BUMANTARA: Salah lagi

72 8 4
                                    

Roda kehidupan itu pasti terus berputar, jadi jangan khawatir. Kesulitan mu pasti akan tergantikan dengan kebahagiaan tiada duanya, Insyaallah..

❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Jangan keluar sebelum apin datang, oke?"

Miyaw..

Bumantara terkekeh geli, kemudian menutup pintu kandang kucing kesayangannya. Setelah menggendong tasnya, Bumantara berjalan meninggalkan kamarnya tak lupa menutup pintunya.

Kaki jenjangnya yang dibalut celana olahraga dan kaos kaki hitam melangkah santai menuju ruang makan. Dimana disana sudah berkumpul keluarganya yang sedang sarapan pagi.

"Selamat pagi," sapanya seraya mendudukkan dirinya di kursinya.

"Pagi, bang." Balas Nindita yang dengan cepat menyajikan sarapan untuk anak tengahnya.

"Pagi," balas Sanjaya dan Anca serentak.

Gisan? Anak itu terlihat masih mengacuhkan Bumantara. Sepertinya beliau masih marah terhadap mas keduanya. Dan Bumantara memaklumi hal tersebut.

Setelah mengucap basmalah, Bumantara langsung menyantap sarapannya dengan hikmat. Nasi goreng buatan Nindita selalu enak, tapi kali ini rasanya sedikit berbeda. Hal itu membuat Bumantara menatap sang bunda, yang ternyata juga tengah menatapnya.

"Tadi bunda lupa sisihkan bumbu, bang. Makanya rasanya beda, maaf, yaa?" Kata Nindita yang langsung paham.

Bumantara mengangguk sambil tersenyum manis, "iya, ndaa. Tetap enak, kok!" Imbuhnya.

Nindita tertawa pelan dibuatnya. Bumantara memang se-detail itu.

"Ayah ada kerjaan di luar kota selama tiga hari, anca jaga adik-adikmu. Dan kalian berdua, nurut sama perkataan mas mu." Tutur Sanjaya saat ia selesai dengan makanannya.

Anca menegak segelas air putih sambil menatap bingung sang ayah, "berangkat kapan?" Tanyanya.

"Siang ini, nak." Jawab Nindita menyahuti.

"Bunda ikut?" Tanya si Tengah dengan nada yang tak suka.

Nindita mengangguk singkat sebagai jawaban, membuat Bumantara mencebik tak suka. Tidak ada Ayah dan Bunda di rumah adalah hal yang Bumantara benci, karena kedua saudaranya itu pasti akan seenaknya.

"Lebay!" Cetus Gisan menyindir Bumantara.

"Nggak usah nyambar!" Tukas Bumantara sengit.

ʟᴀɴɢɪᴛ ɪᴛᴜ ʙᴜᴍᴀɴᴛᴀʀᴀ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang