Aku dengan segera mencari nomor Liliana dan ketika sudah ketemu, aku langsung menelpon Liliana. Aku berharap Liliana akan segera mengangkat panggilan ku tapi sampai di detik terakhir Liliana tidak menjawab.
Badanku semakin bergetar. Kalau Liliana tidak bisa di hubungi, mau tidak mau aku harus memberanikan diri untuk masuk lebih jauh kedalam hutan. Aku harus membuang rasa takut ku.
Aku dengan pelan berdiri lalu melihat kearah sekitar ku, ketika merasa tidak ada orang, aku dengan segera berlari kencang memasuki hutan.
Aku tidak menyangka, nova menyusul ku sampai kesini. Ini semua karena Dinda, kalau Dinda tidak memberitahu nova kalau aku tinggal di rumah nenek Liliana. Pasti Nova tidak akan tahu dan aku juga pasti akan terus hidup damai.
Dinda memang pengkhianat, sudah di kasih hati malah minta jantung. Aku tidak bisa menyalahkan Liliana dan Riana, walaupun mereka berdua yang memberi tahu keberadaan ku pada Dinda.
Mereka berdua pasti tidak tahu akan berakhir seperti ini. Dinda menukar informasi tentang ku kepada nova agar Nova mau menolongnya.
Dinda meminta Nova untuk mencari aib tentang zardan dan Clara. Dan Nova menyanggupi itu, nova memberikan video kejahatan dan aib zardan, Clara pada Dinda dan setelah mendapatkannya Dinda langsung menyuruh orang mengirim video itu kepada akun gosip.
Otak Dinda ternyata sepicik itu.
Napas ku terengah-engah dan sekarang aku sudah masuk jauh kedalam hutan. Aku juga sudah tidak mendengar langkah kaki yang mengikuti ku.
Sepertinya nova sudah menyerah, dan dia juga sudah menyuruh anak buahnya untuk berhenti mengejarku atau jangan-jangan nova mengira kalau yang lari kedalam hutan bukan aku, makanya dia berhenti mengejarku. Dan semoga pemikiran ku benar.
Aku berjalan menuju semak-semak yang tinggi, aku lelah dan aku perlu istirah walaupun hanya sebentar.
Tenggorokanku sangat kering, aku tadi tak sempat minum gara-gara panik.
Aku dengan lemas duduk di tanah. Aku mencoba mengontrol napasku seraya memegang tenggorokan ku.
SREK SREK
Badanku merinding ketika mendengar suara langkah kaki yang menginjak rumput. Aku menutup hidung dan mulut ku, aku sebisa mungkin untuk bernapas tanpa mengeluarkan suara.
Semak-semak tempatku bersembunyi bergetar. Badan ku menegang, aku bahkan menahan napas ku dan keringat dingin sudah mengalir deras di dahi dan tangan ku.
Aku memejamkan mataku dengan erat seraya berdoa dalam hati. Aku berdoa agar orang yang ada di depan semak-semak segera pergi menjauh dari ku.
"Ketemu"
DEG
Suara itu berhasil membuatku kaku, aku tidak berani membuka mataku. Napasku sudah di ujung tanduk tapi aku tidak berani menarik napas karena takut.
"Udah cukup main petak umpet nya. Saatnya kita pulang"
Suara itu terdengar sangat dekat dengan telinga ku, aku bahkan bisa merasakan hembusan napasnya di telinga ku.
Aku memutuskan untuk bernapas dengan pelan dan tanpa melihat orang itu, aku dengan cepat bangun dan hendak berlari.
Kakiku tidak bisa bergerak karena orang itu memeluk kakiku dengan erat. Aku memberontak seraya membuka mata, aku hanya memandang lurus kedepan.
"Jangan coba-coba kabur lagi. Sekali lagi kamu kabur, aku nggak akan segan buat hancurin perusahaan papa kamu dan aku juga bisa bunuh keluarga kamu dengan mudah" dia berujar dingin.
Dan dapat kurasakan dia melepaskan pelukan di kakiku tapi dengan cepat dia memegang erat tangan kananku lalu setelah dia berdiri, dia melingkarkan tangannya di pundakku seraya menaruh kepalanya di bahuku.
"Aku kangen banget sama kamu. Aku udah coba nyari kamu kemana-mana tapi nggak ada hasil dan untungnya mantan temen kamu ngasih alamat tempat tinggal kamu. Kedua temen kamu itu bodoh, kenapa mereka berdua harus cerita sama orang yang udah berkhianat? Karena rasa kasian kah?" Dia tertawa remeh.
"Dan walaupun bodoh, kedua temen kamu punya sedikit kelebihan. Mereka berdua berhasil sembunyiin kamu dari aku" tawanya terhenti di gantikan ucapan dengan nada dingin.
"Kenapa kamu kabur?"
Ini serius dia nanya kayak gitu? Bukan kah sudah jelas alasan ku? aku kabur karena aku tidak mau tunangan dengan dia.
"Aku nggak mau tunangan sama kamu" ujar ku lirih.
"Kenapa nggak mau? Seharusnya kamu senang Yara. Di luaran sana banyak yang mau jadi tunangan bahkan istri aku"
Itu kan mereka bukan aku.
"Kenapa kamu nggak tunangan sama mereka aja?" Suaraku mulai berat karena kering.
"Bukannya udah jelas? Yang aku mau itu kamu bukan mereka"
Dia tanpa aba-aba menggendongku ala bridal style "nggak usah nyaut, aku tahu tenggorokan kamu sakit" ujar datar.
"Aku yang nggak mau sama kamu nova, seharusnya kamu ngerti itu. Dan bukannya itu juga udah jelas? Dari awal aku udah nolak kamu"
Aku mengabaikan perintahnya, aku malah berujar dengan keras seraya menatapnya dengan pandangan benci.
"Kamu jahat, kamu udah buat pak Mamat sama pekerja di rumah nenek pingsan. Kenapa kamu pukul mereka? Seharusnya yang kamu pukul itu aku, aku yang kabur. Kenapa kamu harus pukul orang yang nggak bersalah?"
Aku berucap lagi ketika dia hendak membuka mulutnya. Mata ku berkaca-kaca, aku memegang tenggorokan ku ketika merasa perih.
"Aku bilang diem" nada bicaranya tambah dingin dan udara yang tadinya sudah dingin semakin mendingin karena aura yang Nova keluarkan.
Setelah berujar itu, dia langsung berlari dengan kencang. Dia seolah tidak merasakan beban, padahalkan aku berat.
Jalan keluar hutan seharusnya menghabiskan waktu selama satu jam, tapi karena Nova berlari kencang, dia hanya menghabiskan waktu selama 20 menit.
Setelah sampai di halaman belakang rumah nenek, dia tidak masuk kedalam. Dia malah berjalan di sisi rumah nenek dan begitu sampai di depan para pria berseragam hitam yang berjumlah sekitar 6 atau 7 orang, dia berhenti.
"Air" ujarnya.
Napas nova terengah-engah, rasakan. Seharusnya tadi aku makan banyak biar Nova kehabisan napas karena menggendongku.
Nova kemudian berjalan menuju mobil. Pintu mobil di buka oleh salah satu pria berseragam hitam, pria itu juga menyerahkan dua botol air putih tapi Nova hanya mengambil satu.
Sepertinya dia tidak peduli dengan ku, buktinya dia tidak mengambil dua botol.
Nova masuk lalu duduk di kursi belakang, aku hendak turun dari pangkuan nova, tapi nova malah melingkarkan salah satu tangannya di pinggangku. Dia membuka tutup botol di depan perutku.
Dia pasti ingin menyiksa ku dengan cara melihat dia minum, akhhh ini sungguh menyebalkan.
"Lepasin, aku mau turun. Aku mau masuk kedalam, lebih baik kamu pulang dan mulai belajar lupain aku" dengan susah payah aku berbicara.
Nova diam. Aku dengan kesal menginjak kakinya dengan sekuat tenaga, tidak ada ringisan kesakitan.
"Buka" ujarnya.
Apanya yang di buka?
KAMU SEDANG MEMBACA
Becomes the second antagonist
FantasyBagaimana jadi jika seorang gadis memasuki novel yang belum selesai ia baca? Bisakah dia menghadapi konflik yang terjadi di dalam novel tersebut? Cover from pinterest