Bab 6 Nyaman Bersamamu

97 8 1
                                    

Katamu begitu hangat.
Pelukmu begitu erat.
Jika ada kata yang bisa menggambarkan.
Mungkin sempurna adalah kata yang paling tepat.
Aku harap itu bukan sebatas angan.
Melainkan kenyataan.
(Salma)

"Bunga."

"Ron." Bunga sadar dari pingsannya sambil terus memegangi belakang kepalanya yang terasa sangat nyeri. "Gue dimana?"

"Di rumah sakit Bung."

"Orang-orang itu?"

"Mereka udah pergi."

"Thanks ya Ron. Lo udah selametin gue."

"Sama-sama."

"Itu lengan lo kenapa berdarah-darah gitu?" Bunga terkejut saat baru sadar bahwa lengan Rony terluka.

"Nggak. Bukan apa-apa."

"Pasti gara-gara gue ya Ron. Sorry ya, gue ngrepotin lo terus."

"Udah lo mending istirahat aja dulu. Nanti kalo udah baikan gue anter lu pulang. Lu mau balik kemana?"

"Ke rumah Mama."

"Yaudah lu istirahat aja dulu. Gue tungguin."

Bunga mengangguk. Ia kembali merebahkan tubuhnya karena rasanya memang remuk semua. Mungkin beberapa hari kedepan rasa sakitnya akan hilang.

Dering ponsel Rony tiba-tiba berbunyi.

"Salma." Ucap Rony saat melihat siapa yang menelponnya.

"Halo." Terdengar suara dari balik ponsel itu, tak lain dan tak bukan adalah suara Salma. Rony segera menjauh dari Bunga untuk mengangkat telepon.

"Hai. Kenapa sayang?" Rony berbicara dengan nada manjanya.

"Kamu kemana sih, kok lama?"

"Iya sebentar ya. Habis ini aku balik."

"Perasaan aku nggak enak Ron. Kamu nggak papa kan?"

Rony tersenyum tipis mendengar keluhan Salma karena bisa merasakan apa yang dialaminya meski hanya melalui feeling.

"Aku nggak papa. Ya udah bentar ya. Aku selesaikan urusan aku dulu. Kamu mau dibeliin apa sambil nunggu aku pulang?"

"Emmm. Apa ya? Aku pengen mie ayam langganan kamu itu."

"Oke siap ibu bos. Nanti aku beliin."

"Hehehe. Yaudah aku tutup ya."

"Iya."

Salma mematikan ponselnya dengan senang. Kali ini Rony berhasil merayunya.

"Siapa Ron?" Tanya Bunga saat Rony kembali masuk ke ruangannya.

"Salma."

"Dia nyuruh lo balik ya?"

"Iya. Ya nggak papa kalo lo masih mau istirahat sebentar."

"Kita balik sekarang aja. Gue nggak papa kok."

"Beneran?"

"Iya. Gue bisa istirahat dirumah aja."

"Ya udah. Kita jalan sekarang aja."

Sejujurnya kondisi seperti ini cukup berat bagi Bunga. Ia tak bisa membohongi perasaannya. Namun ia juga tak ingin Rony membencinya. Ia hanya berharap Rony masih bisa menerimanya meski sebagai sahabat. Dengan begitu Bunga masih punya kesempatan untuk tetap bersama.

"Sini gua bantu." Tawar Rony.

"Nggak usah Ron. Gue bisa sendiri kok. Tangan lo aja luka gitu. Nanti tambah nyeri kalo bopong gue. Nggak papa, gue aman kok." Rony mengangguk tanda mengerti.

Jalan Pulang / Teka-Teki Salma 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang