Obat Rindu

3 0 0
                                    

Putri Mandalika memapah pria itu berjalan ke bawah pohon kelapa di tepi pantai untuk beristirahat sejenak. Mereka kemudian duduk berdua sambil menatap matahari yang sudah akan terbenam. Kala itu warna langit seperti disulap menjadi pemandangan yang indah, merah berpadu oranye. Ditambah lagi suara ombak yang menderu. Mereka sangat menikmati suasana itu. 

“Kamu yang telah menyelamatkanku?” tanya pria itu membuka percakapan. Ia mengalihkan pandangan ke Putri Mandalika. Wajahnya memang sangat cantik, gumam pria itu dalam hati.

“Iya, apa kamu sudah baikan?”

“Tenagaku masih lemas. Oiya, kenalkan aku Patih” katanya sambil menyodorkan tangan ke depan Putri. Putri Mandalika lalu menjabat tangannya dan menjawab “Aku Putri Mandalika” Patih mengernyitkan kening heran. “Putri Mandalika?” tanya Patih ingin memastikan lagi kalau pendengarannya masih baik-baik saja. Putri Mandalika membalasnya dengan menganggukkan kepala. 

Patih berusaha berpikir waras kalau wanita itu hanya memiliki nama yang sama dengan Putri Mandalika dalam legenda. Sekali lagi Patih mengecek wanita di depannya, ia mengamati dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia memang terlihat seperti wanita zaman dahulu mulai dari pakaian sampai gaya rambutnya yang sangat panjang. “Aahhh…tidak mungkin” katanya sambil menepuk kepala. 

“Kamu kenapa?” tanya Putri kepada Patih. Patih hanya terdiam dan berusaha menetralkan pikirannya, ia mengkhayal seandainya benar wanita di depannya memang Putri Mandalika, ia pasti akan sangat beruntung karena mendapatkan wanita paling cantik di Pulau Lombok seperti yang dikisahkan dalam Babad Sasak.

Hari semakin malam, Patih harus segera kembali ke tempatnya. Ia datang kesana untuk memancing dan tidak disangka mengalami kecelakaan, kakinya terpeleset di tebing. Untung saja Putri Mandalika ada di sana dan menolongnya, kalau tidak, nyawanya tidak akan tertolong. 

“Ayo kita pulang” ajak Patih kepada Putri Mandalika. Putri Mandalika tidak tau harus menjawab apa, tapi yang pasti dia sudah tidak punya rumah lagi. Dia juga tidak yakin kalau kerajaannya masih ada disana. “Kenapa? Kamu mau tinggal disini sendirian?” tanya Patih. “Kamu pulanglah. Aku tidak punya tempat tinggal” suruh Putri. Patih berpikir lama sambil melihat Putri Mandalika dengan rasa iba. “Ikutlah denganku. Aku punya banyak rumah” ajak Patih sekali lagi. “Pergilah” perintah Putri.

Patih dengan berat hati harus meninggalkan wanita cantik itu. Dia tidak tega tapi mau bagaimana lagi. Wanita itu juga menolak ajakannya. Seperti ditolak cinta, itulah yang dirasakan Patih. Putri Mandalika juga sama, dia tidak enak hati harus berpisah dengan Patih. Ada perasaan bersalah dalam hati Putri Mandalika. Putri akhirnya memutuskan kembali ke istana bawah laut.

***

Putri Mandalika melihat Ratu yang tampak bingung. Dia mondar-mandir tidak jelas di kamarnya. Putri lalu berjalan ke arah Ratu dan memberanikan diri untuk bertanya. “Ada apakah gerangan Ratu sehingga terlihat gelisah seperti itu?” tanya Putri. Ratu menghentikan langkahnya.

“Tamu penting akan datang besok. Sedangkan juru masak istana sedang sakit. Aku sudah memerintahkan prajurit untuk mencari penggantinya, tapi sampai menjelang petang, satupun dari mereka belum ada yang menghadapku” ungkap Ratu. Putri Mandalika tersenyum mendengar curahan hati sang ratu. “Bolehkah hamba yang menggantikannya Ratu?” izin Putri Mandalika. “Emangnya kamu bisa masak?” tanya balik sang ratu meragukannya.

“Saya bisa memasak bahkan bisa juga menjadi prajurit ratu” jelas Putri Mandalika. Ratu mengabaikan perkataan Putri Mandalika tersebut dan melanjutkan berjalan kesana kemari. “Percayalah Ratu” bujuk Putri Mandalika lagi. 

“Bagaimana kalau malam ini saya yang memasakkan Ratu makanan yang lezat?” tawar Putri Mandalika tidak mau menyerah. Tidak ada salahnya menguji kemampuan dayangnya itu, pikir Ratu ketika itu. “Baiklah. Silahkan” jawab Ratu singkat. 

Putri Mandalika Versi Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang