Upacara sekolah di lakukan dengan sangat baik. Tuturan kata dari kepala sekolah menggema di seluruh lapangan. Sheila menghela napas kasar, ia merasa bosan dengan ucapan kepala sekolah yang tak kunjung mengakhiri pidatonya.
Tahun ini, tahun ke duanya sebagai anak Sekolah Menengah Pertama. Menyenangkan, ah, tidak, Sheila tak senang karena adanya Febi yang menjadi teman sekelasnya. Dari mereka sekolah dasar hingga sekarang, keduanya mendapati kelas yang sama. Membuat Sheila jengkel setengah mati.
Delapan tahun mengenal Febi bikin Sheila geleng-geleng kepala. Hanya karena pertemuan tak sengaja di saat mereka kecil membuat keduanya saling membentuk kisah. Menjadi sebuah pertemanan, saling mengenal sifat satu sama lain, hingga orang tua yang saling mengenal.
Namun yang bikin Sheila kesal itu hanya sifat jahil Febi yang tak kunjung lelah mengganggu dirinya.
Tiba-tiba Sheila melotot. Topi yang di gunakannya jatuh ke tanah, ia sudah bisa menebak jika ini ulah Febi, si pengganggu. Dengan wajah menahan amarah, ia membalikkan badan, mendelik tajam pada sosok Febi yang cengengesan.
"Lo kalo ganggu gue lagi, gue patahin tangan lo." Seraya berucap demikian, Sheila mengambil topinya yang jatuh lalu mengenakannya kembali.
"Kalo ngga ganggu lo hidup gue jadi sepi, Shei."
Sheila tak menggubris ucapan Febi, ia tampak serius mendengarkan pidato kepala sekolah. Tiba-tiba atensinya terganggu. Ia menoleh ke samping, mendapati Febi berpindah posisi.
"Lo kenapa sih?"
Febi diam tak menjawab. Lagi-lagi ia menyentil topi Sheila, kedua kalinya topi Sheila terjatuh ke tanah. Cekikan geli terdengar dari mulut Febi, membuat Sheila jadi geram setengah mati.
"Memang anjing."
Sheila kembali memasang topinya, kali ini ia membiarkan Febi yang senantiasa menjahilinya. Kalau di lawan, nanti berakhir masuk BK. Begitu kata Sheila.
***
"Selamat pagi anak-anak."
"Pagi, buu!"
"Ibu kayaknya nggak ngasih materi buat hari ini. Paling, ibu cuman ngasih soal," Bu Ani selaku guru matematika menerangkan tugas di depan, ia menulis sesuatu di papan tulis, "Oh iya. Kerjainnya pake cara. Ibu tinggal sebentar ya, soalnya ibu ada rapat komite."
Penghuni kelas langsung bersorak ramai, kapan lagi mereka mendapati jam kosong di mata pelajaran matematika, walaupun di kasih tugas, tak memungkiri kalau mereka senang. Termasuk Sheila yang diam-diam tersenyum tipis.
Bu Ani keluar dari kelas setelah memberi arahan tugas. Febi menatap sekilas ke arah Sheila, mendapati gadis itu mengerjakan tugas yang di beri bu Ani. Kebetulan mereka duduknya sebangku, entah mengapa Febi semakin ingin mengerjai Sheila.
Senggolan kecil mengenai lengan Sheila. Buku yang ia tulis menjadi tercoret. Wajah Sheila seketika murka, ia menatap Febi dengan tajam.
"Babi."
Febi tertawa mendengar umpatan Sheila. Selain cuek, Sheila sering kali melontarkan kata-kata tak pantas. Itu sebabnya Febi sering menjahili Sheila.
"Sok ambis lo."
Sheila diam tak bergeming, kembali melanjutkan tulisannya di buku. Lagi-lagi Febi menyenggol lengan Sheila, menghasilkan coretan di bukunya semakin panjang. Sheila menggebrak meja, ia berdiri seraya menarik kerah baju Febi.
"Lo di biarin malah ngelunjak ya!?"
Sheila sangat geram. Seluruh atensi kelas langsung teralihkan pada pertikaian mereka. Namun mereka kembali mengerjakan tugasnya, tak menggubris apalagi melerai keduanya. Karena mereka tau, melerai Febi dan Sheila takkan ada habisnya. Paling nanti Febi menjahili Sheila lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Us Relationship Never Ends
Teen Fiction"Dih? Siapa juga yang mau sama lo?! O-G-A-H, OGAH!" -Sheila Zivana Faith "Eh anying! Lo pikir gue mau sama lo?! NAJIS!" -Febi Claudya Kiandra "Lo gila!" "Kalo gue gila, terus lo apa dong!?" "Lo stress tau gak! Masa ke angkringan pake kolor hello k...