Chapter 33

2K 168 9
                                    

Nova tertawa terbahak-bahak ketika menatap Yara, Yara memberikan tatapan waspada kepada nova dan hal itu malah semakin membuat nova terus tertawa terbahak-bahak.

"Ngapain kamu ketawa? aku lagi nggak ngelawak. dan kalau kamu memang mau mukul aku, aku benar-benar akan bilang ke papa aku. lebih baik kamu sekarang datang ke mansion aku terus ajak papa aku berantem dari pada kamu pukul aku-- kamu nggak malu sama gender kamu? kalau sampai pukul aku" Yara terus saja mengeluarkan unek-uneknya karena saking takutnya dia malah berbicara melantur kemana-mana.

Nova semakin mengeraskan tawanya, dia sampai harus mengusap sudut matanya yang mengeluarkan air mata.

Yara yang melihat nova terus tertawa menggerutu kesal di dalam hati, apa dia sudah gila? kenapa dia tertawa sampai segitunya? aku merasa seperti dia sedang tertawa mengejek dan itu di tunjukan kepada aku dan apa yang harus aku lakukan sekarang? aku benar-benar takut dia akan benar-benar memukulku. apa aku harus kabur? dan seperti memang iya.

Yara menganggukkan kepala pertanda setuju dengan pemikirannya, dia mulai berancang-ancang dan berhitung satu sampai tiga seraya terus menatap waspada kepada nova. dan saat itungan ketiga Yara hendak berlari namun lengannya dengan cepat ditahan oleh nova.

Sedangkan nova, dia sedari tadi terus tertawa tapi tetap memperhatikan tingkah Yara. Yara sepertinya hendak kabur dan ketika Yara membalikkan badan dan hendak berlari menjauhinya dengan cepat nova menahan lengan Yara dan dia menarik lengan yara agar berbalik menghadapnya.

"Aku nggak akan pernah mukul kamu" nova berucap setelah berhasil mengontrol tawanya, dia sampai harus menghembuskan napas panjang hanya untuk berucap kata itu.

Ketika melihat tatapan tak percaya yang Yara berikan kepadanya, Nova melanjutkan perkataannya "aku nggak bohong Yara, aku memang nggak akan pernah pukul kamu. walaupun kamu ngeluarin kata-kata atau bertingkah mengesalkan aku nggak akan pernah pukul kamu. aku lebih milih pukul orang yang buat kamu kesal dan itu termasuk diri aku juga" nova menatap dengan yakin kepada Yara.

"K-kamu nggak bohong kan?" Yara berujar dengan ragu.

Nova menghela napas lalu menganggukkan kepala dengan cepat. nova mengeram kesal didalam hati karena melihat wajah waspada Yara yang terlihat sangat menggemaskan.

Nova menarik tubuh Yara kedalam pelukannya, dia mendekap erat tubuh Yara seraya menggoncangkan tubuh Yara ke kanan dan kiri.

"Kenapa kamu gemesin banget sih? bisa nggak sih, gemesin kamu diturunin dikit-- aku nggak rela bagi kegemesan kamu sama orang lain. apa aku harus masukin kamu kedalam karung aja ya biar orang-orang nggak bisa keimutan kamu ini" setelah berucap seperti itu nova semakin mengeratkan pelukan dan dia juga menenggelamkan wajah Yara didada bidangnya.

Yara memberontak dan berusaha melepaskan wajahnya dari dada nova setelah bersusah payah, akhirnya Yara berhasil. dia kemudian mengambil napas sebanyak-banyaknya.

Dia memukul pundak nova dengan kencang "kamu emang nggak mukul aku, tapi kamu buat aku kehabisan napas. kamu mau bunuh aku ya? gila aja, kalau aku nggak ngeberontak mungkin aku bakal mati karena kehabisan napas dan apa kamu bilang? kamu mau masukin aku kedalam karung? kamu kira aku kucing?" Yara mendorong dada nova agar memberikan sedikit celah untuknya bergerak.

Nova melepaskan pelukannya, dia sama sekali tidak peduli akan ucapan yang Yara berikan padanya. dia merasa hal itu wajar karena dia sedang merasa gemas pada Yara, dan sekarang nova malah ingin mencium bibir Yara yang sedari tadi terus menggerutu kesal kepadanya. dia ingin mencium bibir itu sampai Yara kehabisan napas.

Ini gila, Nova segera menggelengkan kepalanya. dia menatap Yara yang sekarang masih terus menatap kesal kepadanya.

"Ini salah kamu, kenapa kamu harus punya wajah gemesin kayak gitu. Jadinya aku kan nggak bisa nahan rasa gemes aku" Nova berujar dengan santainya.

Yara menatap tak percaya kepad nova. jadi ini salah aku? bisa-bisanya dia berujar seperti itu setelah hampir membuat aku mati kehabisan napas. dia gila dan play victim. gerutu yara didalam hati.

"Kenapa jadi salah aku? ini salah kamu, kenapa kamu harus gemes sama aku? muka aku memang gemesin tapi nggak harus sampe kamu masukin kedalam karung" Yara berujar dengan nada kesal.

"Pokoknya aku nggak mau tahu, kamu harus bisa ngurangin wajah gemesin kamu itu. aku nggak suka kalau sampai orang lain, apalagi pria lain sampe liat wajah gemesin kamu itu" ujar Nova dengan nada datar.

Yara semakin menatap sinis Nova dan dia tahu kalau semakin dia meladeni ucapan absurd nova, ini tidak akan ada ujung.

Dia menghela napas untuk menghilangkan rasa kesalnya "udahlah terserah kamu aja, aku mau pulang dan mana belanjaan aku?" Yara mengulurkan tangannya dihadapan nova.

Bukannya menerima kantung belanjanya, nova malah meraih tangan Yara dan menggenggamnya lalu nova menarik Yara agar mengikuti langkah kakinya dan nova memasukan Yara kedalam mobilnya dengan cara sedikit memaksa.

Yara dimasukan kedalam kursi penumpang dibagian belakang, begitu Yara sudah masuk Nova langsung masuk menggunakan pintu yang sama dengan Yara. nova tidak mau masuk menggunakan pintu sebelahnya karena akan menghabiskan waktu dan itu akan memudahkan Yara untuk kabur dari mobil ini. Dan nova tidak mau itu terjadi.

Mobil berjalan meninggalkan minimarket dan disepanjang jalan Yara selalu menggerutu kesal kepada nova dan hanya dibalas senyum lebar dan kepalan tangan oleh nova, kenapa Nova sampai mengepalkan tangan? karena Nova berpikir bahwa Yara sangat amat menggemaskan ketika sedang menggerutu dan Nova kesal karena harus menahan rasa gemas ini.

Tak lama mobil berhenti tepat di depan mansion dan Yara langsung disambut oleh kedua orang tuanya. mama berkacak pinggang ketika melihat Yara turun dengan cengiran diwajahnya sedangkan papanya hanya bisa menghela napas pelan.

"Bagus ya, keluar tanpa izin mama dan papa" mama yara langsung menjewer telinga yara, ketika yara sudah ada di depannya.

"Kenapa keluar nggak izin sama papa dan mama dulu sayang?" ujar lembut papa yara.

Mama yara melepaskan jewerannya ketika nova membantu melepaskan tangan mama Yara dari telinga yara, mama yara mendengus kesal karena nova yang melepaskan jewerannya.

"Maaf ma, pa. aku niatnya cuma pergi sebentar buat beli coklat dan aku kira aku akan pulang sebelum mama dan papa pulang. tapi aku nggak bisa pulang cepat gara-gara nova" yara memajukan bibirnya seraya menggandeng tangan mamanya.

Rasain, emang enak aku jadiin kambing hitam. batin Yara.

Yara menutup bibirnya ketika tawanya hampir keluar ketika melihat raut wajah pasrah nova.

"Oh jadi kamu yang buat anak saya keluar tanpa izin" papa Yara menatap tajam kepada nova.

Nova menghela napas kasar, gadis nakal. ucap nova dalam hati.

Becomes the second antagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang