part 12

10.1K 345 5
                                    

Sejenak Naina tersihir dengan pelukan yang sangat ia rindukan. Tubuhnya seakan di tarik oleh sebuah magnet, rasanya begitu hangat. Sadar dengan posisinya yang berpelukan, dengan cepat ia mendorong tubuh Andreas.

"Kau masih demam, aku keluar dulu. Jika ada yang perlu kau butuhkan, panggil aku atau bi Rohya."

Naina melengkah pergi dan menutup pintu kamarnya. Dia memegang dadanya yang terasa sesak, dia tidak boleh goyah hanya karena Andreas sakit.

Dia duduk sofa ruang tamunya dan sejenak terdiam.

"Nyonya."

"Hah! Kau mengagetkan aku saja Bi." Naina terkejut saat bi Rohya tiba-tiba muncul di sampingnya.

"Maaf Nyonya, biar saya saja yang menjaga tuan Andreas. Nyonya istirahat saja, kasihan non Giselle pasti nanti terbangun dan mencari nyonya."

"Baiklah, jika ada sesuatu katakan pada ku."

Bibi Rohya mengangguk. Dia melihat Naina masuk, setelah di rasa aman. Dia pun masuk ke kamar Naina dan melihat Andreas yang duduk.

"Ternyata tuan Andreas sudah sadar."

"Kau berhutang penjelasan pada ku. Katakan semuanya," ucap Andreas. Dia ingin mendengarkan penjelasan wanita yang telah ia percayai selama ini.

Bi Rohya menghela nafas. "Buat apa saya katakan, jika pada akhirnya tuan  menyakiti nona Giselle dan nyonya Naina. Tuan sudah menyakiti mereka semenjak awal. Jadi saya yakin, pasti akan terjadi dua kalinya. Makanya saya tidak ingin tuan tau semuanya. Saya takut, tuan akan kembali menyakiti."

Andreas terdiam, ia merasa terpukul dengan ucapan bi Rohya. Dia memang benar telah menyakiti Naina. "Jadi saat Naina pergi, Naina hamil dan aku ..." Dia mengusap wajahnya dengan kasar.

Bi Rohya memalingkan wajahnya. "Saya harap tuan tidak mengatakan apa pun pada nyonya Amira karena saya tidak mempercayai nyonya Amira. Bisa saja suatu saat nanti ketika nyonya Amira tau, dia akan menggagalkan tuan memenuhi tanggung jawab sebagai ayah."

"Amira tidak mungkin begitu." Andreas tidak percaya. Amira adalah orang baik.

"Tuan, tuan tidak setiap saat bersama nyonya Amira, tapi saya yang setiap harinya bersama nyonya Amira. Saya pernah melihat nyonya Amira diam-diam membakar foto nyonya Naina. Tuan pasti mencarinya tapi tidak mungkin tuan mengatakannya. Kalau tuan tidak percaya terserah tuan."

"Hidup nyonya Naina sudah menderita, jadi jangan buat penderitaan lagi pada nyonya Naina dan nona Giselle."

Bi Rohya meninggalkan Andreas. Dia menutup pintu dengan hati dongkol pria itu masih saja membela Amira.

Andreas menangis, tubuhnya bergetar. Rasanya begitu sesak, ia menyesal telah menyuruh Naina pergi dari rumahnya. Seharusnya ia mempercayai Naina pada saat itu juga. Entah bagaimana kehidupan Naina saat itu. "Maafkan aku Naina. Aku akan menebus kesalahan ku."

Andreas bertekad, ia akan menebus kesalahannya selama ini. Penderitaan yang telah di alami oleh Giselle dan Naina akan ia ganti dengan berkali-kali lipat kebahagiaan.

Keesokan harinya.
Naina melihat Andreas yang telah bangun. "Bagaimana keadaan mu?" Tanya Naina.

"Aku sudah membaik." Andreas tersenyum. Dia merasa bahagia bertemu dengan Naian wajah yang ia rindukan. "Kau sedang masak? Biar aku yang membantu mu."

"Tidak perlu, kau duduklah. Aku sudah menyiapkan roti untuk mu." Dia tau Abdreas tidak terbiasa makan nasi. Pria yang berasal dar prancis itu semenjak kecil sudah terbiasa dengan sarapan roti. "Makanlah dan ini susunya."

"Ternyata kau masih perhatian pada ku," ucap Andreas. Hatinya berbunga-bunga di perhatikan oleh Naina.

"Kapan kau akan pulang?"

"Kau mengusir ku?" Andreas menaruh roti yang tadi ia makan. "Aku ingin menebus kesalahan ku pada kalian."

"Tidak perlu!" Naina berkata dengan tegas. "Kepergian mu adalah ketenangan bagi ku."

Benih Rahasia Mantan SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang