja pada misi kita.”

Do Hyun terdiam. Dia tahu bahwa Ji Yoon tidak akan membiarkannya mendiskusikan perasaan yang mulai tumbuh di antara mereka. Selalu begitu—Ji Yoon selalu mengendalikan segalanya, bahkan perasaannya.

"Kenapa hanya diam? Cepat gunakan pakaian dan segera kita pergi dari sini."

Tanpa banyak bicara lagi, mereka berdua bersiap untuk meninggalkan tempat persembunyian. Ji Yoon memeriksa senjata mereka dan memastikan bahwa Do Hyun masih bisa bergerak meskipun dengan luka di bahunya. Lalu, mereka berangkat kembali menuju kota.

Di sisi lain, Min Jae, yang telah kembali dari tugasnya, menunggu di markas Appa dengan rasa tidak sabar. Kekhawatirannya terhadap Ji Yoon tidak bisa dia sembunyikan. Dia tahu bahwa misi ini berbahaya, dan meskipun dia percaya pada kemampuan Ji Yoon dan Do Hyun, ada sesuatu yang mengganjal di dalam dirinya. Mungkin itu adalah rasa takut kehilangan Ji Yoon—rasa takut yang dia pendam dalam-dalam sejak lama.

Ketika pintu markas terbuka dan Ji Yoon serta Do Hyun masuk, Min Jae segera menghampiri mereka. "Kalian baik-baik saja?" tanyanya, matanya langsung tertuju pada Ji Yoon, tetapi dia tak bisa mengabaikan darah yang masih menodai pakaian Do Hyun.

“Kami berhasil menyelesaikan misi,” jawab Ji Yoon dengan tenang. “Do Hyun hanya terluka sedikit.”

“Sedikit?” Min Jae langsung khawatir, mendekati Do Hyun dan memeriksa luka di bahunya. “Kau terluka cukup parah. Kenapa tidak kembali lebih awal?”

“Aku baik-baik saja,” sahut Do Hyun, berusaha menahan rasa sakit sambil mencoba bersikap tenang. Dia tahu bahwa Min Jae peduli pada mereka berdua, tetapi ada sesuatu di matanya yang berbeda ketika menatap Ji Yoon—sebuah perhatian yang jauh lebih dalam. Perhatian itu membuat Do Hyun merasakan sesuatu yang aneh, sebuah rasa cemburu yang samar.

Sementara itu, Ji Yoon memperhatikan interaksi mereka dengan tatapan kosong. Dia tahu betul perasaan Min Jae padanya, tetapi dia tidak pernah menganggapnya lebih dari sekadar alat lain yang bisa dia gunakan. Min Jae adalah sosok yang setia, selalu ada untuknya, tetapi dia tidak pernah melihat Min Jae sebagai sesuatu yang lebih dari itu.

“Kita semua berhasil kembali dengan selamat. Itu yang penting,” kata Ji Yoon akhirnya, memecah ketegangan di antara mereka. “Appa pasti menunggu laporan kita.”

Mereka bertiga berjalan menuju ruangan Appa di bagian dalam markas. Appa sedang duduk di mejanya, menunggu dengan ekspresi tenang yang selalu membuat mereka merasa waspada.

“Kalian berhasil,” katanya singkat, setelah mendengar laporan Ji Yoon. “Meskipun ada sedikit insiden.”

“Semua terkendali,” sahut Ji Yoon dengan percaya diri.

Appa mengangguk, tetapi tatapannya tertuju pada Do Hyun yang terluka. "Luka itu adalah pengingat bahwa kalian tidak boleh lengah, Do Hyun. Kau tahu betapa pentingnya misi ini. Jangan biarkan emosi mengganggu fokusmu."

Do Hyun hanya mengangguk, menyadari bahwa Appa bisa mencium sesuatu yang tidak benar di antara mereka. Tetapi dia tidak mengatakan apapun, dan setelah beberapa saat, Appa membiarkan mereka pergi.

Setelah pertemuan itu, Min Jae kembali menunjukkan perhatiannya pada Ji Yoon. Dia membantu Ji Yoon mempersiapkan segala sesuatu, menawarkan diri untuk mengurus hal-hal kecil yang tampaknya tidak penting, tetapi bagi Min Jae, itu adalah caranya untuk mendekat pada Ji Yoon.

“Apa kau butuh sesuatu lagi?” tanya Min Jae ketika mereka berdua berada di luar markas. Ji Yoon menatapnya, senyum tipis bermain di bibirnya. Min Jae selalu begitu, setia dan perhatian, tetapi dia tidak pernah tahu bahwa semua yang dia lakukan hanya memberi Ji Yoon lebih banyak kendali atasnya.

“Tidak ada,” jawab Ji Yoon singkat. "Kau sudah cukup membantu, Min Jae ya."

Mata Min Jae berbinar sejenak, meskipun jawaban Ji Yoon tidak memberikan apa yang dia harapkan. Dia tidak pernah berhenti berharap, tidak peduli seberapa dingin atau jauh Ji Yoon bersikap padanya.

Sementara itu, Do Hyun, yang melihat dari kejauhan, merasakan perasaan tidak nyaman di dalam dirinya. Ketika melihat Min Jae dan Ji Yoon bersama, ada perasaan yang sulit dijelaskan. Dia tahu bahwa Ji Yoon adalah wanita yang manipulatif, tetapi ada sesuatu di dalam dirinya yang masih menginginkannya—sesuatu yang bahkan rasa sakit di bahunya tidak bisa memadamkan.

Do Hyun dan Min Jae, tanpa sadar, kini berada dalam permainan berbahaya yang diciptakan oleh Ji Yoon. Mereka berdua terikat oleh wanita yang tidak pernah sungguh-sungguh peduli pada salah satu dari mereka, tetapi tetap saja, mereka tidak bisa melepaskan diri dari pengaruhnya. Ji Yoon menyadari itu, dan dia akan terus bermain, membuat mereka semakin dalam terperangkap dalam jaringnya.

Di tengah semua kekacauan ini, Ji Yoon merasa bahwa kendalinya atas kedua pria itu semakin kuat. Namun, di balik wajahnya yang tenang dan dingin, dia juga tahu bahwa permainan ini tidak akan bertahan selamanya. Akan tiba saatnya ketika segalanya akan meledak, dan dia harus siap menghadapi konsekuensinya. Tapi untuk sekarang, Ji Yoon merasa berada di puncak permainan.

Dan Do Hyun serta Min Jae, tanpa mereka sadari, akan terus menjadi bagian dari rencana besar Ji Yoon yang masih misterius.

Echoes of ManipulationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang