Hari ini, aku masuk shift pagi seperti kemarin, tetapi perasaanku benar-benar kacau. Semalaman aku gelisah, tak bisa tidur nyenyak. Rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu yang beterbangan di perutku, tapi bukan karena bahagia, melainkan cemas dan bingung. Kejadian kemarin di gudang bersama Pak Rendi terus terulang dalam kepalaku, seperti film yang diputar tanpa henti. Aku mencoba melupakan, tapi justru semakin aku berusaha, semakin jelas semua detail itu.
Saat aku berdiri di depan kaca kamar mandi, mencuci wajahku, bayangan Pak Rendi muncul di cermin. Senyum nakalnya, matanya yang sedikit sinis, seolah mengejekku yang terjebak dalam kekacauan perasaan. "Ada apa denganku?" gumamku pelan, memandangi diriku sendiri di cermin, bertanya-tanya apakah aku benar-benar memahami apa yang kurasakan.
Saat akhirnya tiba di minimarket, aku merasa ada beban berat yang menggantung di bahuku. Tiap langkah menuju pintu masuk terasa lebih lambat dari biasanya, seolah kakiku menolak untuk bergerak maju. Bayang-bayang Pak Rendi masih menguasai pikiranku. Aku menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Nizam! Kamu harus fokus!' bisikku pada diri sendiri.
Tapi itu mudah diucapkan, sulit dilakukan. Setiap kali aku memegang barang di toko, aku kembali teringat akan dia. Seperti pagi ini, ketika aku sedang menyusun botol minuman di rak, tanganku bergetar tanpa sadar, dan botol itu hampir jatuh ke lantai. "Fokus, Zam! Jangan kayak anak remaja yang lagi kasmaran!" teriak batinku, tapi pikiran itu tak berhenti. Seolah otakku telah dikuasai sepenuhnya oleh bayang-bayang pria itu.
Setiap memegang botol, aku ingat kejadian kemarin saat memegang punya Pak Rendi, setiap barang yang kusentuh, terasa seperti menyimpan jejak ingatan tentang Pak Rendi. Aku tersentak ketika menyadari bahwa aku sudah menaruh sabun mandi di rak minuman ringan. Mata Bu Tina, kepala toko, melirikku tajam dari meja kasir, dan aku tahu dia akan datang menegur.
"Enjam, kamu kenapa sih? Kok dari tadi salah terus?" tegurnya dengan nada curiga, seperti seorang ibu yang tahu anaknya sedang menyimpan rahasia.
Bu Tina memanggilku dengan sebutan yang baru, yang biasanya memanggilku dengan sebutan biasa, Nizam, tapi sejak 2 minggu yang lalu, dia tiba-tiba memanggilku dengan sebutan Enjam, seolah memberi panggilan kesayangan.
"Oh, maaf Bu... kurang tidur kayaknya," jawabku dengan senyum paksa. Padahal bukan kurang tidur yang jadi masalah, tapi hatiku yang berantakan. Hatiku yang masih terus bertanya-tanya, "Apa yang sebenarnya terjadi kemarin?"
Pikiranku berlari, mengembara ke kejadian kemarin di gudang. Apa itu hanya candaan Pak Rendi? Ataukah ada sesuatu di balik sikapnya yang seolah memberiku kesempatan itu? Mungkin saja aku hanya salah mengartikan semuanya, tapi... rasanya terlalu nyata. Sentuhan itu, tatapan itu... tidak mungkin sekadar lelucon, kan?
Tak terasa, waktu menunjukkan pukul satu siang. Saatnya Vera yang masuk shift siang, datang ke toko. Hatiku tak bisa tenang. Ada perasaan aneh yang menggelayuti pikiranku. Dan benar saja, ketika aku melihat keluar, aku melihat Vera datang—dengan seseorang di depannya. Dia... dibonceng oleh Pak Rendi!
Jantungku berhenti berdetak sejenak. Seperti ada sebuah pisau tak terlihat yang menusuk langsung ke dadaku. Dunia terasa berputar lebih lambat, dan semua orang di minimarket seolah-olah menghilang dari pandanganku. Yang tersisa hanya mereka berdua—Vera dan Pak Rendi.
"Kenapa mereka bersama?" tanyaku dalam hati. Otakku dipenuhi dengan ribuan spekulasi yang membuat perasaanku semakin hancur. Apakah mereka... jadian? Kenapa Pak Rendi tidak pernah bilang apa-apa padaku? Bukankah kemarin dia menunjukkan perhatian padaku? Apa semua itu hanya kebetulan?
Saat itu juga, Bu Tina yang berdiri di dekat pintu langsung menyapa mereka dengan tawa riangnya. "Wah, wah, Vera sama Pak Rendi nih ya? Cie cie... udah bareng terus sekarang?" godanya dengan nada bercanda, namun penuh makna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diskon Cinta Di Minimarket
RomanceWarning❗❗❗❗ Gay LGBTQ+ 18+ 21+++ 🔞🔞🔞 Mengandung adegan dewasa tanpa filter Harap bijak dalam memilih bacaan --------------------------------------------- Nizam telah lama menyimpan perasaan mendalam untuk Rendi, seorang rekan kerja yang telah men...