"Seandainya netra itu terbuka, pasti akan menjadi sorot elang yang siap melumpuhkan mangsa. Sebatas andai karena sepasang yang indah itu tertutup sempurna.
Akan indah jika warna bibir itu ranum lalu tersenyum, sangat buruk karena nyatanya dia membir...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa kamu senyum terus, Luna?" tanya Jay setelah menyadari bahwa Luna tersenyum tanpa henti. Aksi memotret makanan mereka terjeda, tidak! Bukan kebiasaan Jay untuk memotret makanan, ia rasa dia harus mengabadikan lebih banyak momen bersama Luna agar lebih banyak rangkuman yang bisa disaksikan kembali di masa depan, entah itu berguna untuk meredam lara atau tidak.
"Pacarku ganteng banget, bjir!"
Jay tertawa, menutupi mata jika sedang menanggung gelak kupu-kupu yang menggelitik di perut. Salah tingkah tentu saja, Luna tertawa melihat Jay yang terlihat sangat lucu jika salah tingkah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kamu cantik, entah gimana caranya jaga senyuman seindah ini. Aku mau itu abadi, Luna." Jay menggenggam tangan lembut nan kecil milik Luna, ibu jarinya menjamah jari manis Luna. Seandainya dia bisa menyelipkan cincin di sana.
"Jay aku senyum biar permintaan kamu terkabul, kamu mau lihat senyum cantik ini seumur hidup, 'kan? Sekarang semuanya sudah terwujud, aku janji bakalan senyum selama yang kamu mau." Tangan Luna yang menganggur mendekap milik Jay yang terlihat sedikit bengkak akibat dirawat di rumah sakit beberapa hari lalu.
"Terima kasih, Luna."
"Sekarang apa permintaan kamu selain lihat aku senyum? Yang buat diri sendiri! Tolong, makan apa pun yang kamu suka jangan karena aku yang suka, aku nggak keberatan, Jay!"