Chapter 3: Jaring yang Terbentang

93 9 0
                                    

Selamat membaca!

*****
Malam berikutnya di kafe "Bintang Senja" terasa lebih dingin dan sepi dibandingkan sebelumnya. Hujan telah mereda, meninggalkan jejak-jejak basah di trotoar dan jalanan. Chika Tamara memasuki kafe dengan langkah hati-hati, merasakan perubahan kecil dalam suasana hati yang disebabkan oleh pertemuan terakhirnya dengan Angelina. Ia merasa seolah-olah ada sesuatu yang harus diungkapkan lebih dalam dari apa yang telah mereka bicarakan.

Setelah memesan teh hijau dan memilih meja di dekat jendela, Chika memulai rutinitasnya yang biasa—menulis di jurnalnya sambil menunggu kedatangan Angelina. Setiap detik terasa menegangkan, seperti menunggu sebuah kejutan yang tak terduga. Meskipun ia berusaha untuk tidak terlalu memikirkan pertemuan itu, pikirannya selalu kembali kepada Angelina dan misteri yang menyertainya.

Angelina, di sisi lain, memutuskan untuk kembali ke kafe tersebut setelah beberapa hari. Ia merasa seolah ada sesuatu yang menariknya kembali, mungkin rasa ingin tahu tentang Chika atau perasaan yang belum sepenuhnya ia pahami. Dengan jaket cokelat yang sama dan rambut yang diikat rapi, Angelina memasuki kafe dan segera melihat Chika yang duduk di meja dekat jendela.

Angelina menyapa Chika dengan senyum kecil saat ia mendekat. “Selamat malam, Chika. Apakah tempat ini selalu sepi seperti ini di malam hari?”

Chika mengangkat kepalanya dari jurnalnya, terlihat sedikit terkejut namun senang melihat Angelina. “Selamat malam, Angelina. Tidak selalu. Terkadang, suasananya lebih ramai, terutama saat akhir pekan. Tapi malam ini, tampaknya lebih tenang.”

Angelina duduk di meja yang sama dengan Chika, kali ini tanpa merasa perlu untuk berpura-pura tidak tertarik. “Aku senang bisa bertemu lagi. Malam ini terasa seperti kesempatan yang baik untuk melanjutkan percakapan kita.”

Percakapan mereka mengalir dengan mudah. Chika, merasa semakin nyaman dengan kehadiran Angelina, bertanya lebih lanjut tentang kehidupan gadis misterius itu. “Apa yang membuatmu tertarik dengan kafe ini? Aku merasa ada alasan khusus di balik pilihanmu.”

Angelina menghela napas ringan, seolah mempertimbangkan kata-katanya. “Kafe ini memiliki suasana yang membuatku merasa tenang. Kadang-kadang, kita butuh tempat di mana kita bisa melupakan segala sesuatu di luar dan hanya merenung.”

Chika mengangguk, merasakan adanya kedalaman dalam kata-kata Angelina. “Aku mengerti. Terkadang, kita semua perlu waktu untuk diri sendiri dan menjauh dari hiruk-pikuk kehidupan.”

Seiring dengan berjalannya waktu, percakapan mereka semakin mendalam. Mereka mulai berbicara tentang pengalaman pribadi, tantangan yang dihadapi, dan impian mereka. Chika mulai merasa bahwa Angelina adalah seseorang yang memiliki cerita yang belum sepenuhnya terungkap. Meskipun Angelina masih menjaga beberapa rahasia, ia mulai membuka diri sedikit demi sedikit.

Angelina, di sisi lain, merasa terhubung dengan Chika lebih dari yang ia harapkan. Ada sesuatu dalam diri Chika—sebuah kepolosan dan kehangatan—yang membuatnya merasa nyaman, meskipun ia tahu bahwa keterlibatan emosional bisa berbahaya. Ia merasa terjebak dalam tarik-ulur antara keinginan untuk membuka diri dan ketakutan akan konsekuensi yang mungkin timbul.

Saat malam semakin larut dan kafe hampir kosong, Chika menyadari bahwa ia merasa lebih dekat dengan Angelina daripada sebelumnya. “Ada sesuatu yang selalu membuatku penasaran,” kata Chika dengan hati-hati. “Apa yang membuatmu merasa ada sesuatu yang perlu disembunyikan dari orang lain?”

Angelina menatap cangkir kopinya, mencari kata-kata yang tepat. “Kadang-kadang, kita menyimpan rahasia karena kita tidak ingin membebani orang lain dengan masalah kita sendiri. Ada bagian dari diriku yang aku rasa lebih baik tetap tersembunyi, setidaknya untuk saat ini.”

Chika merasa ada ketulusan dalam kata-kata Angelina, namun juga merasakan adanya dinding yang belum bisa ditembus. “Aku rasa kita semua memiliki bagian dari diri kita yang tidak ingin kita tunjukkan. Tapi aku merasa bahwa keterhubungan sejati hanya bisa tercapai jika kita saling membuka diri.”

Angelina menatap Chika dengan tatapan yang penuh pertimbangan. “Mungkin kau benar. Terkadang, kita perlu menemukan seseorang yang benar-benar bisa kita percayai untuk berbagi bagian terdalam dari diri kita.”

Saat mereka bersiap untuk pergi, Angelina berbalik dan memandang Chika. “Aku senang bisa berbicara denganmu malam ini, Chika. Meskipun ada banyak hal yang belum kita bahas, aku merasa seperti kita telah mengambil langkah kecil menuju pemahaman yang lebih baik.”

Chika tersenyum, merasakan bahwa pertemuan ini lebih dari sekadar kebetulan. “Aku juga senang bisa berbicara denganmu. Aku merasa seperti ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari satu sama lain.”

Ketika mereka meninggalkan kafe dan melangkah ke luar di bawah langit malam yang cerah, mereka merasa bahwa hubungan mereka telah mengambil bentuk baru—satu yang lebih mendalam dan lebih kompleks dari sebelumnya. Chika merasa ada sesuatu yang menarik dan menantang dalam diri Angelina, sementara Angelina merasa adanya potensi dalam hubungan ini yang dapat membawanya pada perubahan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Dengan setiap langkah yang mereka ambil menuju jalanan Bandung yang masih basah, mereka tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Misteri di sekitar mereka masih belum sepenuhnya terpecahkan, tetapi mereka merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan dan menemukan kebenaran di balik jalinan takdir yang membawa mereka bersama.

---

minimal vote atuh

Bayangan di Kota Kembang (ch²)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang