Chapter 5: Jejak Kegelapan

55 7 0
                                    

Selamat membaca!

*****
Malam berikutnya, suasana di kafe "Bintang Senja" terasa berbeda. Chika Tamara merasakan sebuah ketegangan yang aneh, seolah ada sesuatu yang tidak biasa akan terjadi. Setelah bekerja seharian, ia merasa lelah namun bersemangat untuk bertemu Angelina dan melanjutkan percakapan mereka.

Ketika Chika memasuki kafe, ia segera menyadari bahwa Angelina belum tiba. Dengan rasa ingin tahu yang terus mengganggu pikirannya, Chika memesan teh hijau dan duduk di meja dekat jendela, berharap Angelina akan datang seperti biasanya.

Sementara itu, Angelina berada di sisi lain kota, di sebuah area yang jauh lebih suram dan terpencil. Ia berada di sebuah rumah tua yang tampak sudah lama tidak dihuni. Dengan langkah hati-hati, Angelina membuka pintu belakang yang berderit dan masuk ke dalam.

Di dalam rumah itu, Angelina mengambil sebuah kotak kayu dari lemari tua. Kotak tersebut berisi foto-foto lama dan surat-surat yang sudah usang. Ia membuka salah satu surat dan membacanya dengan penuh perhatian. Isinya adalah pesan-pesan dari masa lalu yang penuh dengan rasa sakit dan penyesalan.

Angelina menyimpan kotak itu kembali dan menatap sekeliling ruangan. Ada sesuatu di tempat itu yang mengingatkannya pada masa lalu yang gelap—masa lalu yang selalu ingin ia tinggalkan. Namun, terkadang, kenangan-kenangan itu kembali menghantuinya, membawa kembali perasaan yang sulit untuk dilupakan.

Setelah beberapa waktu, Angelina meninggalkan rumah tua itu dan kembali menuju kafe "Bintang Senja". Ia merasa berat hati dan penuh dengan perasaan campur aduk. Ketika ia tiba di kafe, hujan baru saja mulai turun lagi, menyelimuti kota dengan suasana suram.

Chika, yang baru saja selesai dengan teh hijaunya, melihat Angelina masuk dan langsung berdiri untuk menyambutnya. “Angelina, aku senang kau datang. Aku mulai khawatir karena kau agak terlambat malam ini.”

Angelina memberikan senyum yang tampak lelah. “Maaf, aku harus menyelesaikan beberapa urusan sebelum datang ke sini. Terima kasih telah menungguku.”

Mereka duduk dan memulai percakapan, tetapi Chika segera menyadari bahwa Angelina tidak sepenuhnya hadir. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, dan Chika merasa khawatir. “Kau tampak sedikit tidak seperti biasanya. Apakah ada sesuatu yang salah?”

Angelina menatap cangkir kopinya, tampak berpikir keras. “Kadang-kadang, kita harus menghadapi masa lalu kita untuk bisa bergerak maju. Aku baru saja mengunjungi tempat yang mengingatkanku pada banyak hal yang ingin aku lupakan.”

Chika merasakan keputusasaan dalam suara Angelina. “Aku tidak tahu apa yang kau hadapi, tapi aku di sini untuk mendengarkan. Jika ada sesuatu yang ingin kau bicarakan, aku akan siap mendengarnya.”

Angelina memandang Chika dengan tatapan yang penuh rasa terima kasih. “Terima kasih, Chika. Aku rasa berbicara tentang masa lalu mungkin bisa membantu. Tapi ada beberapa hal yang masih terlalu sulit untuk kuungkapkan.”

Chika mengangguk dengan penuh pengertian. “Aku mengerti. Jangan ragu untuk membagikannya ketika kau siap. Aku akan selalu ada untuk mendengarkan.”

Saat malam berlanjut, Chika dan Angelina berbicara tentang hal-hal yang lebih ringan, berusaha untuk mengalihkan pikiran dari ketegangan yang mengganggu mereka. Meski suasana tidak sepenuhnya sama, mereka berdua merasa sedikit lebih baik setelah berbicara satu sama lain.

Ketika mereka meninggalkan kafe, Chika dan Angelina merasakan adanya perubahan dalam hubungan mereka. Ada rasa keterhubungan yang lebih dalam, tetapi juga kesadaran akan tantangan yang harus mereka hadapi. Dengan hujan yang turun lembut di sekitar mereka, mereka menyadari bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai, dan bahwa setiap langkah ke depan akan membawa mereka lebih dekat untuk memahami satu sama lain dan diri mereka sendiri.

---

Bayangan di Kota Kembang (ch²)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang