Try Begging

Chapter 25

"Apakah suatu penghinaan jika membuat seorang wanita kenyang?"

"Kamu mencoba membuat perut yang lain kenyang."

Wanita ini, semakin banyak...

Leon tertawa terbahak-bahak dan menutup kotak cerutu sebelum memasukkannya kembali ke dalam jaketnya.

Dia adalah seorang wanita yang tersenyum dan bertanya, 'Kapan kita akan membersihkannya?' bahkan setelah menyaksikan penyiksaan dan jejak yang mengerikan. Dia sudah tahu bahwa dia memiliki kepribadian yang berani. Namun, sekarang, dia dengan berani mengucapkan kata-kata cabul.

"Jika seorang pria jatuh cinta padamu, apakah kau akan memperlakukan orang miskin yang kau pancing sebagai aib?"

"Saya tidak pernah mencoba memancing, jadi sayalah orangnya."

Dia mengatakan bahwa dia tidak pernah mencoba memancing, dan setelah memakan kue itu, wanita itu langsung pergi. Dia pasti telah memutuskan untuk minum sampanye termahal kali ini.

Mabuk biasanya merupakan teknik yang digunakan oleh wanita sombong untuk merayu pria dan menyeretnya ke tempat tidur. Leon mengira dia akan mengizinkannya memancing dengan murah hati dan memesan sebotol setelah gelas ketiga, meskipun wanita itu tidak menunjukkan tanda-tanda mabuk.

"Kamu tidak pusing? Bagaimana kalau berbaring dan beristirahat?"

Ketika dia meminta izin untuk masuk ke kamar, wanita itu tidak menanggapi dan memiringkan gelas sampanye. Di belakang kepala wanita itu, di luar jendela, dermaga, yang terang benderang seperti siang bolong, sedang mendekat.

Sudah selarut ini.

Leon mendesah dan mengusap pelipisnya.

"Sally, kudengar kau bilang kau akan membuatnya membosankan?"

"Ya. Kamu sudah melihatku makan selama empat jam."

Wanita itu mengernyitkan hidungnya seolah merasa menyesal, lalu menambahkan dengan nada sinis.

"Konyol."

Leon menyeringai sambil bergantian menatap ke arah kedua kakinya yang saling menempel dan wajah wanita yang sedang mabuk dan kemerahan.

"Tidak, kau tahu apa yang sangat kusukai untuk itu. Apakah kau terlahir dengan itu?"

Wanita itu menatapnya dari ujung gelas sampanye di bibirnya. Matanya berkata, 'kenapa kau menyukaiku seperti ini?' Merasa sedikit malu, dia menyeringai miring. Apakah ini kesempatan untuk mendapatkan kembali kendali?

"Pakaiannya, aku tahu kau sengaja berpakaian dengan gaya kuno... Meski kau melakukan kesalahan."

"...."

"Merah muda muda, merah, cokelat. Itu semua warna favoritku."

Warna merah muda pucat yang dingin berkilauan di bak mandi dengan kepalanya terbenam di dalamnya. Warna merah segar mengalir melalui retakan di daging, menempel pada tali cokelat kering dan kasar...

Semuanya berwarna darah—Warna darah yang membuatnya bergairah.

"Kamu gagal."

º º º

Mobil sedan itu melewati pintu depan rumah besar itu dan melintasi taman. Bangunan utama rumah besar itu, yang perlahan mendekat, tampak terang benderang seolah-olah sedang berpesta, meskipun saat itu baru saja lewat tengah malam.

"Aku belum pernah mengalami kencan seperti ini seumur hidupku."

Winston meletakkan sikunya di sisi jendela mobil dan mengusap bibirnya yang menyeringai. Sementara itu, Sally mengalihkan pandangannya dan menatapnya tajam.