Haidar sudah kembali ke rumah tapi ia belum diperbolehkan untuk ke sekolah karena harus menjalankan pemulihan. Kemungkinan 2 hari lagi Haidar akan bisa kembali ke sekolah.
Bagaimana kita sebut Grawita saja?
Bukankah, dia yang berada di tubuh Haidar?Grawita menatap jendela besar yang berada di kamar Haidar. Semenjak masuk ke dalam rumah Haidar ia sangat terpukau dengan arsitektur dan barang-barang yang sangat mewah. Apalagi ketika ia hendak masuk ke kamar Haidar yang sangat mencerminkan seorang laki-laki. Warna hitam, abu-abu dan putih menjadi dominasi warna di kamar itu dan banyak barang-barang elektronik dikamarnya.
Kasur yang empuk, kursi yang empuk, dan ber-ac, bahkan ada sebuah sofa di dalam kamar. Grawita sangat yakin kalau di kamar Haidar seluar rumahnya.
Taman yang subur dan cantik karena ditumbuhi bunga-bunga. Grawita sangat menyukai pemandangan taman tersebut. Seandainya ia tidak terluka mungkin Grawita akan pergi kesana.
Setelah puas melihat-lihat taman, Grawita pergi menuju cermin yang ada di walk in closet. Sejujurnya Grawita masih belum percaya dengan apa yang terjadi.
Kenapa dia berada di tubuh Haidar?
Lalu dimana tubunya?Mau pergi mencari keberadaan Haidar, lagi-lagi kondisinya tidak memungkinkan.
Suasana sepi hening membuat Grawita merasa tenang namun ia merasa kesepian dan ia merindukan kedua orang tua dan Kak Yuga.
Sementara itu, Haidar terdiam di dalam sebuah kamar Grawita. Ruangan kamar tersebut sangat kecil dari kamarnya namun terlihat rapih. Barang-barang semua di tata rapi di rak, lemari, dan di atas meja belajar. Haidar tidak bisa berdiam diri. Ia melihat-lihat barang-barang Grawita.
"Rapih juga kamar si cupu..." Haidar mengambil salah satu buku yang ada di rak. Sebuah buku novel berjudul The School for Good and Evil. Membuka buku tersebut, ketika membuka sampulnya Haidar diperlihatkan tanggal dari pembelian buku yang ditulis oleh Grawita dan tanda tangannya Grawita.
Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Haidar. Yuga masuk ke dalam kamarnya sembari membawa beberapa buku di tangannya.
"Kamu lagi ngapain?" Tanya Yuga dengan lembutnya.
"E—eum mau baca buku" Sejujurnya Haidar tidak tau cara berkomunikasi dengan saudara. Haidar merasa gugup berinteraksi dengan kakak Grawita.
"Nih kakak abis beli buku kemarin. List buku yang kamu mau" Yuga memberikan tiga buku novel kepada Grawita dengan senyuman tulus.
Haidar menerima buku-buku tersebut "Ya" Jawabnya penuh keraguan.
Yuga menatap sang adik dengan tatapan heran. Ia tidak terlihat antusias dengan buku yang baru saja ia beli, tapi ia tidak terlalu menghiraukannya. Mungkin karena efek dari sakit, pikirnya.
"Yaudah sana istirahat, nanti makan malam kakak bangunin"
"Iya" Yuga menepuk kepalanya dengan pelan setelah itu ia keluar dari kamar Grawita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grawita & Haidar
Genç KurguMenjadi korban pembullyan di sebuah sekolah swasta membuat Grawita harus bisa menahan rasa sakit dan traumanya agar keluarganya tidak khawatir dengan keadaannya. Sementara Haidar yang merupakan seorang pembully harus bisa menahan rasa kesepian dan...