Bab 8: Langkah Aponi

8 5 0
                                    


Di tengah ketegangan dan kekacauan yang melanda Aldritch, Aponi Lie terbang melintasi malam, melintasi batas antara dunia nyata dan dimensi magis yang terjalin di sekeliling kota. Meski terlihat tenang, pikirannya penuh dengan kekhawatiran. Situasi semakin memburuk sejak kedatangan Rion, dan kehadiran Nocturna mengancam keseimbangan yang telah ia pertahankan selama ribuan tahun.

Aponi telah hidup dalam bayang-bayang, mengamati umat manusia dari jauh, hanya campur tangan ketika sangat diperlukan. Namun sekarang, semuanya berbeda. Butterlie, yang seharusnya menjadi penjaga keseimbangan, semakin dekat dengan jurang kehancuran. Nocturna, evolusi gelap dari makhluk Butterlie, sudah terlalu dalam mencengkeram jiwa-jiwa yang terlibat, termasuk Iris—keturunan Yama.

Di tempat tersembunyi dalam hutan, Aponi mendarat di atas sebuah pohon besar yang tampaknya lebih tua dari usia kota itu sendiri. Pohon itu adalah tempat dia bermeditasi dan menjaga dirinya tetap terhubung dengan dunia magis yang lebih dalam. Sinar bulan menembus celah-celah daun, menciptakan bayangan lembut di sekelilingnya.

Aponi menutup mata, mencoba memusatkan pikirannya, mencari jawaban dari para leluhur Butterlie. Dia memanggil kekuatan nenek moyangnya, berharap bisa menemukan jalan keluar dari situasi yang rumit ini.

"Kekuatan leluhur, bimbing aku," gumam Aponi pelan, suaranya hampir tak terdengar di atas angin malam.

Bayangan-bayangan kecil mulai muncul di sekelilingnya, sebuah tanda bahwa dia telah terhubung dengan dimensi spiritual. Namun, jawabannya tak kunjung datang. Yang ada hanya bisikan samar yang tak bisa dia pahami. Dia mengerutkan alis, merasakan sesuatu yang tidak biasa dalam arus energi. Biasanya, roh-roh leluhur memberikan nasihat dengan jelas, namun kini mereka tampak ragu—seolah ada kekuatan yang menghalangi mereka.

Aponi membuka matanya. Dia tahu waktunya hampir habis. Kekuatan Nocturna semakin kuat, dan jika dibiarkan, dunia ini mungkin akan terhisap ke dalam kegelapan yang tak dapat dikembalikan.

Dia kembali terbang, melintasi hutan menuju gua yang tersembunyi. Di dalam gua itu terdapat sebuah batu besar yang memancarkan cahaya biru yang berdenyut lembut. Batu ini adalah inti kekuatan Butterlie, sumber energi yang dulu dijaga oleh para penjaga kuil. Hanya Butterlie yang paling kuat yang bisa mendekati batu ini tanpa kehilangan kendali atas diri mereka.

Aponi menatap batu itu dengan hati-hati. Dia tahu risikonya. Menggunakan kekuatan dari batu ini bisa memberinya kekuatan untuk melawan Nocturna, tetapi bisa juga merusak keseimbangan dirinya sendiri.

"Apa pilihan yang tersisa?" pikir Aponi.

Dengan ragu, dia mendekatkan sayapnya ke permukaan batu, dan seketika itu juga, energi yang sangat kuat menyambar dirinya. Kilatan cahaya biru menyelubungi seluruh tubuhnya, mengalir ke dalam dirinya seperti air bah yang tidak terkendali. Aponi terhuyung, mencoba tetap berdiri tegak di bawah tekanan kekuatan itu.

Dalam sekejap, dia melihat visi dari masa lalu dan masa depan. Dia melihat dunia Butterlie, tempat di mana mereka dulu menjadi penjaga alam semesta. Namun, dia juga melihat kehancuran, bayangan Nocturna yang menyelimuti segala sesuatu dalam kegelapan. Seolah-olah tak ada harapan tersisa.

Namun di tengah visi yang gelap, Aponi melihat sekilas jalan keluar—sebuah rencana yang bisa menghentikan Nocturna. Tapi rencana itu melibatkan pengorbanan besar, sesuatu yang belum tentu dia mampu lakukan.

"Tidak ada jalan lain," Aponi berbisik pada dirinya sendiri. "Aku harus menghentikannya, meski itu berarti mengorbankan diriku."

Dia menarik napas dalam-dalam, lalu melepaskan kontak dengan batu. Energi yang ia serap memberi kekuatan baru dalam dirinya, tetapi juga membebaninya dengan tanggung jawab besar.

Butterlie: Misteri di Antara SayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang