Kendaraan roda empat berwarna putih itu kini membelah keramaian jalanan kota London di malam hari. Mereka berniat menuju London Centre dengan Matthew yang duduk di kursi kemudi dan David di kursi samping kemudi.
Sellina dan Kylie yang duduk di jok belakang berusaha menahan tawa melihat Matthew yang nampak murung sepanjang jalan. Ya, laki-laki itu tidak berhenti mengomel setelah Sellina mengajak David pergi bersama, yang tentu saja akan pria tua itu terima dengan senang hati.
"Kau tidak tahu bahwa anak-anak muda ini akan bersenang-senang?" lagi-lagi pria itu melempar protes secara terang-terangan.
Tangan David melayang memukul kepala Matthew. "Kau pikir hanya anak muda yang bisa bersenang-senang, huh? Lagipula aku merasa kembali muda saat ini!"
Matthew berdecak. "Carilah pasangan agar kau tidak kesepian seperti ini, kau terlihat seperti pria menyedihkan yang tidak pernah pergi berkencan." ujar Matthew pedas yang justru membuat David terkekeh.
"Hei, jagalah sedikit bicaramu, Matt!" suara Kylie menginterupsi terlebih dahulu ketika bibir Sellina terbuka -hendak melakukan hal yang sama, menegur Matthew.
"Tidak apa-apa. Anak nakal ini benar. Seharusnya aku tidak mengambil keputusan ini." ujar David dengan pandangan seperti menerawang jauh, lantas mengalihkan wajahnya ke luar jendela.
"Sepertinya kau mengalami masa yang sangat berat, Sir." Sellina berucap lirih, ia dapat merasakan makna yang begitu dalam dari ucapan pria berumur itu.
Helaan napas David terdengar. "Ya, itu saat terberat dalam hidupku."
"Kau bisa membaginya dengan kami jika kau mau." timpal Kylie.
Hening sempat menguasai selama beberapa menit hingga David kembali angkat suara. "Aku pernah jatuh cinta pada seseorang. Mencintainya terlalu dalam." ujarnya dengan pandangan lurus ke depan, menatap jalanan yang sedang ramai dengan tatapan kosong.
"Dia kekasihku, kami saling mencintai dalam waktu yang lama. Tapi tanpa sadar, sebuah tragedi terjadi, tragedi yang ternyata selama itu sangat dekat dengan kami." David menjeda, rasa sesak yang sama kembali merasuk masuk ke relung hatinya. Sellina dan Kylie yang menyadarinya beringsut mendekat, mengelus bahu lebar pria itu, berusaha menenangkannya.
"Jangan memaksakan dirimu." ujar Sellina khawatir.
David tersenyum kecil mengetahui tindakan mereka, kemudian menepuk tangan mereka yang berada di bahunya, berusaha menunjukkan dirinya baik-baik saja.
"Sahabatnya datang dan mengatakan jika dia mengandung anakku."
Terkejut, mereka kompak menatap David yang tengah tersenyum miris.
"Ya, aku brengsek. Aku pernah tidur dengan sahabatnya saat mabuk. Lalu kekasihku, memilih meninggalkanku. Aku sudah mengatakan padanya berulang kali jika aku bisa mengatasinya tanpa harus berpisah dengannya. Tapi dia tetap meninggalkanku. Dia bilang, aku harus bertanggungjawab pada anak itu." David menjeda, mengambil napas dalam.
"Tapi ternyata semua yang terjadi saat itu adalah settingan. Settingan yang disusun sangat rapi. Anak di kandungannya memang anakku, tapi saat aku mabuk, dia memasukkan obat pada minumanku hingga kami tidur bersama saat itu. Karena semabuk apapun, aku tidak mungkin tidur dengan sahabat kekasihku sendiri."
"Kau tidak mencoba memberikan buktinya?" giliran Matthew bertanya.
David tersenyum miris kembali. "Aku akan membuktikannya padanya, tapi aku terlambat. Kekasihku sudah meninggalkan London, meninggalkan Inggris. Sampai sekarang, aku tidak tahu keberadaannya."
David sedikit terjingkat kala tubuhnya ditubruk Kylie dan Sellina. Walaupun kegiatan berpelukan mereka terhalang oleh jok mobil, David merasa hangat, sangat menyayangi mereka layaknya anak-anaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet In London
RomanceLondon. Kota yang menjadi saksi bisu kisah mereka. Pahit manis yang dialaminya, yang entah di kemudian hari akan menjadi kenangan manis atau malah trauma baginya. ••••••••••••••••••••••••••••••• Sellina Cassia Arabella, gadis sederhana yang penuh te...