Dengan napas terengah, pria itu menghentikan aksinya, menatap puas pada pria yang saat ini sudah terkapar tak sadarkan diri. Namun alisnya menyatu kala merasakan nyeri di punggungnya. Benar, ada yang memukulnya dengan sesuatu yang keras. Ia membalikkan tubuhnya dan tatapan keduanya bertemu.
"Aku baru tahu ternyata London sesempit itu?"
"Bukankah kau yang sengaja datang kesini agar dapat menemuiku lagi disini?"
Sellina memberikan tatapan bingung sekaligus kesal. "Siapa yang ingin bertemu siapa?"
"Kau. Ingin bertemu denganku. Lagi." ulangnya dengan penekanan.
"Apa—"
"Ah apa kau ingin menyuruhku berlari ke pelukanmu lagi?"
Sellina melebarkan matanya, kurang ajar sekali mulut pria itu.
"Kalau itu masih berlaku, aku akan mempertimbangkannya." ujarnya dengan santai sebelum beranjak pergi.
"Tunggu, apa maksudmu!?"
"Tenang saja, kita akan bertemu lagi nanti, Selline." ujarnya dengan jarak yang sudah cukup jauh dari Sellina. Pria itu meninggalkannya dengan tanda tanya besar di kepalanya saat ini.
****
Brak!
"Astaga! Kau membuat orang tua ini terkejut!"
David mengelus dadanya melihat Sellina yang nampak terburu-buru memasuki ruangan. Sellina meminta maaf dan memberikan senyum tak berdosanya.
"Maafkan aku, kau tahu ada dimana Kylie dan Matt?" tanyanya.
"Mereka sedang makan siang."
Mendengarnya, Sellina buru-buru menuju tempat istirahat yang biasa menjadi tempat mereka makan bersama.
"Kalian harus menjelaskan semuanya padaku."
Kylie dan Matthew sama-sama melempar tatapan bingungnya.
"Apa yang terjadi padaku saat aku mabuk di klub malam itu?"
Matthew mengangkat bahu. "Kita tidak tahu bagaimana persisnya. Saat kita kembali, kau sudah tidak ada disana." jelasnya. Sellina terlihat mendengarkan dengan bersungguh-sungguh.
Kylie mengangguk membenarkan. "Kita sangat khawatir karena tidak menemukanmu. Sampai akhirnya, kita melihatmu duduk bersama seorang pria."
Sellina menyatukan alisnya, semakin memfokuskan pendengarannya. "Lalu apa yang terjadi?"
"Tidak tahu." kompak mereka, membuat Sellina menatap tak percaya pada keduanya.
"Kita menemukanmu sudah tak sadarkan diri di samping pria itu, bersyukurlah karena pria itu tidak membuatmu berakhir di tempat tidur." ujar Matthew.
"Tidak!" sela Kylie, sembari menggebrak meja. "Seharusnya kau menggodanya, dia sangat sangat tampan dan terlihat kaya, kau harus menyesalinya karena telah melewatkan kesempatan itu!"
Matthew berdecak. Sementara Sellina terkesiap. "Apa pria itu memiliki mata zamrud?"
Kylie terlihat berpikir sejenak, mencari ingatannya kembali lantas kedua tangannya saling menepuk. "Kau benar! Matanya itu sangat indah."
Sellina memejamkan matanya. Rasanya begitu malu mengingat ucapan-ucapan yang ia lontarkan saat itu. Sebenarnya ia mengingat apa yang terjadi pada malam itu, hanya saja awalnya ia tak tahu wajah dari pria yang ia ajak bicara saat mabuk karena matanya benar-benar buram saat itu. Dan lagi, ia tak menyangka akan bertemu pria yang sama.
"Dia bahkan mengetahui namaku. Aku harus menghindarinya." gumamnya sangat pelan.
Kylie dan Matthew memicingkan matanya, menatap curiga pada Sellina. "Kau mengenal pria itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet In London
RomanceLondon. Kota yang menjadi saksi bisu kisah mereka. Pahit manis yang dialaminya, yang entah di kemudian hari akan menjadi kenangan manis atau malah trauma baginya. ••••••••••••••••••••••••••••••• Sellina Cassia Arabella, gadis sederhana yang penuh te...