Bobi Orang Ketiga

2 0 0
                                    

“Bos” panggil Bobi dari luar rumah. 

Putri Mandalika membukakan pintu dan menyambut Bobi “Cari si…” kata Putri Mandalika terpotong saat ia sadar kalau dirinya tidak bisa dilihat oleh siapapun kecuali Patih. Dia menutup mulut lalu mundur ke belakang membiarkan orang itu melakukan sesuatu.

Bobi menganga dan memeriksa orang di dalam rumah. Ia tidak menemukan jejak kehidupan di rumah bosnya itu. Bobi langsung merinding dan bergidik ngeri karena ketakutan. Ia melangkah perlahan sampai pintu depan. Setelah itu ia lari terbirit-birit menuju ke garasi dan masuk ke dalam mobil.

“Mati aku” kutuk Putri Mandalika kepada dirinya sendiri. Ia gegabah sudah membukakan pintu untuk orang lain.

***

“Bos. Rumah bos harus dirukyah” suruh Bobi dari balik telepon.

“Maksud kamu apa sih? Ngomong yang jelas” seru Patih kepada asistennya itu. Seharian ia berada di lapangan karena ada pekerjaan mendesak. 

“Begini bos, aku baru saja pulang dari rumah bos. Aku telepon sekretaris di kantor, mereka bilang bos sedang ada jadwal di luar. Tapi, aku tau kebiasaan bos kalau ada jadwal di luar, bos pasti istirahat di rumah. Tiba-tiba pintu rumah bos terbuka. Aku periksa di semua ruangan, tidak ada orang sama sekali. Intinya rumah bos ada setan” jelas Bobi sambil merinding jika mengingat kejadian itu.

Bobi sudah tahu tentang Putri Mandalika, pikir Patih setelah mendengar ceritanya. “Bos…bos…bos” lanjut panggil Bobi. Patih mengabaikannya dan mematikan ponsel. 

Entah kenapa perasaan Patih tidak enak tentang Putri Mandalika. Ia langsung mengundurkan pertemuan selanjutnya ke lusa. Hari ini juga Patih harus pulang lebih cepat dari biasanya. “Kosongkan jadwalku besok” perintah Patih kepada rekan kerjanya yang hadir disana.

***

“Kamu tidak apa-apa?” tanya Patih kepada Putri Mandalika. Ia sudah tau kalau perasaan Putri Mandalika sedang kacau karena ulah Bobi. 

“Aku kasihan sama orang tadi. Ia gemetaran ketakutan” balas Putri Mandalika. “Seandainya kamu tidak bisa melihatku pasti kamu juga merasakan hal yang sama dengan orang itu” tambahnya lagi.

“Tapi kenyataannya aku diberikan kelebihan melihatmu” jawab Patih santai. Dia lalu memeluk Putri Mandalika sambil mengelus pundaknya. “Kamu sedang sakit? Kenapa badanmu tiba-tiba demam begini?” Patih melepas pelukannya dan beralih memeriksa dahi Putri Mandalika. 

“Entahlah. Aku tidak enak badan. Mungkin karena aktivitasku yang cukup padat” sahut Putri Mandalika. 

“Bagaimana caranya aku mengobatimu?” Patih kemudian menggendong Putri Mandalika buat tiduran di sofa. 

“Kamu nggak usah khawatir. Aku baik-baik saja. Ini hanya penyakit biasa” ungkap Putri Mandalika.

“Kamu yakin?” Patih memegang kedua tangan Putri Mandalika. Putri Mandalika memejamkan mata tanda mengiyakan pertanyaan Patih. 

Selang beberapa jam, Putri Mandalika terbangun oleh suara dari dapur. Ia menengok ke sana, ternyata Patih sedang memasak. “Kamu masak apa?” tanya Putri Mandalika sambil melangkah ke arah Patih.

“Kamu istirahatlah dulu. Tunggu aku, sebentar lagi semuanya siap” suruh Patih lembut. Putri Mandalika menuruti perintah Patih dan memperhatikan Patih memasak dari sofa.

Tidak terlalu lama setelah itu, Patih memberikan Putri semangkuk bubur untuk dicicipinya. “Buburnya enak. Bumbunya pas dan tidak terlalu lembek. Aku suka” kata Putri Mandalika sambil terus-terusan menyuap bubur ayam yang dibuat oleh Patih. 

“Syukurlah. Kamu makan yang banyak ya” Patih membelai rambut Putri Mandalika. “Pasti habis kok” timpal Putri. 

***

Putri Mandalika Versi Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang