bab 9

265 32 2
                                    

Panas matahari sangat terik siang ini, membuat rata-rata semua murid mengeluarkan keringat.Saat ini Muthe dan teman-temannya sedang belajar IPA. Sungguh melelahkan, udah panas, Pelajaran IPA lagi.

"Paham semua? " Tanya guru yang sedang mengajar itu.

"paham pak! " Ucap seluruh siswa di kelas ini, entah pura-pura paham atau emang paham.

"Baik, saya kasih tugas. Hal 136,kerjakan PG nya semua" ucap guru itu, mereka membuka halaman yang di maksud dan melotot kaget karna soalnya yang amat banyak itu.

"Mana mampu pak" Celetuk salah satu murid di situ sambil lesu, teman-temannya semua mengangguk-angguk setuju mendengar itu.

"ini mah brainly juga kuwalahan" Balas seorang murid lagi. Bagaimana tidak? soal nya sekitaran 50 soal, ditambah rata-rata berisi tentang fisika. Bisa-bisa meledak tu otak.

"kerjain aja, ga usah banyak ngeluh." balas Guru itu cuek, Murid-murid di sana hanya bisa mendengus kesal dan mulai mengerjakannya.

"otak gurunya di dengkul atau apasih, sisa 10 menit di kasih kayak gini" dengus Chika sambil membuka bukunya.

"kayak nya sih, emang di dengkul ya" balas Muthe.

"psst.. " bisik seseorang yang sepertinya berasal dari belakang, Muthe dan Chika dengan reflek menoleh ke arah asal suara.

"kenapa Bryan?" ucap Chika. Oh, hanya teman sekelasnya saja.

"gue ada kunci jawaban nya nih, mau kaga? bagi ke temen-temen lu juga" Ucap Bryan sambil mengulurkan buku nya, Chika dan Muthe terlihat bingung. Pasalnya, mereka bahkan kurang dekat dengan orang ini.

"hah?, kita aja ga deket. Baik bener lu mau bagi ini ke kita? " Balas Chika.

"tadi gue nguping sedikit. jadi, gue kasih ini ke lo pada, hubungan deket ga deket gua ga masalah. but, gua harap bisa jadi temen kalian sih.." balas Bryan pelan,

Chika dan Muthe saling tatap, dari tatapan nya menggambarkan mereka yang sedang bingung, entah karna apa.  "Bukan nya lu lumayan terkenal? kenapa masih mau berteman sama kami? " ucap Muthe. Bryan menggeleng pelan dan menghembuskan nafas nya perlahan.

"Mereka semua fake. Keluarga gue bangkrut, dan sifat asli mereka keluar semua. Even, gua baik sama mereka loh dari dulu? " Ucap Bryan, Chika dan Muthe kaget mendengar itu, ia tak menyangka teman kelas nya seburuk itu?.

"gue kaga masalah sih lu join kami, tapi.. apa kaga di kira boti lu? " Balas Chika pelan, Bryan menggeleng cepat.

"Mendingan gue di bilang boti dari pada pendiem kayak batu gini!" Balas Bryan semangat. "And, lo beneran bolehin gue join?? "

Chika melirik Muthe sebentar, Muthe yang sadar mengangguk lalu Chika kembali menatap Bryan. "Yeah, Why not? " Ucap Chika.

Bryan tersenyum senang. ya Tuhan, senyuman nya sangat manis. Degup hati Chika berdetak lebih cepat melihat senyuman itu, tanpa sadar ia mengembangkan senyuman nya sedikit.  "kenapa Chik? " bisik Muthe pelan sambil menyalin jawaban yang di beri tadi.

"E-engga" balas Chika cepat dan mulai menyalin jawaban nya juga.

Tak berapa lama akhirnya mereka selesai juga, mereka memanggil teman-temannya untuk menyalin juga. Tentu saja teman-temannya tidak menolak, memang curang tapi, anggap saja rejeki anak soleh.

"btw, dapat dari mana lu? " Ucap Ashel sambil merapikan buku nya. kebetulan, ia sudah selesai.

"Bryan" balas Chika, Ashel mengerutkan alis nya pelan. "bukan nya lu kaga deket ya sama dia? " balas Ashel. Chika menggeleng pelan.

Luka Yang Tercipta (ChrisMuth) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang