BUMANTARA: Anak Tengah

119 20 7
                                    

Kalian mana paham, bagaimana rasanya menjadi anak tengah. Menuruti si sulung dan mengalah pada si bungsu. Lantas, bagaimana dengan si Tengah?

"Yah, kata guru kelas tiga nanti bakal sering bikin makalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yah, kata guru kelas tiga nanti bakal sering bikin makalah. Isan boleh minta beliin laptop gak, yah?"

Kegiatan mencuci piring Bumantara memelan. Pemuda tinggi itu menajamkan pendengarannya karena suara televisi di ruang keluarga cukup keras.

"Boleh, nanti ayah beliin."

Bumantara lekas menyelesaikan pekerjaannya, setelah beres dan bersih, dengan senyuman yang manis pemuda itu berjalan menuju ruang keluarga untuk menghampiri ayah dan adiknya.

"Yah!" Panggilnya dengan nada yang sangat antusias.

"Kenapa?"

"Jendela kamarku──

──nanti, davin. Ayah belum ada waktu."

Senyuman pemuda itu luntur perlahan.

"Ayah kan bisa beli alatnya sekalian beliin isan laptop baru," ucap Bumantara memelan.

"Gak usah mulai deh, pin! Mas muak sama urusan jendelamu itu!" Sahut kakak sulung Bumantara, Anca Nabastala Putra Baskara nama panjangnya.

"Aku gak ngomong sama mas, yaa! Jadi gak usah nyaut!" Balas Bumantara sinis.

"Bumantara! Yang sopan sama mas-mu! Kamu ini, kaya nggak pernah diajarin sopan santun aja!" Tukas Sanjaya, sang ayah dengan nada tinggi.

Bumantara mendelik jengah.

"Aku cuma minta perbaiki jendela ku aja susah amat! Giliran gisan mau laptop baru aja langsung di kasih!" Serunya tak terima.

"Mas apin kok jadi bawa-bawa isan?! Abang iri sama isan?!" Sungut si bungsu, Gisan Harsa Putra Baskara.

"Udah pasti dia iri!" Sambar Anca mengejek.

Bumantara menatap tajam kakak dan adiknya. "Jelas aku iri lah! Gisan minta laptop baru langsung mau dibeliin! Mas mau motor juga langsung dibeliin! Sedangkan aku?! Nggak adil banget!" Katanya sinis.

"Kamu mau bilang ayah nggak adil? Iya?!" Tanya Sanjaya yang nampaknya tersulut emosi.

"Iya," jawab Bumantara sembari membuang muka.

"Tidak adil bagaimana? Kamu juga sudah punya laptop! Motor sendiri pun punya! Ayah menyamaratakan kebutuhan kalian bertiga!"

Bumantara tertawa kecil seraya bangkit dari duduknya. Dadanya panas jika harus berhadapan lebih lama lagi dengan Ayah, Kakak dan juga Adiknya.

ʟᴀɴɢɪᴛ ɪᴛᴜ ʙᴜᴍᴀɴᴛᴀʀᴀ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang