part 17

4.2K 195 6
                                    

Amira menunduk, ia menunggu jawaban Andreas. "Tapi sebelum itu aku mohon untuk mempertemukan ku dengan Naina."

"Baiklah. Kau bicara sendiri untuk meyakinkah Naina." Ia berharap dengan ucapan Amira. Naina mau membina rumah tangga bersamanya. "Besok kita akan bertemu dengannya."

Tangan Amira gemetar, ia tidak sabar ingin bertemu dengan Naina. Ia akan memperingati Naina untuk menolak permintaan Andreas.

"Aku mau mengantar Ayna dulu." Dia menutup pintu ruang kerja Andreas dan beralih mengantar Ayna ke sekolah.

Selama di perjalanan, Ayna sibuk dengan ponselnya. "Ayna kau harus berhati-hati."

"Berhati-hati kenap Ma?" Tanya Ayna dengan wajah penasaran. Padahal saat ini ia ingin di antarkan oleh Andreas tapi karena Andreas sibuk ia harus mengalah.

"Apa kau ingat, Mama pernah cerita pada mu. Jika papa mu pernah memiliki istri."

"Iya Ma, aku ingat."

"Wanita itu datang ingin merebut posisi kita dan wanita itu memiliki anak yang seumuran dengan mu. Kau harus berhati-hati, buat saja anak itu tidak betah dan biar Mama yang mengurua ibunya. Kita harus membuat mereka pergi jauh Ayna."

Ayna mulai merasa geram. Enak saja anak luaran ingin mengambil ayahnya darinya. "Baiklah Ma, aku akan mengurusnya. Kita hanya perlu membuat mereka pergi."

Sedangkan di tempat lain, Naina memandangi Giselle yang sudah masuk ke halaman sekolahnya. Ia bingung harus mengatakannya atau tidak. Suatu saat Amira pasti tau dan pada akhirnya mungkin akan melarang Andreas untuk bertemu dengannya dan Giselle atau bisa jadi dia akan mendatanginya.

"Apa sebaiknya aku jujur saja? Tapi aku tidak sanggup mengatakannya." Naina melanjutkan jalannya menelusuri kota bandung sampai di toko.

"Nai, kau sudah pulang." Karena Naina sibuk mengurus dan mengantar Giselle, jadilah dia yang membuka toko Naina dan menggantinya untuk sementara waktu.

"Iya Bi." Ia senang, rotinya selalu laris. Ia bersyukur Tuhan memberikan kemudahan untuk hidupnya.

Pada malam harinya.
Naina, Giselle dan Bi Rohya sedang makan malam. Ada tumis kangkung kesukaan Naina,  ada ayam goreng dan beberapa makanan lainnya.

"Naina, biar Bibi saja yang membuka pintu," ucap Bi Rohya. Dia mendengarkan sebuah bel berbunyi, entah siapa yang malam-malam bertamu.

Ceklek

Bi Rohya terkejut, ia tak menyangka Andreas membawa Amira. Sungguh ia sangat membenci Andreas yang seenaknya saja melakukan keinginannya tanpa memikirkan Naina dan cucunya. "Mau apa tuan Andreas dan Nyonya Amira kesini?"

Amira juga terkejut melihat keberadaan Bi Rohya yang katanya rumah Naina namun ada Bi Rohya. "Apa kau tinggal di sini?"

"Iya, Saya tinggal dengan Nyonya Naina."

"Siapa Bi?" Tanya Naina. Dia penasaran pada tamunya karena Bi Rohya begitu lama. "Siapa Bi?" Sekali lagi ia bertanya karena Bi Rohya terlihat bingung untuk menjawabnya.

Deg

Naina menatap Amira, hatinya memanas dan ada rasa sakit sekaligus rasa geram yang bercampur aduk. Ia tidak menyangka Amira datang dengan di bawa oleh Andreas, lagi-lagi ia membenci Andreas karena pria itu berbuat  hanya mementingkan keegoisannya.

"Untuk apa kalian datang kesini?" Tanya Naina.

Amira tersenyum, dia meraih dan menggenggam tangan Naina. "Nai, kedatangan ku kesini aku ingin meminta maaf pada mu." Dia menatap Andreas. "Mas Andreas yang membawa ku."

Naina menarik tangannya. "Terima kasih karena sudah meminta maaf pada ku, tapi aku tidak mau memaafkan mu. Terutama suami mu, Andreas. Sekarang kalian pergi jangan mengganggu ketenangan ku." Dia menutup pintunya dengan kasar.

Andreas belum ingin pergi, kedatangannya kali ini ingin membawa Naina dan putrinya Giselle ikut bersamanya. "Nai, aku ingin berbicara dengan mu. Nai buka pintunya aku ingin bertemu dengan Giselle. Aku merindukan Giselle, aku ayahnya Nai. Nai ..."

Sedangkan Naina, dia menatap Giselle dengan tatapan bersalah, kasihan, sakit hati, perih, rasanya bercampur aduk. Giselle sudah mendengarkan ucapan Andreas dan putrinya pasti akan bertanya.

Benih Rahasia Mantan SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang