II. Menikmati Bab Pertama

217 24 29
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Waktu bergerak lambat, Luna mengetuk-ngetuk kepalanya dengan pensil faber castel yang belakangan ini sangat populer. Belakangan yang dimaksud adalah tahun 2017.
Suasana yang terjadi benar-benar terlihat sama dengan saat dia masuk ke bangku sekolah menengah atas, kelas yang ramai dengan anak paling tenang di ujung kelas. Luna tersenyum memandang anak keren itu, dia menakjubkan meski tidak melakukan apa-apa.

Sebenarnya Luna bertanya-tanya, kapan dia akan terbangun lalu kecewa? Dia suka delusi, solusi terbaik untuk melarikan diri dari berbagai tekanan yang dia rasakan sebagai Luna di usia dua puluh tiga.

"Baiklah, kalau gitu mari nikmati mimpi ini dan tidur nyenyak sampai pagi." Luna menyemangati diri sendiri, mengeluarkan buku paket dari dalam tas besar warna merah muda. Hari ini ia yakin pelajaran Bahasa Inggris, buku series K13 itu membuat punggungnya menerima beban berat tadinya.

Sudah lama, bahkan waktu berjalan dengan teratur sejak pukul enam sampai pukul dua lebih lima belas. Pulang sekolah terasa benar-benar nyata, semua orang bergerak berdesakan untuk keluar dari kelas.

Luna berjalan dengan kebingungannya, ia memang terasa pernah di situasi ini sebelumnya. Pot bunga besar di setiap ujung teras, perpustakaan tua terbengkalai, dan jadwal pelajarannya ia tahu itu. Apakah dia sedang kembali ke masa lalu?

"Heh Luna!" Orang-orang yang tidak dikenal, berperawakan lebih tinggi dibanding Luna datang berbondong datang dengan wajah sok menakutkan. Pada dasarnya mereka hanya gadis tujuh belas tahun yang dari gelagatnya sudah jelas bahwa ada maksud keji.

"Lo kenapa tadi pagi tarik-tarik Jay? Caper?" tanya gadis itu, Luna hanya tersenyum miring. Anak-anak tahun 2017 memang bermain seperti ini, entah anak SMA tahun 2024 melakukan hal serupa atau tidak, dia merasa sudah cukup kadaluarsa untuk menerima perlakuan seperti ini.

"Kenapa emangnya?" tanya Luna, sejujurnya memang dia merencanakan banyak hal gila sebelum terbangun dari mimpi panjang ini.

"Lo jangan berani-beraninya!"

After SundieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang