Enjoy ~
.
.
.
"Belajar yang rajin, kakak ke kelas dulu. Nanti istirahat kakak jemput ok" mencium pipi Oliv dan berlalu dari sana.
Oliv melambai dan masuk kedalam kelasnya "selamat pagi teman-teman~" serunya semangat dengan senyuman lebar.
"Pagi~" seru mereka bersamaan dengan tersenyum lebar.
Saat dirinya ingin duduk, seseorang menarik tangannya keluar kelas. Oliv tentu kesal, tangan satunya yang tidak dipegang langsung melayang ke kepala orang tersebut.
Plak
"Aduh!" Agus segera mengusap kepalanya yang terasa nyut nyutan, ternyata pukulan tangan bayi begitu sakit ya, dia pikir akan terasa lembut karena tangan mereka empuk.
"Kenapa bawa Oliv!" Marah Oliv, dia bahkan sudah mengangkat tangannya atas atas untuk bersiap memukul kembali kepala Agus yang sekarang sudah tersenyum aneh dan waspada.
"Kita bolos yuk" ajaknya pada Oliv yang sekarang sudah menurunkan tangannya dan menatap Agus bingung.
"WOY!!" Teriak Riana, Dian dan Nia bersamaan. Mereka berlari mengejar Agus yang sepertinya akan berbuat ulah kembali.
"Oliv ayo masuk kelas" Riana segera menarik tangan Oliv, namun Oliv sama sekali tidak ada pergerakan sedikitpun.
Riana dan yang lain menatap kearah tangan Oliv yang ternyata di genggaman oleh Agus. Menatap Agus dengan tajam, 'lepasin gak!' ucap mereka tanpa suara.
"Bolos kuy!" Tak mengidahkan ucapan mereka, Agus malah tetap pada pendiriannya.
"Kenapa bolos? Kemalin sudah dua hali Oliv bolos" jawab Oliv. Bagaimana jika nanti dia dimarahi oleh guru dan keluarga nya.
"Ini beda~ kita bolosnya cuman di rooftop aja!"
"Tidak dimalahin?"
"Tidak!" Jawabnya lantang, siapa yang berani memarahi Oliv disini, keluarganya adalah donatur di sekolah ini.
Oliv menatap kearah Riana dengan tatapan bertanya "boleh?"
"Boleh~" bukan, bukan Riana yang menjawab, tapi Agus. Menarik paksa tangan Oliv dan berlari meninggalkan Riana dkk yang sekarang melotot.
Mereka ikut berlari mengejar, tak apa bolos sesekali, batin mereka. Namun, tak ayal ada rasa takut dimarahi oleh orang tua mereka, guru dan yang pasti keluarga Oliv nantinya.
Mereka telah sampai di depan pintu rooftop, membuka pintu dan berjalan mengelilingi rooftop yang cukup usang. Ada satu sofa usang di tengah-tengah dengan payung berukuran besar sebagai pelindung dari panasnya sinar matahari dan hujan dan berbagai tumbuhan di setiap sisinya.
Oliv menatap binar, disini begitu sejuk. Angin mulai menerpa wajah menggemaskan itu, hingga rambut panjangnya ikut bergerak mengikuti arah angin.
Disini begitu menyenangkan, walaupun cukup usang dan kotor tapi tak menghilangkan keindahannya. Tumbuhan-tumbuhan yang ada disini membuat suasana menjadi hidup dan menyegarkan, ini terlihat tua namun juga menenangkan.
Oliv berjalan kearah sofa dan mendudukkan dirinya disana, rasanya aneh karena ketika dia duduk, pantatnya terasa tenggelam.
Berdiri dan berjalan kearah Agus, menarik tangan Agus dan menyuruhnya duduk untuk memastikan.
Agus menurut, dia segera mendudukkan dirinya dan menyenderkan badannya pada senderan sofa.
Tak lama setelahnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Olivia Xavier Helton ||END✓
Short Story"Ugh ini dimana?" Dirinya langsung saja terduduk dan meneliti sekitar. "Ini bukan lumah Oliv" "Ini kamal bukan milik Oliv bukan lumah Oliv sama mama sama papa" "Hiks mama papa~" tangis nya, apakah kedua orang tuanya membuangnya? "Hiks jangan buang...