Setelah membayar pesanan, Ken menyusul Sellina yang telah menunggunya di meja depan kedai es krim. Gadis itu yang memilih tempat duduk di luar, sembari menghirup udara segar katanya.
"Kau suka mint?"
Sellina mengalihkan pandangannya pada pria itu yang kini mengambil tempat duduk di hadapannya. "Eum ya, ini lumayan. Aku suka cokelat, hanya saja aku ingin mencobanya dengan paduan mint dan rasanya tidak buruk." ujarnya kemudian kembali melahap es krim mint chocolate-nya.
Tak ada balasan dari Ken membuat Sellina melirik ke arahnya. Mendadak, ia sedikit gelagapan melihat pria itu yang malah menatapnya dengan senyuman tampan di wajahnya. "Apa kau juga menyukai es krim?" tanyanya mengalihkan kegugupannya.
"Ya, setidaknya aku tidak membencinya."
Jawaban anehnya membuat Sellina mengerutkan kening dengan tatapan mengintimidasi. "Apa maksudnya itu?"
Ken terkekeh melihat mimik wajah gadis itu. "Aku sangat jarang mengonsumsi makanan penutup seperti ini, bahkan sepertinya aku lupa kapan terakhir kali aku memakannya."
Mulut Sellina membulat dan kembali melanjutkan suapannya. Ia tak terlalu kaget karena kebanyakan laki-laki yang dikenalnya disini memang tidak menyukai es krim, Matthew contohnya.
"Apa ini kedai es krim favoritmu?"
Sellina kembali meletakkan sendoknya. "Sebelumnya tidak, tapi sepertinya mulai sekarang ini akan menjadi tempat favoritku. Saat itu adalah pertama kali aku datang kesini. Aku hanya akan berjalan ke kafe dan tidak sengaja melihat tempat ini, jadi aku memutuskan untuk mencobanya. Dan voila! Ternyata mereka membuat es krim seenak ini."
Ken tertawa kecil melihatnya membuat Sellina menggaruk tengkuknya yang tak gatal, merasa tidak enak. "Apa aku terlalu banyak berbicara?"
Ken menggeleng, lagi-lagi dengan senyum tampannya. "Aku menyukainya."
Sellina terdiam, sedikit tersenyum malu. Mereka belum lama kenal, tapi entah kenapa pria di depannya ini sangat pandai membuat suasana menjadi lebih hidup.
"Aku bertanya-tanya sebanyak apa kau akan memakannya di musim panas."
Sellina hanya membalas dengan tawa ringannya. "Ah aku penasaran, apa kau benar-benar pelajar disana?" tanyanya ingin memuaskan rasa penasaran yang menghantuinya sejak pertemuannya dengan Ken di kampus.
Ken menipiskan bibirnya lantas mengangguk. "Ya. Dan sepertinya kita dalam lingkup fakultas yang sama."
Mata Sellina melebar terkejut. "Oh really? Jadi apa mungkin kita bisa satu kelas?" tanyanya antusias.
Ken menggeleng. "Tidak, itu akan sulit."
Mata Sellina memancarkan kebingungan dan penuh tanda tanya. "Kenapa?"
Dengan senyum menawannya, Ken menjawab. "Well, complicated things."
Raut Sellina berubah murung, padahal ia sempat senang mengetahui fakta bahwa mereka satu fakultas. Bukan mengapa, ia senang mendapat teman baru yang cukup cocok dengannya dan lagi, Ken adalah orang yang ramah.
"Setelah ini kau akan kembali ke kampus?"
"Tidak, aku harus ke restoran."
"Kau bekerja? Dimana?"
Sellina mengangguk. "Restoran Italia, 200 meter dari sini."
"Baguslah, kita bisa pergi bersama."
Sellina menyipitkan matanya. "Aku tidak yakin kita punya tempat tujuan yang sama persis secara kebetulan. Sepertinya kau punya banyak waktu luang." sindirnya yang mengandung candaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet In London
RomanceLondon. Kota yang menjadi saksi bisu kisah mereka. Pahit manis yang dialaminya, yang entah di kemudian hari akan menjadi kenangan manis atau malah trauma baginya. ••••••••••••••••••••••••••••••• Sellina Cassia Arabella, gadis sederhana yang penuh te...