part 15

5.1K 237 4
                                    

Keesokan harinya.
Andreas melihat banyaknya panggilan dari Amira. Dia menghela nafas, ia juga tidak boleh mengabaikan Amira karena dirinya yang membawa Amira ke dalam hidupnya. Namun rasanya sungguh berat untuk menjalankan semuanya. Ia menghubungi balik dan selang beberapa saat, ia mendengarkan sebuah suara dari seberang sana.

"Mas kamu kemana saja? Aku dan Ayna menunggu mu." Seru Amira.

Andreas terdiam, ia ingin mengatakan sesuatu bahwa dirinya telah menemukan Naina. "Maafkan aku, aku memiliki banyak pekerjaan."

"Aku akan ke bandung kalau kau belum bisa pulang." Amira tidak tenang dengan sikap suaminya. Ia takut ada suatu masalah. "Apa pekerjaan mu lancar?"

"Hari ini aku akan kembali ke Jakarta."

Amira sangat senang, dia sangat merindukan Andreas. "Baiklah, aku akan membuat kue kesukaan mu."

"Iya." Dia menutup ponselnya dan menaruhnya di atas nakas. "Aku harus berpamitan pada Naina." Dia menuju ke sebuah toko bunga dan menulis surat untuk Naina. Di dalam surat itu menjelaskan ia harus kembali ke Jakarta dan permintaan maafnya.

"Naina." Andreas membuka pintu toko roti Naina.

Keduanya saling tatap dan mengunci. Andreas melangkah ke arah Naina. Dia menaruh buket bunga mawar. "Nai, aku kembali ke Jakarta. Maafkan aku, jika ada sesuatu hubungi aku."

Naina tak menjawab, dia terus menatap buket bunga mawar itu. Apa hanya segini usaha Andreas untuknya. "Bawa saja bunga itu, aku tidak membutuhkannya." Dia tidak ingin apa pun dari Andreas. "Berikan saja pada Amira."

"Tidak, bunga ini untuk mu." Tolak Andreas. Ia tidak mungkin memberikan milik Naina pada Amira.

Naina menarik sebelah sudut bibirnya, hal berharga saja ia sudah memberikannya pada Amira. "Kau tau, dalam hidup ku saat ini aku tidak ingin sisa dari Amira."

Deg
Nyes

Hatinya seperti di tusuk oleh jarum. Jadi Naina telah menganggapnya sisa dari Amira. Sebegitu jijiknya Naina padanya. Apakah cintanya tidak bisa membersihkan tubuhnya.

"Naina, aku minta maaf." Dia tidak bisa membalas ucapan Naina meskipun rasanya menyakitkan. Dia hanya berharap Naina akan menerimanya kembali.
Dengan cepat ia melangkah pergi. Ia masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan area.

Naina mengambil buket bunga itu, lalu menaruhnya di tong sampah depan tokonya. Lebih baik ia memusnahkan sesuatu yang berhubungan dengan Andreas. Kebenciannya pada Andreas membuatnya rasa cinta yang begitu besar itu di selimuti oleh kebencian sehingga saat ini, ia tidak bisa merasakan cinta pada Andreas.

...

"Papa!" Teriak Ayna. Dia berlari sambil menggendong boneka di tangannya dan mencium pipi Andreas yang menyambut kedatangannya.

Seandainya saja Giselle seperti ini. Alangkah bahagianya diri ku mendapatkan pelukan dari putri ku.

"Mas." Sapa Amira. Andreas melamun tidak seperti biasanya. Dia semakin curiga pada Andreas. "Apa terjadi sesuatu pada pekerjaan mu?"

"Tidak ada, aku hanya sibuk." Andreas menggendong Ayna masuk ke dalam dan meninggalkan Amira.

Amira masih tertegun, biasanya Andreas tidak pernah melupakan ciuman di dahinya. Entah mengapa hari ini ia merasa Andreas berbeda dan tidak seperti biasanya. "Mungkin terlalu banyak pekerjaan."

Dia menyusul langkah Andreas, tepat di ruang tamu dia melihat Ayna. "Sayang dimana Papa mu?" Tanya Amira.

"Dia ke atas Ma."

Lagi-lagi Amira di buat heran, biasanya setelah pulang kerja Ayna tidak pernah lepas dari Andreas. Dia menyusul Andreas, ia membuka pintu kamarnya namun tidak menemukan Andreas. "Pasti dia berada di ruang kerjanya."

Ia membuka pintu ruang kerjanya dan melihat Andreas melamun. Kedua matanya tertuju pada sebuah foto yang membelakanginya. Tentu saja ia sudah menebak foto itu.

Benih Rahasia Mantan SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang