part 16

5.3K 217 13
                                    

"Mas." Amira melihat foto Naina dengan jelas. Bagaimana wanita itu tersenyum lebar. Sebisa mungkin ia harus bersabar menghadapi suaminya yang belum melupakan sahabat kecilnya itu. "Mas masih merindukan Naina?"

Andreas masih terdiam dan termenung.

Amira meremas dressnya. Seharusnya ia membakar foto Naina dengan begitu Andreas akan melupakannya. "Mas." Ia memegang pundaknya. "Mas, lupakanlah Naina. Kalau Ayna tau, dia pasti kecewa."

Andreas hanya menoleh. "Dia seharusnya juga tau bahwa ayahnya memiliki seorang sahabat."

Amira tidak menerima pemikiran dan ide buruk Andreas. "Ayna akan kecewa dan merasa Mas Andreas lebih menyayangi Naina dari pada kami."

"Mas, tolong lupakan Naina." Imbuhnya. "Aku cemburu kau selalu memikirkan Naina. Buat apa jika kamy membawa aku kembali namun pada akhirnya menyakiti ku?"

"Apa aku salah memikirkan Naina?" Andreas berdiri dan nada ucapannya sedikit meninggi. "Seharusnya kau membantu ku untuk mencarinya. Oh, aku tau. Kau pasti tidak suka aku memikirkannya dan menemukannya." Tuduhnya.

Amira menganga, kedua matanya menajam. Baru pertama kali setelah pernikahannya berusia lima tahun Andreas meninggikan suaranya. "Istri mana yang menerima suaminya memikirkan mantan istrinya?"

Andreas terdiam, ini kesalahannya dan kebodohannya karena tidak mampu mengerti perasaannya sendiri.

"Cukup, jangan pernah memikirkan Naina kembali. Selama pun Naina di temukan dan kembali ke rumah ini, aku tidak akan menerimanya." Amira berkata dengan nada tegas. Sebagai seorang istri ia tidak mau berbagi dengan siapa pun termasuk Naina.

"Bagaimana kalau Naina mengandung anak ku? Ya, anak ku sudah berusia lima tahun." Akhirnya ia tidak bisa menyembunyikan lagi. Dia tidak tahan dengan ucapan Amira. Dulu Naina memohon untuk tidak bercerai dengannya bahkan menerima Amira. "Kau sekarang tidak menerima Naina, tapi ingatkah kamu dulu. Dia menerima mu dan mengesampingkan kebahagiaannya. Kau bertanya pada ku bagaimana seorang istri bisa menerima suaminya memikirkan wanita lain. Sadarkah kamu, setiap malam aku memikirkan mu, aku memandangi foto mu tapi Naina tidak pernah mendebatkan. Dia mendukung ku. Mau tidak mau, kau harus menerima Naina dan Giselle."

Kini dia paham, kenapa sikapnya berunah bahkan beberapa hari tidak menghubunginya. "Apa di bandung kau bertemu dengan Naina?"

Keterdiaman Andreas menjawab pertanyaannya. Dia berlari keluar dari ruang kerja Andreas. Menutup pintu kamarnya kemudian menarik selimutnya sampai ke lantai, tidak puas, ia mengacak-acak meja riasnya dan melemparkan sebuah vas bunga ke kaca meja riasnya.

Ia masih ingat bagaimana ia memenangkannya sampai kapan pun ia tidak akan kalah dalam permainan ini. Ia akan membuat Andreas menjadi miliknya. "Baiklah Naina, kau selalu mengganggu ku. Aku akan membuat mu membayar semuanya. Selema menikah lima tahun Andreas tidak bisa berpaling dari mu."

Keesokan harinya.
Amira melihat selimut di lantai, pecahan kaca di meja rias dan beberapa alat riasnya berserakah di lantai. Ia ingat tadi malam ia menggila. "Aku harus berbicara dengan Andreas. Naina, kaulah yang memulainya. Kau yang menyalakan api maka aku akan membuat api itu membakar tubuh mu."

Dia melangkah, membersihkan tubuhnya dan merias wajahnya. Dulu ia pernah menang dan membuat Naina pergi, jadi ia tidak akan kalah. Ia juga akan membuat Naina dan anaknya tidak di akui oleh Andreas.

"Andreas." Dia mengetuk pintu ruang kerja Andreas.

Ceklek

Andreas telah siap memakai setelan kantorannya.

"Aku ingin berbicara dengan mu. Masalah tadi malam aku minta maaf. Aku sadar, Naina juga berhak. Apa lagi dia sudah memiliki darah daging mu. Jadi aku siap berbagi."

Benih Rahasia Mantan SuamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang