❝ Tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan daripada bersyukur. Bersyukur atas apa yang kamu miliki walaupun tidak seberapa, ❞
"Allaahu Akbar, Allaahu Akbar. Asyhadu allaa ilaaha illallaah. Asyhadu anna Muhammadar rasuulullaah."
Suara iqomah dari masjid terdengar bertepatan saat seorang remaja tampan baru saja menyelesaikan wudhu -nya. Remaja tinggi itu lekas beranjak dari tempat wudhu dan menghampiri sang Bunda yang duduk manis di ruang keluarga. Bunda sedang datang bulan, jadi tidak salat.
"ndaa, abang beneran gak papa solat di rumah?" pertanyaan itu terlontar dari mulutnya.
Sang bunda tersenyum maklum, anak tengahnya masih saja mempertanyakan pertanyaan yang sama seperti setengah jam yang lalu.
"insyaallah, nda papa, bang. lagian kan abang yang nda keburu buat ke masjid. Udah, langsung tunaikan aja salat maghribnya, jangan sampai lewat lagi.." Jawab sang Bunda memberi pengertian.
"Selesai salat, langsung temuin bunda, ya.."
Ia mengangguk, kemudian melangkah ke kamarnya. Di depan pintu berwarna putih itu, terdapat gantungan kayu yang bertuliskan 'Ruang-nya Langit'. Saat pintu kamar berwarna putih itu terbuka, maka akan terpampang sebuah nama dengan tulisan tangan indah dengan ukuran cukup besar. Nama yang tertulis itu adalah nama si remaja tinggi dengan rambut kecoklatan yang saat ini tengah menunaikan ibadah salat Maghrib.
Bumantara Davin Baskara
Namanya terpampang indah saat pintu kamarnya terbuka. Kamar yang tidak luas, tapi isinya bisa mencakup semua kebutuhannya. Sepertinya meja belajar, lemari pakaian, rak buku, juga tempat khusus untuk salat maupun mengaji. Dengan satu jendela yang gagangnya di ikat menggunakan tali rafia karena sudah lepas bautnya.
Jarum jam dinding dengan gambar emoji tersenyum bergerak selaras dengan detak jantung pemiliknya.
Tak-tik-tak-tik
"Assalamualaikum warahmatullah, Assalamualaikum warahmatullah..."
☆
"Ndaa,"
"Eh, ayah.."
Bumantara langsung menghampiri ayahnya dan menyalimi tangan sang ayah.
"Gak berjamaah di masjid?" Tanya ayah dengan nada yang datar, seperti biasa. Umumnya sosok ayah itu selalu terlihat acuh dan cuek, begitu pula dengan ayahnya Bumantara.
Bumantara tersenyum canggung pada sang ayah, "iya, ayah. Apin gak sempat ke masjid, soalnya tadi telat pulang latihan.." jawabnya.
Di rumah, Bumantara kerap dipanggil Davin, atau Apin. Alasannya karena namanya terlalu panjang jika dipanggil 'Bumantara'. Sedangkan di luar rumah, orang-orang memanggilnya Bumantara, atau Tara.
"Hmm.. lain kali inget waktu, jangan keasikan sama kegiatanmu itu." Ayah mulai bangkit dari duduknya saat mengatakan hal tersebut.
"Ayah ngijinin kamu latihan basket gak cuma-cuma, Bumantara." Ketika nama panjangnya terlontar dari mulut sang ayah, maka Bumantara berada dalam masalah.
"Iya, ayah. Apin minta maaf."
Berdehem singkat, ayah melanjutkan langkahnya menuju kamarnya dan bunda.
Sentuhan hangat pun Bumantara rasakan saat sosok ayah hilang dari pandangannya. Ia menoleh, mendapati sang bunda yang mengusap bahunya dengan lembut sembari tersenyum hangat.
"Nda papa, ayah tadi ngeluh sakit kepalanya ke bunda. Pas tau kamu gak berjamaah di masjid jadi agak sensi, jangan diambil hati, ya?" Ucap bunda menenangkan.
Bumantara tidak ada pilihan lain selain mengangguk. "Iya, ndaa. Abang minta maaf, besok-besok abang bakal salat di masjid.." katanya dengan nada yang sedikit sendu.
"Iyaa, bang.."
Dan panggilan abang hanya dari Bunda dan untuk Bunda. Iya kan, Bumantara?
『ᴛᴏ ʙᴇ ᴄᴏɴᴛɪɴᴜᴇᴅ』
Hoannyeong!
Padahal banyak book yang belum tamat, tapi malah pub book baru:') maapkan, namanya juga penulis abwal-abwal..And.. this one book about my bias KIM GYUVIN from ZEROBASEONE🔥✨
☆☆☆
Bumantara Davin Baskara
REVISI!
Hoannyeong!
Book LANGIT ITU BUMANTARA saia repub karna ikut event di TKP (again) waqaqaqa.. enjoyit, nguenkk'nim🧡🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
ʟᴀɴɢɪᴛ ɪᴛᴜ ʙᴜᴍᴀɴᴛᴀʀᴀ
Teen FictionDalam Diksi Bahasa Indonesia, Bumantara berarti Langit. Ada banyak orang di dunia ini, yang suka bercerita pada Langit ketika mereka tidak lagi memiliki tempat untuk mengadu. Benar, atau Salah? "benar, sekali. Bagi kami, tidak ada tempat yang lebi...