"Sel, nanti malem kamu kosong nggak?"
Sellina menatap roommate-nya yang juga berasal dari Indonesia, mereka berbeda program studi bahkan berbeda universitas sewaktu di Indonesia. Mereka baru saling mengenal setelah pengumuman awardee beasiswa yang membawa mereka ke sini. Meski begitu mereka bisa cepat akrab dan selalu berbagi cerita tentang hari-hari mereka.
Sellina nampak berpikir beberapa saat. "Matt sama Kylie ngajak aku keluar sepulang kerja nanti."
Hari ini adalah hari menuju weekend sehingga ia tidak memiliki jadwal kelas dan hanya akan menghabiskan waktunya bekerja hingga petang nanti. Lalu kemarin, kedua teman sekaligus rekan kerjanya itu tiba-tiba mengajaknya bersenang-senang yang entah kemana, ia hanya ikut saja.
Mendengarnya bahu Anna merosot, nampak tidak bersemangat. "Yah.. tadinya mau aku ajak ketemu Jane." ujarnya lemah.
Sellina meringis melihat Anna yang nampak lesu. "Jane? Astaga aku juga mau ketemu dia, tapi aku udah janji sama Matthew dan Kylie." Fyi, Jane adalah salah satu teman dekat Anna selain Sellina di London. Jane dan Anna juga berada di kelas yang sama. Anna sering menceritakan tentang Jane pada Sellina, dan sebaliknya ia juga sering menceritakan Sellina pada Jane.
Anna mengangguk lemah. "Gapapa deh, lain kali aja aku ajak kamu."
Sellina mengangguk. "Boleh banget!" serunya bersemangat. "Yaudah, aku berangkat dulu ya, Na!" ucapnya setelah melihat jam tangannya. "Ah dan sampaikan juga salamku pada Jane!"
Sellina bergegas keluar dari asrama kampus yang sudah ia diami bersama Anna selama kurang lebih empat bulan itu. Asrama dengan desain khas Eropa itu selalu membuatnya kagum. Detail bangunan yang dibuat benar-benar luar biasa, rasanya seperti ia mengalami isekai.
Sellina berjalan tidak terlalu cepat karena jam buka restoran masih satu jam lagi, sedangkan perjalanannya dari asrama menuju restoran membutuhkan waktu dua puluh menit dengan berjalan kaki. Kejadian beberapa hari lalu telah membuatnya lebih berhati-hati.
Sellina berjalan santai, menikmati musim gugur dengan hembusan angin yang menerpa wajahnya. Matanya menangkap kedai es krim yang biasanya selalu ramai -tapi karena masih terlalu pagi- kali ini kedai itu tidak terlalu ramai. Setelah menimang sejenak ia memilih membawa langkahnya ke tempat itu. Memakan es krim di pagi hari dengan suhu mencapai 10 derajat celcius menurutnya hal menantang untuk ia coba di kota ini. Di Indonesia dulu, ia selalu makan es krim baik saat musim panas ataupun musim hujan. Yah, es krim memang favoritnya.
Setelah mendapat es krim pesanannya, ia kembali melanjutkan perjalanannya sambil sesekali menyeruput es krimnya. Ia membutuhkan sekitar sepuluh menit lagi untuk sampai. Namun di pertengahan jalan, matanya menyipit melihat sesuatu yang aneh beberapa meter di depannya. Lantas matanya melebar melihat kejadian itu. Langkahnya semakin cepat, hanya sepuluh meter dan ia tidak boleh terlambat sedikitpun.
Grep!
Sret!
Dugh!
"Argh!!"
Sellina berhasil mengambil alih benda yang hampir pria itu bawa. "Kelakuanmu ini bisa merugikan seseorang."
"Argh!" pria itu memekik lebih keras kala Sellina memperkuat cengkramannya. "Baiklah, maafkan aku, aku tidak akan melakukannya lagi!"
Bruk!
Sellina menghempas tubuh itu cukup keras kala mendapati beberapa petugas berseragam yang berpatroli di sekitar jalan ini telah menghampiri mereka. Ia membiarkan pria itu diseret para petugas -setelah menjelaskan apa yang terjadi- untuk ditindaklanjuti sesuai hukum yang berlaku di negara ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet In London
RomanceLondon. Kota yang menjadi saksi bisu kisah mereka. Pahit manis yang dialaminya, yang entah di kemudian hari akan menjadi kenangan manis atau malah trauma baginya. ••••••••••••••••••••••••••••••• Sellina Cassia Arabella, gadis sederhana yang penuh te...