Sinar matahari mulai masuk ke celah-celah kamar kedua gadis remaja itu, terlihat jelas bahwa mereka berpelukan dengan nyaman di atas kasur. Namun bedanya, Sheila menindih badan Febi, wajahnya yang cantik tenggelam pada ceruk leher sang gadis.
Lenguhan pelan terdengar dari Febi, ia mengedipkan kedua matanya, menatap Sheila yang tengah tertidur pulas di atasnya. Febi terkekeh, ia menyibak surai rambut Sheila. Suhu tubuhnya kali ini mulai menurun.
"Shei..." Panggil Febi, mencoba membangunkan Sheila. Tubuhnya benar-benar lelah menahan berat badan Sheila.
Sheila mulai terganggu dari tidurnya, perlahan ia membuka mata. Hal pertama yang ia lihat hanyalah leher Febi, menyadari ia tertidur di atas Febi, dengan gerakan cepat badannya langsung berguling ke samping.
"Jangan sekarang." Ucap Sheila dengan suara serak khas baru bangun tidur. Wajahnya sengaja ia tenggelamkan pada bantal, ia kembali memejamkan mata.
"Udah jam sembilan, Sheilaaaa!"
"Masih ngantuk."
"Lo pengen gue siram air!?"
Mendengar suara Febi yang beranjak dari kasurnya, ia langsung terbangun, matanya terbuka lebar seraya mendudukkan diri di sisi kasur.
"Bawel."
"Makan dulu, Shei."
"Nggak."
"Makan!"
"Belum laper."
Febi menatap jengah ke arah Sheila, gadis pintar itu tengah meraba-raba ponselnya. Tangan Febi memukul pelan pipi Sheila, ia melakukannya atas karena sengaja. Suasana hatinya sedang baik kali ini.
"Kok gue di tampar?!" Kesal Sheila.
"Biar melek mata lo."
Kali ini, Febi mendekati Sheila dengan tangannya yang menjambak rambut Sheila. Sepertinya ia sudah benar-benar sembuh kalau sifat jahilnya mulai kembali.
"Woi! Sakit!"
Cklek!
Pintu kamar Febi terbuka seiringnya sang kakak sulung memandangi keduanya dengan mata membelalak.
"Oh em ji helllowww!? Lo ngapain jambak anak orang, Feb?!!" Abel langsung berlari, menarik kerah baju Febi dari jangkauan Sheila.
"Sheila ngeselin, kak!"
"Dih?! Mana ada!"
"Udah-udah! Mending lo berdua cuci muka sana! Trus turun ke bawah, kita makan."
Pintu kamar kembali di tutup oleh Abel. Febi dan Sheila saling pandang, netra keduanya menatap bergantian ke arah pintu kamar mandi.
"Gue duluan!" Teriak Febi yang langsung berlari ke arah pintu kamar mandi.
Namun, Sheila dengan gesit menahan tangan Febi. Alhasil keduanya berebutan ganggang pintu sekarang.
"Nggak! Gue dulu!"
"Gue duluan, Sheila!"
"Gue!"
"Gue!"
Febi menatap Sheila dengan kesal. Tiba-tiba ide di kepala melintas di pikirannya, tanpa pikir panjang, bibirnya mencium pipi Sheila.
"Gue duluan! Lo cuci muka di bawah aja! Bye!"
Febi langsung melangkah masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Sheila yang terpaku dengan sikap si gadis nakal itu. Bahkan, Sheila sama sekali tak beranjak dari tempatnya, ia terdiam menatap pintu kamar mandi dengan menganga.
![](https://img.wattpad.com/cover/375386955-288-k683026.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Us Relationship Never Ends
Teen Fiction"Dih? Siapa juga yang mau sama lo?! O-G-A-H, OGAH!" -Sheila Zivana Faith "Eh anying! Lo pikir gue mau sama lo?! NAJIS!" -Febi Claudya Kiandra "Lo gila!" "Kalo gue gila, terus lo apa dong!?" "Lo stress tau gak! Masa ke angkringan pake kolor hello k...