Racun VS Es

0 0 0
                                    

Setelah kematian Jovan yang menyisakan luka dalam bagi para penyihir, pertempuran di Kastil
Scarlett belum berakhir. Para penyihir harus menghadapi sisa pasukan iblis yang masih berkeliaran.

Sementara itu, Beatrice dengan gigih menghadapi Maya, yang menggunakan serangan racun bertubi-tubi. Meski kewalahan, sihir es yang berkembang pada Beatrice mampu mengimbangi kekuatan Maya.

"Beatrice, kau benar-benar tak bisa menghindari serangan racunku. Ini akan membuatmu menyesal mencoba melawanku." Maya tertawa licik.

"Racunmu memang kuat, Maya, tapi kau lupa bahwa esku berkembang dengan setiap seranganmu." Beatrice berkonsentrasi.

"Apakah kau yakin sihirmu cukup untuk mengatasi seranganku? Racunku akan merasuki setiap serat tubuhmu." kata Maya.

"Tak perlu meragukannya. Sekarang saatnya aku menunjukkan kekuatan sihir esku!" Beatrice sambil mengelak.

Maya terus melancarkan serangan bertubi-tubi dengan racun yang membingungkan. Berbagai
macam serangannya membuat Beatrice berputar-putar, mencoba menghindari serangan berbahaya tersebut.

"Beatrice, kau tidak bisa melarikan diri dari seranganku yang tak terelakkan. Racunku akan
melumpuhkanmu!" kata Maya sambil meremehkan.

"Maya, seranganmu memang hebat, tapi kau lupa aku juga seorang penyihir yang hebat." Beatrice
bernafas berat.

"Kau masih belum sadar bahwa aku memiliki lebih banyak trik lagi." Maya menyeringai.

"POISON STREAK!"
Maya terus melancarkan serangannya dengan racun yang membingungkan, membuat Beatrice
terpojok. Namun, Beatrice dengan cerdik menggunakan serangan kelinci-kelinci es yang berhasil membalikkan keadaan.

"Tidak akan kubiarkan! ICE RABBIT ESCAPE!" Beatrice berdesakan.

Kelinci-kelinci es melompat ke arah Maya, membingungkan serangan racunnya. Beatrice
menggunakan kesempatan ini untuk mengambil kendali kembali.

"HAHAHA!Kau memang cerdik, tapi aku belum selesai." Maya tertawa.

"Aku punya kejutan buatmu." ucap Maya
"IMAGINARY ROOM : POISONUS BOX!"

Maya menciptakan ruangan hampa udara yang dipenuhi racun, menjebak Beatrice di dalamnya.
"Ini tidak akan cukup menghentikanku!" Beatrice berusaha.

"Aku juga bisa menggunakannya Maya! IMAGINARY ROOM : ICE AGE!"

Kekuatan sihir Beatrice muncul, mengubah ruangan hampa tersebut menjadi lautan es, sehingga membekukan racun yang dibuat Maya. Maya terjebak di dalam es yang membeku.

"Kau pikir es ini bisa mengalahkanku?" Maya terdesak.

"Ini bukan hanya es biasa, Maya. Ini kekuatan sejati yang akan memenangkan pertarungan ini." tegas Beatrice.

Maya, merasa terdesak, akhirnya memutuskan untuk pergi dari Kastil Scarlett. Beatrice mendapatkan luka yang cukup serius dalam pertempuran melawan Maya, sehingga membuatnya terkapar lemas.

"Pertarungan ini mungkin berakhir, tapi harga yang kubayar cukup mahal." kata Beatrice dengan nafas tersengal.

Lylia menghampiri Beatrice dan berkata : "Beatrice, kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja, Lylia. Terima kasih." Beatrice tersenyum lemah.

Lylia menemukan kalung bunga yang terlindungi oleh sisa api pertarungan Jovan dan Alice.
"Kalung ini... aku yakin milik Jovan." Kata Lylia dengan lembut.

"Itu kalung yang sering dipakai Jovan, aku tak menyangka dia melindunginya hingga akhir."

"Aku jadi teringat akan hari itu..." kata Beatrice sambil menahan tangis.

Pertempuran di Kastil Scarlett mungkin telah berakhir, namun kenangan akan pengorbanan Jovan dan perjuangan para penyihir akan selalu hidup dalam hati mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Thousand YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang