Di suatu pagi yang cerah..
"Makasih udah anterin Nhu ke sini, Hia.."
Nunew melepaskan seatbeltnya ketika mobil yang dibawa oleh Zee terparkir di depan gerbang kediaman Perdpiriyawong.
"Maaf Hia gak bisa nemenin, lagian Nhu mendadak banget pengen pulang ke rumah Ma sama Pa," Zee menatap Nunew yang duduk di sebelahnya, merasa heran karena tiba-tiba Nunew ingin pulang ke rumah orangtuanya setelah pernikahan mereka menginjak 3 bulan.
"Nhu kangen Ma sama Pa, Hia, gapapa Hia kerja aja, Nhu juga gak bakal ngapa-ngapain kok di sini. Dah sekarang langsung pergi yaa, Hia udah telat masuk kerja lhoo.."
"Hia anter sampe depan rumah yah"
Zee hendak melepaskan seatbeltnya juga sampai Nunew menginterupsinya.
"No, no. Setelah Nhu keluar mobil, Hia harus langsung tancap gas ke kantor, okey? Perjalanan dari sini ke kantor hampir 1 jam, Hia, nanti Hia tambah telat. Gak ada bantahan atau aku gak pulang ke rumah kita sebulan."
Zee bergidik, "ta-tapi..."
"Hiaa.."
Zee akhirnya diam, Nunew sudah masuk mode tegas yang di mana perkataannya tak akan bisa dibantah. Akhirnya dengan pasrah Zee menuruti perkataan Nunew.
"Kith"
Ucap Zee dengan bola mata bulatnya menatap Nunew sambil menyodorkan pipi sebelah kanan.
Nunew menghela nafas pelan lalu mengecup pelan pipi kanan Zee, dilanjut dengan pipi kiri Zee dan bibirnya karena Zee terus menyodorkannya pada Nunew.
"Nanti Hia jemput lagi setelah pulang kerja ya, Sayang.." ucap Zee yang lalu diangguki oleh Nunew.
Setelah itu, Nunew benar-benar turun dari mobil. Zee membuka jendela co-pilot mobil lalu melambaikan tangan sebelum kembali mengendarai mobilnya menuju ke kantor.
Nunew masih di sana sampai mobil Zee mulai tidak terlihat di persimpangan. Setelah itu ia memutuskan untuk masuk ke rumahnya yang sangat dirindukannya itu. Yah, sebenarnya Nunew ingin sedikit bersantai. Kehidupan pernikahan benar-benar merubah hidupnya. Walaupun Nunew hanya mengurusi rumah dan suaminya, namun tetap saja semuanya terasa berbeda. Terlebih ini masih awal, dan orang bilang semua permulaan akan sedikit berat karena perlu menyesuaikan.
.
.
.
.
.Jam sudah menunjukan pukul 5 sore. Zee bergegas pergi dari gedung kantornya setelah mengetahui jam kerja sudah selesai. Berhubung ia akan menjemput Nunew dari rumah mertuanya ia tak ingin tiba terlalu malam dan berakhir mereka kembali ke rumah mereka larut malam. Tak ada yang menyuruhnya buru-buru, namun mengetahui istrinya itu tak ada di rumah membuatnya merasa sangat rindu.
Zee tak pernah menyangka bahwa akan ada suatu saat ia sangat bergantung pada seseorang. Dari kecil ia sangat mandiri, bahkan saat kuliah ia mampu membiayai kuliahnya sendiri. Hingga setelah ia mulai bekerja, ia bertemu dengan Nunew dan jatuh cinta pada pandangan pertama.
Kisah cinta mereka sederhana, setelah pertemuan itu dan dilanjut dengan beberapa pertemuan dan obrolan santai, entah mendapat dorongan dari mana Zee berinisiatif untuk mengajak Nunew berkomitmen. Bukan pacaran, namun menikah. Kabar baiknya, Nunew tidak menolak Zee, walaupun saat itu Nunew sendiri jujur bahwa ia belum memiliki perasaan pada Zee. Zee tentu tak masalah, selama Nunew mau mencoba untuk mencintainya. Setelah itu akhirnya ia membawa keluarganya untuk menemui orangtua Nunew dan tak lama kemudian mereka bertunangan.
3 bulan setelah pertunangan, mereka melangsungkan pernikahan. Baik Zee dan Nunew sebenarnya tidak menyangka akan hubungan ini namun semuanya terasa mudah hingga mereka berpikir mereka mungkin memang ditakdirkan untuk satu sama lain. Walaupun belum banyak mengenal sebelumnya namun mereka dapat dengan mudah menerima dan mulai mencintai satu sama lain, tak terkecuali Zee. Menurutnya, istrinya itu adalah pasangan yang sangat hebat. Nunew dewasa, tulus dan lembut. Membuatnya selalu jatuh cinta dari hari ke hari. Maka dari itu ia tak ingin jika nanti ia pulang ke rumah tanpa disambut senyuman dan tatapan lembut Nunew.