Rencana

23 5 2
                                    

Di suatu ruangan minim cahaya, ada seseorang yang tengah memijat pelipisnya pelan, banyak fikiran yang ia simpan, semua tercampur aduk, entah yang mana yang harus ia selesai kan lebih dulu, waktu yang lama sudah ia buang dan sudah banyak hal yang terlewati. Begitupun berjalan nya waktu, akan lebih banyak pula masalah yang ikut timbul

ting!

Orang itu menatap ponsel nya yang berbunyi, melihat pesan itu, dengan cepat ia mengambilnya

"Sebentar lagi, aku akan menepati janji ku untuk mu, Deon"

Ia pergi menuju ruang rapat nya setelah menghubungi tangan kanan nya untuk memanggil anggota inti, ia akan melakukan rapat mendadak malam ini.

•••
"Mau bahas sesuatu dulu, boleh? takutnya kalian udah pada ngantuk jadi gua nanya dulu" ucap Deon

"Mau bahas apa?" tanya Rangga

"Soal kita, untuk ke indo, 3 hari bukan waktu yang lama untuk nyiapin semuanya, gua mau sesudah kita sampe di indo masalah disini bener - bener kelar dan ga ada halangan apapun, untuk izin ortu Yahya dan Rangga, gua udah mikirin soal itu, semisalnya ga di izinin jangan ikut gua, sekalian gua mau bahas soal nama kita ketika di indo, lebih mudah untuk memalsukan identitas di sekolah karna itu milik kak Ara" jelas Deon, ia memutar pena yang sejak tadi ia genggam, dan melirik sahabat satu persatu

"Kalau gitu gua malam ini pulang untuk izin" ucap Yahya

"Bukan lebih baik kita izin mendadak aja, yah? itu lebih besar kemungkinannya kalau kita bakal di izinin ortu kita nanti" ucap Rangga

"Trus lo kira persiapan untuk barang - barang gua bisa cepet gitu kalau mendadak? gini - gini kita masih di bawah umur, ga semudah itu untuk ngelakuin apapun, pasport kita pun belum ada kan?" tanya Yahya

"Lo pikir kita suka bolak balik dari sini ke Spanyol naik apa? becak? jalan kaki? atau terbang? konyol." ketus Abraham

"Diem dulu, gua kan udah bilang siapin dari sekarang, jangan nanti kalian denial sama diri sendiri yang buat gua emosi, dan lagi Yahya, lo ga jatuh miskin kan?" tanya Deon

"Enak aja lo kalau ngomong, ya engga lah duit gua banyak" kesal Yahya

"Buat apa bawa barang kalau itu bisa kita beli di sana? lagi pula barang penting kita disini semua, dari senjata dan barang milik pribadi kalian lebih banyak" ucap Deon

"Gua yang miskin gimana dong?" ucap Rangga menunduk lesu

"GUA AMININ MAMPUS LO!" teriak Yahya, membuat mereka reflek menutup telinga

"Suara lo ngalahin suara di tempat latihan tembak, anjing! mikir dong udah malam gini lo teriak se mau lo!" kesal Rangga

"Ya lagian jijik gua liat muka lo yang memelas itu, pake bilang miskin lagi, miskin beneran mampus" sinis Yahya

"Gua cuma mau bilang itu aja, gua duluan. Selamat malam." ucap Deon dan pergi menuju kamarnya, Abraham pun ikut pergi meninggalkan dua orang itu.

•••
"Risa lo paham ga sih sama yang gue tanyain?!" kesal Rizka yang sejak tadi menjelaskan namun tak ada sahutan dari sang empu. Risa menoleh menatap Rizka

"Gue ga paham, dan lo jangan jelasin apapun lagi, otak gue lagi penuh dan ga bisa di tampung dengan pikiran baru." jelas Risa, kejadian yang ia alami akhir-akhir ini membuat nya merasa aneh

"Ngeselin lo! gue udah effort dari tadi jelasin panjang lebar lo malah ga dengerin" Risa menghela nafas pelan

"Sorry, gue bener-bener lagi banyak fikiran, jadi tolong jangan ganggu gue, Riz." ucap Risa dengan tatapan nanar, Rizka yang memang memahami situasi hanya memaklumi itu. Mungkin, kejadian yang terjadi akhir-akhir ini membuatnya terus kepikiran dengan hal itu.

(²) DEVIL ANGEL [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang