Chapter 7: Percikan dalam Kegelapan

35 4 0
                                    

Selamat membaca!!

-----
Pagi hari setelah pertemuan terakhir mereka, Chika Tamara terbangun dengan perasaan gelisah. Mimpi-mimpi yang menghantuinya semalam penuh dengan bayangan-bayangan yang samar, namun kuat. Ada sesuatu yang terasa mendesak dalam mimpi itu-seperti peringatan atau firasat tentang sesuatu yang akan datang.

Dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa Angelina sedang berada di tengah badai yang lebih besar daripada yang pernah dibayangkan. Meskipun mereka telah berbicara tentang banyak hal, Chika tahu bahwa masih ada banyak yang belum terungkap-sebuah rahasia gelap yang bersembunyi di balik tatapan Angelina yang sendu.

Chika memutuskan untuk keluar dan menghirup udara segar. Dia berjalan-jalan di sekitar lingkungannya, berusaha menenangkan pikirannya. Namun, perasaan cemas itu tetap ada, seolah menghantui setiap langkahnya. Di tengah-tengah perjalanan, teleponnya berdering. Nama Angelina muncul di layar, dan Chika segera menjawab.

"Angelina?" Chika menyapa, suaranya dipenuhi kekhawatiran.

"Hai, Chika," suara Angelina terdengar lemah di seberang sana. "Bisakah kita bertemu hari ini? Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu."

Chika merasakan dorongan kuat untuk segera menemui Angelina. "Tentu, di mana kita bisa bertemu?"

"Kau ingat rumah tua di jalan belakang, dekat taman kecil itu? Aku menunggumu di sana. Ini penting," jawab Angelina, suaranya terdengar lebih tegang daripada biasanya.

Chika setuju dan segera menuju lokasi yang disebutkan Angelina. Ketika dia tiba di sana, suasana rumah itu langsung membuatnya merasa tidak nyaman. Bangunan tua dengan dinding yang sudah mengelupas dan jendela yang tertutup rapat oleh debu dan jaring laba-laba. Namun, meski rumah itu tampak usang dan terlupakan, ada sesuatu yang menariknya masuk-mungkin rasa ingin tahu, atau mungkin kekhawatiran akan apa yang akan ia temukan di dalam.

Chika mengetuk pintu dengan hati-hati, dan tidak lama kemudian, pintu itu terbuka dengan berderit. Angelina berdiri di ambang pintu, ekspresinya sulit dibaca, tetapi ada bayangan ketakutan yang jelas terlihat di matanya.

"Masuklah," kata Angelina singkat, membiarkan Chika melangkah ke dalam rumah yang gelap dan berdebu.

Di dalam, ruangan itu penuh dengan benda-benda tua yang tampak seperti peninggalan masa lalu yang menyakitkan. Ada foto-foto yang tergantung di dinding, sebagian besar sudah pudar oleh waktu. Angelina memimpin Chika ke sebuah ruang kecil di bagian belakang rumah, tempat sebuah meja kayu tua berdiri dengan sebuah kotak di atasnya.

Angelina menatap kotak itu dengan ekspresi serius. "Di sinilah semuanya dimulai, Chika. Ini adalah tempat di mana aku menyimpan masa laluku-bagian dari diriku yang selalu aku sembunyikan dari dunia luar."

Chika menelan ludah, merasakan ketegangan di udara. "Angelina, apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang ingin kau tunjukkan padaku?"

Angelina membuka kotak itu dengan hati-hati. Di dalamnya terdapat beberapa benda yang terlihat seperti surat-surat dan foto-foto lama. Angelina mengambil salah satu foto dan menunjukkannya kepada Chika. Foto itu memperlihatkan seorang gadis muda yang tampak bahagia, dengan senyum cerah yang kontras dengan kesuraman di sekeliling mereka sekarang.

"Ini aku, bertahun-tahun yang lalu," kata Angelina dengan suara gemetar. "Sebelum semua hal buruk terjadi."

Chika menatap foto itu dengan perasaan campur aduk. "Apa yang terjadi, Angelina? Apa yang membuatmu menjadi seperti ini?"

Angelina menutup matanya sejenak, seolah mencoba menahan air mata. "Kehilangan, kesepian, dan rasa bersalah... semua itu mengubahku. Ada sesuatu yang terjadi pada keluargaku-sesuatu yang tidak pernah bisa aku lupakan atau maafkan."

Chika mendekat, merasakan bahwa Angelina akhirnya siap untuk membuka diri. "Aku di sini, Angelina. Ceritakan padaku. Aku ingin membantumu, apa pun itu."

Angelina menghela napas panjang sebelum mulai bercerita. "Beberapa tahun lalu, aku kehilangan orang yang paling aku cintai dalam hidupku-adik perempuanku. Dia meninggal dalam kecelakaan yang aku rasakan sebagai kesalahanku. Sejak itu, aku tidak pernah bisa melepaskan rasa bersalah itu. Aku mencoba menutupinya, berpura-pura kuat, tapi rasa sakit itu selalu ada, menggerogoti dari dalam."

Chika merasakan tenggorokannya tercekat. "Angelina, aku... aku tidak tahu harus berkata apa. Aku sangat menyesal kau harus melalui semua ini sendirian."

Angelina menatap Chika dengan mata berkaca-kaca. "Aku tidak ingin ada yang tahu, Chika. Aku tidak ingin terlihat lemah, tetapi semakin aku menyimpan ini sendirian, semakin aku merasa terpuruk."

Chika mengulurkan tangannya dan memegang tangan Angelina dengan lembut. "Kau tidak sendirian lagi, Angelina. Kau punya aku. Kita akan melewati ini bersama."

Angelina merasa ada kelegaan yang aneh ketika mendengar kata-kata Chika. Meskipun luka di hatinya belum sembuh, ada rasa damai yang perlahan menyusup ke dalam dirinya-rasa damai yang berasal dari kepercayaan dan hubungan yang semakin erat antara mereka berdua.

Mereka duduk dalam diam selama beberapa saat, hanya mendengarkan suara hujan yang kini mulai terdengar lebih deras di luar. Di tengah keheningan itu, Chika tahu bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang baru-sebuah langkah pertama menuju penyembuhan, dan mungkin, sebuah cinta yang mulai tumbuh di antara mereka.

-----

Bayangan di Kota Kembang (ch²)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang