Part 3

619 51 14
                                    

Semenjak kejadian beberapa hari lalu yang dimana Febi memergoki Sheila sedang menonton video porno, gadis nakal itu tak pernah lagi diam-diam ke kamar Sheila, malahan ia selalu mengetok pintu kalau hendak ke kamar Sheila. Febi hanya takut kejadian itu terulang kembali, di ingat-ingat saja ia merinding lagi.

"Kehidupan masyarakat di daerah dataran tinggi biasanya memiliki pola...." Bu Ayas memberi pertanyaan di depan.

Sekarang keduanya tengah belajar di dalam kelas. Terlihat Sheila mengangkat tangan ke atas, "Menyebar atau tersebar, bu!" Jawab Sheila dengan lantang.

"Yap betul! 10 point untuk kamu Sheila!"

Sheila menurunkan kembali tangannya, ia menatap ke samping, wajahnya berubah tengil tatkala Febi yang mendelik malas. "Pinter kan gue."

"Pinter-pinter suka nonton bo—"

"BU!" Teriak Sheila, ia meringis saat bu Ayas melihatnya dengan tatapan bingung. Padahal Sheila berteriak supaya Febi tidak melanjutkan omongannya. Bahaya kalau teman-teman sekelasnya mendengar, nanti jadi gibahan.

"Ya, Sheila? Ada apa?"

"Saya ijin ke wc, bu."

"Ikut!" Seru Febi.

"Dih, nggak mau!"

"Gak mau tau intinya gue mau ikut!"

Bu Ayas menggelengkan kepalanya, "Sudah, jangan ribut. Kalian berdua silahkan ke wc."

Sheila menatap kesal ke arah Febi. Si gadis nakal itu menjulurkan lidahnya seraya berdiri, ia merasa senang bisa menjahili Sheila.

"Sheila sama Febi mah emang nggak bisa di pisahin bu. Yang satu anak ayam, yang satu induk ayam." Ujar Anin seraya tertawa, sontak perkataannya mengundang gelak tawa seluruh atensi di kelas. Termasuk bu Ayas yang ikut tertawa.

Sheila hanya bisa pasrah, ia akhirnya memilih berjalan duluan meninggalkan Febi yang masih di tempatnya. Yang pasti ia sempat tersenyum terhadap bu Ayas. Langkah Febi terburu-buru mengejar Sheila, sebenarnya ia ikut hanya karena bosan di kelas, apalagi Sheila selalu menunjukkan kepintarannya di dalam pelajaran.

Febi akui, Sheila memang hebat dalam bidang akademik.

"Shei! Tungguin napa!"

Febi menyamakan langkah kakinya di samping Sheila, lengannya bersenggolan pelan dengan tangan si gadis lebih tua beberapa bulan itu, matanya melihat sekitar yang sepi. Maklum, soalnya masih jam belajar.

"Lo kenapa ikut sih?"

"Bosen aah kalo di kelas. Pengen cepet-cepet istirahat."

"Tinggal beberapa menit doang."

Kaki Sheila berbelok arah, tujuan mereka bukan ke wc, melainkan kakinya tengah mengitari lorong sekolah. Ini semua karena kepekaan Sheila yang mengerti atas kebosanan Febi di dalam kelas, lagian tinggal 5 menit lagi bel istirahat pertama akan berbunyi. Tinggal menunggu waktu saja.

"Loh? Kok malah kesini sih?" Febi bertanya dengan raut bingung, kaki keduanya melewati lorong kelas tujuh.

"Katanya bosen?"

"Kalo nanti kita tiba-tiba di cegat guru gimana?"

Sheila diam tak menanggapi, kali ini kakinya melangkah ke kantin yang biasa mereka tempati. Terlihat beberapa murid datang duluan ke kantin, sepertinya aman-aman saja, tidak ada guru yang berkeliling.

Febi mendudukkan dirinya di salah satu meja kantin, "Gue pengen ganti menu deh."

"Kayak biasa?"

"Kayak biasa."

Hujan Sore HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang