Enjoy ~.
.
.
Mereka telah sampai di depan gerbang besar mansion, dan itu lagi-lagi membuat Agus dkk berteriak heboh melihat betapa besar dan mewahnya gerbang rumah keluarga Oliv, apalagi didalam, batin mereka berteriak heboh.
"Anjir Oliv!! Rumah kamu gede banget jancok!!" Pekik heboh Agus yang membuat dua tuan muda Xavier Helton itu menatapnya tajam.
Agus yang masih memperhatikan luar jendela pun merasa tertusuk di bagian belakang kepalanya. Rasa sejuk yang menerpanya entah menghilang kemana, yang ada sekarang sudah tergantikan dengan rasa yang dingin menghunus ke kulitnya.
Mengelus belakang kepalanya dan berbalik dengan patah-patah. Setelah mengetahui kesalahannya, dia langsung terkekeh hambar.
"Sorry~" ujarnya dengan suara bergetar karena gugup dan takut.
"Kau! Jangan coba-coba mengajari atau berbicara kotor di depan adikku! Jika tidak ingin ku potong lidah menyebalkan mu itu!" Tekan Adrian dengan mata yang menghunus tajam.
Plak
Adrian menatap kearah Oliv yang sudah menampar bibir seksinya dengan tidak elitnya.
Tatapan Oliv sekarang seakan sedang marah dan ingin memakannya hidup-hidup. Tapi ini adalah versi lucunya. Mata memicing dengan dahi mengerut, bibir terbuka memperlihatkan gigi putih nan rapinya, hidung yang sengaja di kembang kempis kan. Oliv bagaikan bayi kucing yang sedang takut dan bersiaga untuk menerkam mangsanya.
"Kenapa malah malahin temen Oliv!" Marahnya.
"Ayo turun" bukannya menjawab, Adrian malah membawa Oliv keluar dari mobil dan berjalan dengan Oliv di gendongannya.
Berjalan dengan tegas dan meninggalkan teman-teman Oliv yang masih terlihat melongo di depan pintu.
"Kamu sih!" Kesal Nia pada Agus yang selalu membuat masalah.
"Ck, ya mau gimana lagi.. mulut aku nih suka ceplas-ceplos!" Bantahnya, berjalan mendahului ketiga perempuan itu untuk masuk kedalam rumah mewah milik keluarga Oliv.
Riana yang melihat itupun segera menyusul dengan Dian dan Nia yang mengikuti dengan tangan yang saling bertautan karena gugup.
"Siapa?!" Pertanyaan itu membuat mereka terdiam kaku, tak berani berbicara maupun bergerak seinci pun, bahkan pandangan mereka memusat ke lantai. Ini jauh lebih baik daripada melihat kearah wanita paruh baya yang sedang menatap mereka tajam, sungguh, keluarga Oliv begitu menyeramkan.
"Saya tanya kalian siapa!" Gertak Belinda sekali lagi, dia tidak menyukai orang asing dan mereka dengan beraninya masuk kedalam mansion tanpa seizin nya. Dan anehnya, kenapa para bodyguard dan maid tidak melarang.
"Maaf~ kami temannya Oliv Tante" jawab Riana dengan suara bergetar, dia menyesal ingin ikut ke rumah Oliv. Tidak lagi-lagi.
Damian yang menonton di sofa rasanya ingin tertawa melihat kejadian itu. Tadi, Oliv dibawa ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian.
"Mom, mereka temannya Oliv~" seru Damian pada sang mommy yang terlihat masih tidak percaya. Damian merasa kasihan terhadap mereka, terlihat seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
Belinda akhirnya mengangguk percaya "duduklah!" Berlalu dari sana meninggalkan Agus dkk yang sekarang sudah memegang dada mereka dengan menghela nafas panjang, syukurlah, batin mereka.
"Mau jadi patung?" Nada suara Damian terdengar mengejek untuk mereka, ingin marah tapi mereka tak berani, jadi mereka hanya menurut dan duduk di sofa besar nan empuk itu dengan perasaan gugup dan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Olivia Xavier Helton ||END✓
Short Story"Ugh ini dimana?" Dirinya langsung saja terduduk dan meneliti sekitar. "Ini bukan lumah Oliv" "Ini kamal bukan milik Oliv bukan lumah Oliv sama mama sama papa" "Hiks mama papa~" tangis nya, apakah kedua orang tuanya membuangnya? "Hiks jangan buang...