BELUM TERBIASA

1K 48 0
                                    

Acara malam ini sudah selesai, anggota keluarga yang lain sudah ada yang istirahat di kamar masing- masing yang tersedia di gedung itu, untuk kamar- kamar itu memang sudah dipesan oleh keluarganya. Kini tinggal keluarga inti dan kedua pasangan pengatin baru yang belum istirahat. Setelah tadi mereka membersihkan diri, mereka mengatakan akan makan malam bersama karena memang tadi belum sempat makan hanya memakan kue, terlalu fokus dengan acara malam ini. Ellen sejak tadi gelisah ditempatnya, dia tak banyak bicara malam ini.

Saat mereka semuanya akan memasuki kamar masing- masing, Ellen langsung nyelonong memasuki kamar kakaknya. Dia juga tak sengaja menyenggol bahu kakak iparnya karena terlalu gelisah jika harus satu ruangan dengan suaminya. Dia memang bisa menerima jika dia harus menikah dengan Wira tapi untuk bisa menerima kehadiran suaminya itu Ellen belum bisa.

Mereka disana terkejut dengan aksi Ellen. Dia tergesa-gesa membuka pintu kamar kakaknya dan masuk begitu saja, sampai pintu kamar dibiarkan terbuka. Dari luar mereka melihat Ellen langsung merebahkan tubuhnya membelakangi mereka.

Mama yang melihat itu langsung masuk menghampiri anaknya. Diikuti kakak dan kakak iparnya, sedangkan diluar ada papa, Wira dan orang tua Wira yang menunggu mereka.

"Ellen, kenapa kamu masuk ke kamar kakak?, gak sopan Ellen." mama menasehati tingkah laku anak perempuannya itu.

Ellen diam tak menjawab, air matanya mengalir. Mereka disana tidak tau kalau Ellen menangis, tidak ada suara sesegukan seperti orang menangis. Mama menarik bahu Ellen tapi tidak kasar, sedangkan yang di tarik merpertahankan posisinya.

Kakak ipar Ellen kemudian memutari kasur untuk bisa melihat Ellen. Ternyata dia menangis dengan diam serta memejamkan mata. Dirinya inisiatif duduk disamping Ellen, Ellen tidak benar- benar memejamkan matanya, dia masih bisa melihat sedikit kalau kakak iparnya duduk disebelahnya. Dirinya langsung bergeser memeluk kencang kakak iparnya itu.

Irene, kakak ipar Ellen langsung sigap menahan tubuhnya karena pelukan yang tiba tiba pada pinggangnya. Posisi duduknya tidak terlalu ke pinggir tapi jika mendapat serangan seperti itu dia bisa jatuh juga.

"Kamu kenapa len, kok malah masuk kamar kakak? itu suami kamu liatin loh dari luar." jelas Irene.

Ellen menggeleng." Aku mau tidur sama kak Irene aja, gak mau tidur sama dia." jawab Ellen.

Mama mendengar itu langsung menepuk paha Ellen. "Kok gitu Ellen, itu suami kamu kasian loh. Masa baru nikah udah pisah tidurnya, kamu kan istri nya sekarang."

"Ellen gak mau mama, suruh kak Chaiden tidur sama dia, Ellen mau tidur sama kak Irene, jangan paksa Ellen." tolak Ellen dengan keras.

"Kok malah kakak yang tidur sama suami kamu, kan yang nikah kamu." ucap Chaiden.

"Gak denger." balasnya.

Mereka disana menghela napas, mungkin Ellen butuh waktu. Irene langsung meminta ijin ke suaminya agar membiarkan Ellen tidur dengannya malam ini. Chaiden menghela napas mengiyakan itu. Anaknya yang tadi dia gendong dibawa ikut keluar. Mama masih melihat kearah putrinya, lalu menoleh kearah menantunya yang memberi anggukan.

Sedangkan diluar mereka masih menunggu.

"Ellen gak mau keluar?" tanya papa setelah anak laki- lakinya keluar.

"Enggak mau pa. Emm.. mas Wira, maafin Ellen ya mas." ucap Caiden pada Wira yang tak enak.

Wira mengangguk. "Iya gak papa, mungkin dia butuh waktu." kata Wira lembut dan tersenyum memaklumi istrinya.

Papa menepuk bahu menantunya. "Maaf ya nak, Ellen mungkin belum terbiasa."

Wira hanya mengangguk dan tersenyum. Akhirnya mereka memasuki kamar masing- masing.

ELLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang