Bab 7

13 1 0
                                    

"Kau!?"

Wajah itu nampak tenang dengan raut datarnya, sedangkan Sellina masih cukup terkejut.

"Rapikan dengan benar, kau membuang terlalu banyak waktu."

Mulut Sellina terbuka mendengar ucapan laki-laki itu. Ia mengalihkan pandangannya pada makanan yang telah ia susun dengan 'sangat rapi' di atas meja. Sebenarnya jenis 'rapi' seperti apa yang pria itu maksud!?

"Kau tidak lihat—"

"Tuan, para kolega akan memasuki ruangan 10 menit lagi."

Ucapan Sellina terputus saat suara pria tampan yang ia temui di ruangan sebelah tadi menginterupsi.

Pria bermanik biru kehijauan itu mengangguk. "Suruh gadis itu melakukan pekerjaannya dengan benar." ujarnya sebelum beranjak dari posisi semula.

Sellina masih menatap punggung yang kian menjauh itu dengan perasaan geram yang tertahan. Tenang, masih ada pria tampan itu di depannya saat ini.

"Maaf, sepertinya tuan direktur cukup lelah. Anda bisa kembali melanjutkan pekerjaan anda."

Sellina memaksakan seulas senyum. Suasana hatinya kembali memburuk. Ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya dan pergi dari tempat ini secepat mungkin.

Setelah melakukan tugasnya, Sellina bergegas menuju toilet karena panggilan alam itu datang secara tiba-tiba, sembari ia menunggu Kylie yang sedang menuju ke lantai teratas gedung pencakar langit ini.

"Permisi, apa anda bisa menunjukkan letak toilet wanita disini?" tanyanya gusar yang sudah cukup mengelilingi gedung yang membuat kepalanya pusing karena tak kunjung menemukan toilet.

Pria itu sempat memperhatikannya beberapa saat sebelum membuka suara. "Pergi ikuti lorong ini, lalu pergilah ke arah kiri. Kau perlu masuk ke pintu berwarna abu-abu dan kau bisa menemukan toiletnya di dalam."

Sellina mengangguk mengerti. Setelah mengucap terima kasih, ia berlari kecil mengikuti petunjuk dari pria itu.

Sellina bernapas lega setelah menyelesaikan panggilan alamnya. Ia bergegas kembali ke meeting room yang ia yakini Kylie sudah datang dan melakukan pekerjaannya.

"Orang-orang disini cukup baik, tapi bagaimana mereka bisa bertahan dengan direkturnya yang super arogan itu!?" Sellina bergumam di sela perjalanannya, ia menghela napas panjang. "Sepertinya aku tidak akan tahan jika harus berhadapan dengan pria itu walau sedetik pun. Terima kasih Tuhan, karena tidak membuatku berhubungan dengan orang sepertinya."

Pfftt

****

Suara langkah kaki sosok penuh wibawa itu terdengar memenuhi lorong yang sepi. Tubuh tegap dan tatapan mata yang terlihat penuh percaya diri itu nampak begitu menawan. Pandangannya lurus ke depan, sorot matanya menatap tajam ke satu arah.

Begitu memasuki ruangan, matanya terkunci pada satu titik. Beberapa orang yang tadinya ada di dalam menunduk hormat lantas meninggalkan ruangan sesuai arahan asisten pria itu.

"Apa lagi yang kau lakukan padanya!?" sentaknya marah. Rahangnya mengeras, tatapannya kian menajam, menatap murka pada pria paruh baya yang nampak mirip dengan dirinya.

James Williams, pria paruh baya itu tersenyum seolah tak terjadi apa-apa. "Apa maksudmu, putraku? Duduklah, mari minum teh ini bersama dan berbicara dengan benar."

Tangan pria itu mengepal, sangat siap melayangkan tinjunya. "Aku tidak mengulang pertanyaanku." ucapnya penuh penekanan.

Senyum lebar yang tadinya menghiasi wajah pria paruh baya itu perlahan meluntur, digantikan dengan senyum miringnya yang benar-benar terlihat jauh berbeda.

Bittersweet In LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang