❝ Semua anak punya kisah kasihnya semua,❞
SMA Negeri 01
Halaman belakang sekolah yang selalu sepi dan sedikit bau karena juga merambat menjadi tempat pembakaran sampah, sudah menjadi tempat nongkrong Bumantara dan Rafiq sejak mereka menginjakkan kakinya di SMA N 01, atau lebih sering di sebut SMANKOSA.
Ada tempat yang mereka buat sendiri khusus untuk mereka gunakan duduk ataupun berleha-leha. Sebuah gazebo yang seukuran gubuk, berdiri kokoh tidak jauh dari tempat pembakaran sampah.
Gazebo tersebut dibangun atas izin kepala sekolah. Rafiq yang meminta izin langsung pada kepala sekolah, dan kepala sekolah tidak masalah asal apa yang mereka lakukan tidak merugikan sekolah.
"Hari ini mama sama baba balik dari china, lo mau mampir, nggak?" Tanya Rafiq memulai percakapan setelah mereka hening beberapa saat.
Bumantara menggeleng pelan,
"Pulsek gue harus latihan basket, belum lagi jemput gisan. Lain kali aja, keknya.." jawabnya.Rafiq mengangguk singkat,
"Pik, ada info lomba nggak yah? Gue pengen ikut, nih.." tanya Bumantara sembari memainkan ponselnya yang sebagian layarnya sedikit hitam.
"Buat apa? Lo mau beli apa? Hape? Gue bisa beliin buat lo," jawab Rafiq berujar dengan entengnya.
"Gue emang mau beli hape," kata Bumantara menggantung.
"Nanti gue beliin,"
"Nggak ah! Gila kali lo, keluarga lo pasti nggak masalah. Tapi masalahnya ada di keluarga gue."
Rafiq mendelik mendengar perkataan Bumantara, "lo tinggal bilang kalau gue yang beliin, nggak susah. Lagian kita temenan bukan sehari dua hari, Bum." Ujarnya.
Namun Bumantara tetap menggeleng tak terima, "temenan sama gue sewajarnya aja, pik. Lagian, gue masih bisa usahain apa yang gue mau. Jadi, ada info lomba, nggak?" Katanya.
Rafiq mencebik malas, setelah mengotak-atik ponsel mahalnya ia menunjukkan sebuah poster lomba pada Bumantara.
"Olimpiade sejarah, kerabatnya baba yang ngadain. Jaminan juara satu uang lima juta plus beasiswa pendidikan."
"Asik, nih! Tengkyu, "
Melihat ke-antusias an Bumantara, Rafiq reflek menghela nafas pelan. Ini bukan pertama kalinya Bumantara antusias mengikuti lomba, tapi ini adalah kesekian kalinya. Dan Rafiq hafal betul perangai sahabatnya ini. Setelah ini, Bumantara pasti akan sangat fokus dan mengutamakan lombanya. Atau lebih tepatnya, mengutamakan keinginannya yang tidak mau merepotkan orang lain.
"Kok bisa, ya.. ada cowok cengeng yang suka ikut lomba kayak lo, bum.."
Bumantara menganggap perkataan Rafiq seperti angin lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʟᴀɴɢɪᴛ ɪᴛᴜ ʙᴜᴍᴀɴᴛᴀʀᴀ
Teen FictionDalam Diksi Bahasa Indonesia, Bumantara berarti Langit. Ada banyak orang di dunia ini, yang suka bercerita pada Langit ketika mereka tidak lagi memiliki tempat untuk mengadu. Benar, atau Salah? "benar, sekali. Bagi kami, tidak ada tempat yang lebi...