Chapter 47

1.6K 33 0
                                    

"Daisy, kapan kamu pulang?"

"Yaitu..."

Grace menjawab dengan jujur, sambil berharap misi orang tuanya tidak pernah berakhir.

"Aku tidak tahu."

"Aku tidak tahu?"

"Ya. Kamu?"

"Saya akan tinggal satu bulan lagi."

'Aku tidak ingin kamu maupun aku pulang selamanya...'

Suatu pikiran yang tidak dapat dipercaya muncul di kepalanya.

Leon bukan anak kecil lagi. Tidak peduli seberapa lambatnya dunia berubah, cinta antara bangsawan dan rakyat jelata masih tabu. Dia tahu itu tidak lebih dari permainan api yang berbahaya selama liburan.

Namun, tempat yang aneh itu membuatnya menjadi orang yang berbeda. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia tidak menaati perintah orang tuanya dan melarikan diri. Ciuman pertamanya terasa manis.

Penyimpangan selalu tampak begitu manis.

"Apakah kamu ingin bertemu lagi besok?"

"Oke."

Ekspresi pucat Daisy langsung cerah.

"Kemudian..."

Leon, yang akan menjemputnya di pagi hari, merasa gelisah. Jika dia kembali, dia mungkin akan dihukum.

"Apakah kamu ingin bermain di villaku besok?"

"Apakah itu baik-baik saja?"

"Sebaliknya, akan jadi masalah jika orang dewasa mengetahuinya, jadi mari kita bersembunyi di kamarku dan bermain."

"Oke."

Apa yang bisa mereka lakukan di dalam ruangan itu? Leon bertanya dengan serius.

"Kamu suka film? Ada proyektor di kamarku, mau nonton bareng?"

Daisy memutar bola matanya dan menganggukkan kepalanya. Dia suka film. Itu melegakan.

"Kalau begitu, kita bertemu jam sepuluh di pintu masuk pantai vila."

Daisy berhenti sejenak sementara Leon memikirkan cara untuk menyembunyikan Daisy dan membawanya ke dalam vila.

"Kau tahu, Leon..."
"Ya?"

"Sebenarnya aku Daisy..."

Saat Daisy ragu untuk mengatakan sesuatu, lampu depan yang terang benderang menyala di depan mereka berdua. Saat jendela sedan hitam itu berhenti di jalan pegunungan yang sempit, pria di kursi pengemudi berteriak.

"Anak-anak, minggirlah."

Suara itu dikenalnya. Wajah yang keluar dari jendela juga tidak asing baginya. Matanya terbelalak seolah-olah orang itu mengenalinya.

"Leon?"

"Ayah?"

...Ibu?

Saat matanya bertemu dengan si cantik pirang yang duduk di kursi penumpang, wajah Grace berubah menjadi biru pucat.

Jelaslah bahwa ibunya juga mengenali Grace. Senyum yang diberikannya kepada pria di kursi pengemudi menghilang dalam sekejap.

Ketika matanya menyentuh lelaki pirang yang matanya mirip Leon, rasanya seperti darah mengalir dari tubuhnya. Jelaslah bahwa lelaki itu, prajurit yang dibicarakan orang dewasa, adalah seorang prajurit bernama Winston.

'...Apakah orang itu ayah Leon?'

Vila tua itu berdinding tipis, jadi dia bisa mendengar percakapan orang dewasa. Babi-babi monarki yang kotor, anjing gila keluarga kerajaan, dan iblis yang secara brutal membunuh para pahlawan Tentara Revolusioner... Orang-orang dewasa memanggil pria itu Winston dengan sebutan itu.

Try BeggingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang